Thursday, February 14, 2013

RAMADA


Adalah seorang  pemuda desa yang terhalir dari rahim seorang ibu sederhana di pedesaan nun jauh di pedalaman sebuah kerajaan yang telah mulai pudar sinarnya, di belahan timur pula Jawa Dengan tekad baja mengembara menuruti kehendak hatinya, dengan berguru pada alam semesta, dengan mencurahkan segala budi yang dimilikinya, dan garis darah yang diyakininya, maka adalah sangat wajar apabila dia menjadi seorang pemuda yang luar biasa, melebihi dari kemampuan pemuda pemuda pada masanya, bahkan untuk ukuran para guru guru yang hidup pada masanya.

Pengembaraan yang dalam waktu lama, dengan arah tujuan yang tak pasti, hanya berjalan untuk mengabdi pada kemanuisaan yang ia yakini, hingga tiba langkahnya di sebuah negeri. Negeri bahagian barat dari pulau Jawa. Karena sebuah “teja” yang menyala pada raut mukanya, dan bentuk tubuh serta kemampuan lahiriyah yang didukung dengan laku bathin yang terjaga, tak heran apabila banyak kaum hawa yang tersita perhatiannya, dari segala kasta. Tak hanya rakyat jelata namun dari golongan istanapun tertarik akan keindahannya.

Jalinan kisah antara seorang pemuda desa dengan puteri dari istana, tercipta seiring waktu dan suasana. Dan pertentanganpun terjadi, buka antara keduanya, namun karena status kasta yang tak dapat diterima. Sebuah kekecawaan besar yang menimpa atas sang pemuda, dimana cita-cintanya tak dapat dia rengkuh dalam suatu masa. Dengan muka tunduk, dia pergi meninggalkan semuanya, kembali ke pengembaraan seperti semula.

Kembara seperti semula, dengan arah ingin kembali ke rumah bundanya, dimana dia dilahirkan dan beranjak dewasa. Namun jaman telah berubah, tahta telah berganti, namun tekad di ahti untuk tetap mengabdi, tak pernah padam bagai bara api. Saat tahta bergeming, dia beranikan diri untuk berpaling, tanpa mengurangi hasrat untuk tetap mengabdi.

Sebuah janji suci terucap saat pengabdiannya tersambut. Segala kemampuan lahir batin dicurahkan agar janjinya  terwujud. Dalam waktu singkatpun, semua mata takjub, dan duniapun tunduk. Namun dalam setiap perjalanan, selalu saja ada rintangan, dan konflik dengan berbagai kepentingan.

Adalah cakarawala yang memerah saat dia terima sebuah perintah, dari sang raja tempat dia curahkan segala daya  upaya untuk mewujudkan sebuah Negara yang perkasa. Perintah yang samasekali tak pernah terpikirkannya. Kali ini hatinya bergolak, antara kepentingan Negara dan kepentingan hantinya. Stangkai bunga telah memporakporandakan hatinya.

Demi sebuah cinta, dia relakan segala-galanya. Bagaimanapun, dia adalah laki laki, yang punya hati dan cinta, seperti manusia biasa.