Sebuah
kemenangan dalam hal apapun juga tentu memerlukan pengorbanan. Demikian juga
dengan sebuah peperangan. Sebuah peperangan, terlepas dari besar kecilnya
peperangan itu, tentu memerlukan pengorbanan yang sepadan.
Baratayuda,
peperangan terbesar dalam sejarah, juga tak luput dari pengorbanan, yang
tentunya sepadan dengan kemenangan yang dipertaruhkan. Baratayuda, peperangan
antara dua saudara, yang di dalamnya terdapat ksatria ksatria yang luar biasa,
dengan kesaktian dan kemampuan di luar batas manusia biasa, pun memerlukan
pengorbanan.
Pengorbanan
siapakah yang begitu besar perannya, hingga mereka harus menjadi tumbal dan
sesaji demi kemenangan? Apakah salah satu dari Pandawa Lima, tokoh utama dari
sejarah ini? Ataukah salah satu dari Kurawa, pihak yang diposisikan sebagai
yang jahat dalam cerita ini?
Ternyata,
pengorbanan yang besar, kadang bukan pada tokoh yang besar pula, yang berperan
sangat besar dalam alur cerita ini. Namun tumbal dan sesaji itu, justru datang
dari orang orang yang sama sekali tak di sangka, bahkan terpikirpun tidak.
Rakyat
jelata, yang hidupnya hanya cukup untuk memikirkan dirinya, dari desa yang
terpencil jauh di sana, lepas dari segala hingar bingar kota dan perseteruan
yang menyeruak, bisa saja pengorbanannya lebih besar artinya dibandingkan
dengan para ksatria istana maupun punggawa yang gagah perkasa mengangkat
senjata.
Adalah
nama nama seperti Sagotra, Janadi, dan Bambang Rawan. Ketiganya sama sekali tak
terucap dalam kisah Baratayuda, namun ternyata, dengan pengorbanan mereka
bertiga, Pandawa, mampu meraih kemenangan di kancah Baratyuda.
Siapakah
ketiga rakyat jelata yang istimewa itu???? (bersambung....)