Tuesday, February 27, 2018

PENYEMBUHAN ALTERNATIVE JARAK JAUH MELALUI AIR PUTIH

DISINI SAYA HANYA MENERUSKAN AMANAT YANG PERNAH DISAMPAIKAN PADA SAYA UNTUK DAPAT MEMBANTU MERINGANKAN BEBAN BAGI SESAMA, SESUAI DENGAN YANG SAYA BISA. KABUL ATAU TIDAKNYA, ITU SEMUA MURNI DAN MUTLAK KUASA DARI ALLAH SWT.

SAYA HANYA MEMERLUKAN AIR PUTIH DI SEKITAR ANDA. AIR YANG BIASA ANDA MINUM. TIDAK PERLU MENGADA ADA. SEADANYA SAJA. ITULAH MEDIA YANG BIASANYA SAYA PERLUKAN. KADANG JIKA TAK ADA AIR SAMA SEKALIPUN, MEDIA APAPUN BISA, ASAL MENYENTUH DAN ATAU MASUK KE TUBUH PASIEN.

BAGAIMAN CARANYA??? ANDA CUKUP SMS/WA KE 081215503911 :

TERAPI AIR#NAMA PASIEN#KELUHANNYA#ALAMAT

SAYA AKAN BANTU. 

UNTUK SEDEKAH/INFAK, SEIKLASNYA SAJA. AKAN ADA INFO LANJUT VIA SMS/WA.

NB : MOHON MAKLUM JIKA KADANG SLOW RESPON. KARENA SAYA JUGA HARUS BERAKTIVITAS SEPERTI ANDA SEMUA.

SALAM.

TUTORIAL ANTRIAN PASPOR ONLEN VIA ANDROID DENGAN PLAYSTORE

Era kemajuan teknologi dan informasi memberikan kita kemudahan kemudahan yang layak diapresiasi. termasuk dalam pembuatan paspor. Dulu mungkin kita harus antri berdesak desakan, datang pagi pagi buta untuk mendapatkan nomor antrian, untuk membuat paspor. Kini, antrian untuk membuat paspor bisa kita lakukan secar online. Bagaimana caranya?? Disini akan saya share langkah langkah yang harus dilakukan.

1. Masuk ke aplikasi playstore di hp android anda, dan ketik Antrian Paspor. Lalu instal, setelah selesai akan muncul halaman sebagai berikut.
Ohya...anda harus siapkan email anda untuk proses regristrasi dan konfrimasi untuk kemudian masuk di menu selanjutnya.
2. Klik kolom "masuk" dan akan muncul sebagai berikut :
3. Tulis Username dan Password anda.

4. Dan Akun anda telah siap untuk digunakan untuk mengambil nomor antrian.
Untuk mengambil nomor antrian secara online, yang harus anda lakukan adalah login dengan memasukan username dan password anda.
Lalu akan muncul halaman daftar kantor imigrasi. Anda tinggal memilih kantor imigrasi  mana yang anda kehendaki. Pilihlah yang paling mudah anda jangkau. Seperti gambar dibawah ini, yang paling terjangkau dengan penulis adalah UNit Layanan Pasport II Bantul. Kita pilih kantor tersebut.
Selanjutnya, mungkin anda akan menemui hal seperti dibawah ini. ini berarti kuota pendaftaran online masih penuh/sudah habis. Tak masalah. anda hanya harus sabar dengan mengklik lagi halaman di atas dimana anda sempat. Dari pengalaman penulis, terhitung dari pendaftaran online tersebut, dapat masuk dan mendapatkan nomor antria serta jadwal, kurang lebih 7 hari kerja.
Setelah berhasil, anda akan mendapatkan pemberitahuan seperti ini di layar android anda.
Klik Lihat Jadwal, dan anda akan mendapatkan jadwal tanggal dan jam berapa anda harus siap di Kantor Imigrasi yang anda pilih.
Yang WAJIB anda persiapkan saat datang ke Kantor Imigrasi adalah :
Untuk warga negara Indonesia (WNI):
Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku
Kartu Keluarga (KK)
Akta kelahiran atau surat baptis
Akta perkawinan atau buku nikah, ijazah
Paspor lama, jika ingin perpanjang paspor

Sedangkan untuk anak WNI yang berdomisili di Indonesia maka persyaratan pembuatan paspor adalah:
KTP kedua orang tua yang masih berlaku
Kartu Keluarga (KK)
Akta kelahiran atau surat baptis
Buku nikah orang tua atau akta perkawinan
Paspor biasa lama bagi yang telah memilikinya
Persiapkan semua dokumen ini sebelum mengurus paspor online, karena Anda akan membutuhkan data dari masing-masing dokumen untuk aplikasi paspor online.
Untuk karyawan swasta, hendaknya anda persiapkan surat keterangan dari kantor anda.
Untuk wiraswastawan, siapkan legalitas perusahaan anda.
Untuk fotografer/desainer dimana syaratnya harus menggunakan pasport, siapkan juga dokumen yang menerangkan bahwa anda harus menggunakan pasport untuk syarat kelengkapannya.

Demikian informasi yang dapat saya bagi untuk pengurusan paspor onlen.
Jika ada yang belum jelas, bisa browsing browsing, atau hubungi 081215503911. wa/sms
Saya tidak bisa bantu menguruskan, tapi kalau sekedar sharing, bolehlah.
Semoga bermanfaat.

Tuesday, February 20, 2018

Sugriwa Subali di Gua Kiskenda Bagian 2 (tamat)

Di Kahyangan
Sugriwa datang melaporkan  kejadian di Gua Kiskenda kepada Bathara Indra sekaligus menyerahkan Dewi Tara kepadanya.

Bathara Indra memdengarkan dengan seksama cerita dari Sugriwa. Sampailah pada kesimpulan bahwa Subali tewas di dalam Gua Kiskenda oleh Mahesarsura. namun yang patut disukuri adalah Dewi Tara yang berhasil diselamatkan. Maka sebagai hadiah yang seharusnya untuk Subali, karena Subali dianggap telah tewas,  maka Dewi Tara dihadiahkan pada Sugriwa.

Sugriwa terperanjat. Bingung. Karena bukan dia yang berperang. Tak pantaslah baginya menerima hadiah yang bukan hasil jerih payahnya. Di sisi lain, ini adalah hadiah dari Dewa, yang sungguh tak sopan pula jika dia menolaknya. Sugriwa hanya diam. Tak tahu harus menjawab ya atau tidak. Untuk sementara waktu, Dewi Tara masih berada di Kaindran, istana Bathara Indra. Sementara Sugriwo mohon ijin untuk kembali.

Dalam perjalana kembali pulang, nampak sebuah sinar begitu cepat menembus awan ke angkasa, menuju tempatnya berada. Sugriwa bertanya tanya sinar apakah itu yang berjalan dengan cepat menuju dirinya. Setelah sampai dihadapannya, barulah dia tahu bahwa sinar itu adalah Kakaknya, Subali. Betapa riang hatinya melihat bahwa saudara tuanya itu ternyata selamat. Masih hidup. Ini berarti Subali mampu mengalahkan Mahesasura. Segera dia menghampiri dan ingin memeluknya.

“Duasssssshhhhh...!!!!!” tubuh Sugriwa terelmpar beberapa langkah ke belakang. Sugriwa segera bangun terhuyung huyung. Dia tak tahu apa yang terjadi. Saat kesadarannya pulih, nampak didepannya Subali masih dengan tangan kanan yang mengepal, dengan wajah memerah bagai tembaga, dan sorot matanya yang sangat tajam menusuk di dirinya.
“Kakang, ada apa Kakang? Apa yang ter.....” belum selesai Sugriwa berkata kata, kaki kakan Subali telah mendarat di dagunya. Membuatnya terpelanting dan jatuh berguling guling. Belum juga bangkit, Subali telah menendang perutnya dengan keras. Sugriwa benar benar jatuh bergulung gulung ke belakang. Namun Subali sama sekali tak memberinya ampun. Diburunya tubuh adiknya itu dan dengan tangan mengepal siap menghantam wajah Sugriwa.

Kali ini Sugriwa tak mau tinggal diam. Dalam waktu sekejap sebelum tangan kanan Subali mengenai wajahnya, kaki kanannya dengan sekuat tenaga dijejakkannya ke dada Subali. Subali yang sama sekali tak menduga  serangan mendadak itu, tak cukup waktu untuk mengelak. Dan..diesshhh!!!
Tubuh Subali terpelanting tinggi, bagai terbang, bergulung gulung di angkasa tak terkendali. Begitu kuatnya jejakkan kaki Sugriwa membuatnya bagai sebuah batu yang melenting dari ketapel. Shraaakkk..... sebagatang pohon besar tumbang tertimpa tubuh Subali. Begitu kerasnya daya dorong kaki Sugriwa mengakibatkan kerusakan yang mengerikan.
Sugriwa bangkit.

“Kakang.....engkau kenapa Kakang? Tanpa angin tanpa hujan kau hajar aku?” tanya Sugriwa setelah berhasil menguasai dirinya. Subali perlahan lahan bangun. Namun wajah dan sikapnya masih seperti semula. Penuh amarah yang membara.
“Kau licik Sugriwa!!!”
“Apa maksudmu Kakang?
“Kau mengambil kesempatan dalam kesempitan! Seperti itukah putra dari Resi Gaotama???” Subali menghujatnya.
“Kakang, apa yang terjadi? Mengapa Engkau sampai menyebut nyebut nama Ayah?”
“Kau sangaja menutup pintu gua agar kau bisa melarikan Dewi Tara!!!!
“Jagad Dewa Batara!!!! Kakang Subali, begitu piciknya pikiranmu! Aku melaksanakan apa yang Kakang perintahkan padaku. Aku sangat mematuhinya. Bagaimana mungkin aku berlaku picik terhadap saudaraku sendiri?” jawab Sugriwa keheranan.

“Omong kosong!!!” Subali gelap mata. Masih terlihat bekas luka luka pertempurannya denga  Mahesasura. Sugriwa tak sampai hati meliatnya. Ingin sekali dia menolongnya. Namu apa daya, Subali sama sekali tak dapat diajak bicara.
Kembali Sugriwa mengingatkan akan perintah dari Subali agar menutup pintu gua secepatnya saat mengetahui adanya darah putih yang mengalir dari dalam gua, dan segera membawa Dewi Tara ke Kahyangan untuk diesahkan pada Bathara Indra.

“Tak usah banyak bicara! Pengkhianat! Kau tentu juga ingin memiliki Dewi Tara bukan??? Rasakan tanganku!!!!” seiring berhentinya kata kata, Subali sudah mulai meluncurkan tubuhnya menerjang Sugriwa dengan sekuat tenaga. Subali benar benar kalap. Gelap mata terbakar oleh nafsunya sendiri. Sugriwa yang melihat Subali sudah tak mungkin lagi disadarkan, mau tak mau harus mempertahankan dirinya. Namun dia masih waras. Dia masih sadar bahwa Subali adalah kakaknya, saudara sedarah dagingnya. Maka yang dilakukan kemudian hanya sekedar mempertahankan diri, walau sekali sekali harus menyerang untuk memberi peringatan kakaknya.

Pohon pohon berjatuhan, berderak derak oleh sepak terjang keduannya. Asap mengepul ngepul oleh pijakan kaki kaki perkasa mereka. Burung dan hewan hewan hutan lainnya berlarian ketakutan, seolah terjadi gempa bumi dan longsor yang dahsyat. Dua kakak beradik putra dari Resi Gaotama itu saling memburu. Keduanya sama sama hebat, sama sama kuat. Keduanya mempunyai ilmu dan ketangkasan yang sama, yang bersumber dari air yang sama. Resi Gaotama.

Resi Gaotama, adalah seorang resi yang suci, karena ketekunannya dalam bersemedi, mata batinnya sangat tajam. Pun demikian dengan saat ini. Dia merasakan sesuatu yang sangat aneh memukul mukul dadanya. Sesuatu yang berbahaya sedang terjadi di suatu tempat. Dia pejamkan mata, dan dalam sekejap, zzziiiiiiingg...!!!! dia telah berdiri tegak di tengah kancah pertempuran Subali dan Sugriwa.  Berhenti sejenak dan memperhatikn keduanya saling serang dan saling menghindar. Makin lama semakin kencang, tenaga kedua anaknya itu semakin besar tercurah hingga melampaui batas batas yang sangat membahayakan keduany. Jika salah satu lengah, pasti akan berujung kematian. Tak dapat dibiarkn lagi.

“Subali! Sugriwa! Hentikan!!!” Subali dan Sugriwa sontak menghentikan perkelahian mereka manakala mereka dengan suara yang sangat mereka kenal menghardiknya. Seperti berjanji, keduanya lalu menghampiri  laki laki tua itu, dan segera menghaturkan sembah hormat.
“Maaf Ayah....” kata Subali dan Sugriwa hampir bersamaan. Sementara peluh dan keringat masih nampak mengalir di tubuh mereka berdua. Nafas mereka pun masih belum berangsur tenang. Namun mereka sama sekali tak mau menunggu lama untuk segera menyambut kedatangan ayahnya. Mereka tahu ayahnya tentu sangat murka melihat kedua anaknya berkelahi hingga diluar batas, untuk sesuatu yang tak sepadan dengan akibat jika salah satu diantara mereka tewas.

“Apa yang terjadi Subali? Sugriwa?” tanya Resi Gaotama setelah semua menjadi red dan tenang. Subali dan Sugriwa pun kemudian saling menceritakan tentang apa yang terjadi, sejak dari pertemuannya dengan Bathara Indra, hingga terjadinya perkelahian ini. Resi Gaotama mendengarkannya dengan seksama. Setelah semua selesai, berkatalah Resi Gaotama.
“Subali!” katanya
“Iya Ayah..” Subali tertunduk.
“Kau telah lancang dengan mengaku berdarah putih. Tak ada makhluk di dunia ini yang memiliki darah putih. Atas kelancanganmu itu, aku putuskan bahwa Dewi Tara adalah hak dari Sugriwa. Dan Kau, Subali, kelak kau akan mati oleh seorang ksatria titisan Bathara Wisnu.” Demikian Resi Gaotama memutuskan.

“Sekarang kalian pulanglah! Hentikan semua pertikaian ini. Kalian adalah kakak beradik. Tengoklah kakakmu Dewi Anjani. Kalian tak pernah mempedulikan saudara tua kalian itu.”

“Baik Ayah.....” keduanya menyembah hormat dan mohon diri.


photo :







Saturday, February 10, 2018

GARUDADEYA CANDI KIDAL


Candi Kidal, berada di Kidalrejo, Tumpang,  Malang, Jawa Timur.  Menurut Pararaton, Candi Kidal  adalah tempat pendarmaan raja Anusapati. “Lina sang Anusapati i saka 1711 dhinarma sira ring Kidal” (meninggal Sang Anusapati pada tahun saka 1711 didharmakan di Kidal)

Negarakertagama yang ditulis tahun 1365 oleh Empu Prapanca pada jaman Majapahit juga menyebutkan bahwa adanya sebuah pendharmaan yang dikunjungi oleh Hayamwuruk di daerah Kidal.  Dan tempat pendharmaan di kidal yang ditemukan satu satunya adalah  Candi Kidal ini.
Adapaun tentang nama “kidal”, mengandung beberapa perngertian. Kamus Jawa Kuno mengartikannya sebagai kiri, dan selatan. Dalam bahasa Jawa tegesing tembung, kidal adalah “kede” atau kiri, yang kemudian bermetamorfosis ke dalam bahasa Indonesia, kidal adalah selalu menggunakan tangan kiri. Dari beberapa pendapat ahli sejarah dan bahasa, dapst disimpulkan bahwa arti dari kidal adalah kiri, dimana arti kata kiri ini sendiri mempunyai beberapa makna dalam sejarah, sosial dan budaya. Seperti apa sajakah maknanya??? Mari kita dalami.

Arti kata kidal dalam Candi Kidal, para ahli sejarah sepakat mengartikan sebagai kiri. Kiri dalam bahawa Jawa adalah kiwa. Kata kata kiwa, sering digunakan untuk mendiskripsikan sebuah keadaan ataupun tempat yang kurang diperhatikan, ditelantarkan, tempat tempat atau posisi yang sulit, angker/singkik, kotor dlsb. Saya beri  contoh beberapa ungkapan yang menggunakan kata kata kiwa dalam tata pergaulan masyarakat Jawa.

 “Nyuwun ngapunten Bapak, menawi kepareng kulo badhe ndherek wonten pekiwan.” (maaf Pak, kalau diijinkan, saya ingin numpang buang hajat). Pekiwan disini berarti menunjuk sebuah tempat yang dikirikan, yaitu tempat untuk buang hajat, mandi dll.
“Ono kebon ora dirumat ing pojok deso, amergo panggonane kiwa banget”. Kiwa disini menunjuk pada sebuah tempat yang susah dijangkau atau orang orang tidak suka ke tempat itu.
“Anggonmu graji kayu kok ngiwa ngiwa banget to Kang?” Ngiwa ngiwa dari kata Kiwa, yang dalam konteks ini berarti posisi dalam mengerjakan sesuatu yang sangat sulit.
“Wiro, kok ora tau neng makam kono kae?”
“Aku wedi neng papan kono kae.  Kiwa banget je....medeni” Kiwa disini berarti menunjuk sebuah tempat yang  jarang dijamah dan angker. Singkik. Medeni. Menakutkan. Banyak makhluk halus.
“Wis matus karo Bapak nanging Bapak tansah ngiwakke aturku. Mesti Kangmas sing ditengenke”. Ngiwakke, tidak menggubris atau memperhatikan.

Seperti itulah. Nah, arti kiri dalam konsep Candi Kidal ini adalah yang berarti tidak diperhatikan. Hal ini karena Anusapati adalah anak tiri dari Ken Arok. Anusapati adalah anak biologis dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung, yang dibunuhnya saat Ken Dedes mengandung janin Anusapati. Dalam Pararaton memang disebutkan bahwa Anusapati kurang mendapat perhatian dari Ken Arok karena Anusapati bukanlah anak kandungnya.

Arti kata kidal selain kiri adalah selatan. Dan memang benar. Letak daerah kidal adalah di arah tenggara (selatan-kiri) dari pusat kerajaan Singosari yang berada di utara. Baiik Pararaton maupun Negarakertagama keduanya menyebutkan bahwa Kidal adalah nama sebuah daerah. Ini berarti bahwa daerah kidal sendiri telah ada jauh sebelum Anusapati yang merupakan anak tiri itu di dharmakan di daerah ini.

Tentang penemuan candi ini, tak ada catatan pasti. Hanya orang Belanda yang pernah membuat catatan tentang candi ini pada tahun 1901, yang pada waktu itu masih berujud rerntuhan bangunan dari batu merah. Baru 1925, Dinas Kebudayaan Belanda membangun kembali candi ini.

Menurut Pararaton, Anusapati bergelas Panji Anengah, anak dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung. Saat masih dalam kandungan, Ken Dedes dikinahi oleh Ken Arok. Jadi, Anusapati adalah anak tiri dari Ken Arok yang diakuinya sebagai anaknya sendiri.  Sedangkan Ken Arok dengan Ken Dedes mempunyai anak 4 orang yaitu Mahesa Wong Ateleng, Panji Sapran, Agnibhaya, dan dewi Rimbu.
Dengan istri keduanya, Ken Umang, Ken Arok mempunyai anak 4 juga. Tohjaya, Panji Sudhatu, Tuan Wregola dan Dewi Rambi.  Jadi, anak kandung Ken Arok adalah 8 orang. Masing masing 4 dari Ken Dedes dan 4 dari Ken Umang, yang sama sama 3 laki laki dan 1 perempuan. Dan 1 anak tiri, yaitu Anusapati.

Dalam perjalanan waktu, Anusapati yang merasakan perbedaan perlakuan antara dirinya dengan saudara saudarany yang lain, yang membuatnya semakin tersiksa, menyebabkan diirnya bertanya pada ibunya, Ken Dedes. Ken Dedes yang juga melihat apa yang dialami oleh anaknya itupun ternyata selama ini juga sangat mengganggu dan membebani perasaannya. Dengan terpaksa Ken Dedes menceritakan apa yang terjadi. Dan lebih dalam lagi, tentang ayah kandungnya, Tunggul Ametung yang dibunuh ayah tirinya itu saat dia masih dalam kandungan.
 Maka dimintalah keris empu gandring yang disimpan Ken Dedes. Lantas Anusapati memerintahkan seorang “pengalasan” dari dusun Batil untuk membunuh Ken Arok. Pengalasan (Zoetmunder dalam bahasa jawa kuno mengartikan sebagai kelompok atau pejabat abdi kerajaan dibawah pengalasan). Penulis mengartikannya sebagai salah seorang pasukan rahasia yang keberadaannya sangat rahasia hanya pejabat tinggi kerajaan yang tahu, dan hanya menjalankan tugas tugas khusus. Semacam pasukan elite rahasia jaman sekarang.

Demikianlah, Ken Arok berhasil dibunug oleh orang pengalasan, dan untuk menghilangkan jejaknya, orang pengalasan itu kemudia dibunuh oleh Anusapati. Setelah Ken Arok meninggal, tampuk kerajaan jatuh pada Anusapati. Sejalan dengan waktu, rahasi terbunuhnya Ken Arok terbongkar dan diketahui oleh anak pertama Ken Arok dari Ken Umang. Tohjaya. Dan dengan siasat yang rapi, Tohjaya akhirnya berhasil membunuh Anusapati.

Seperti itu kisah singkat Anusapati, raja kedua Singasari. Anusapati memerintah dari tahun 1227 – 1248. Selama memerintah, kerajaan berada dalam keadaan yang aman sentosa. Anusapati meninggal pada tahun 1248, dan didharmakan di Kidal tersebut. Candi Kidal sendiri selesai dibangun pada 1260, bersamaan dengan upacara cradha, yaitu upacara pelepasan arwah yang terakhir.

Bangunan Candi Kidal sendiri, merupakan bentuk bangunan masa jawa timur berkembang pada abad 12 – 13 masehi. Beda dengan masa perkembangan Jawa Tengah pada kisaran abad 8-10 Maaehi, yang bentuknya cenderung gemuk dan tambun (buntek), sedangkan candi candi di Jawa Timur termasuk Candi Kidal ini ramping dan tinggi. Berbentuk bujur sangkar kurang lebih 10 x  8 m, dengan ketinggian 12 meter. Bentuk asli menurut rekonstruksi adalah 17 meter.
Candi ini mendiskrpiksikan sebagai gunung suci, yaitu Meru. Mahameru. Semeru.

Dalam mitologi Hindu Budha, Gunung Meru adalah pusatnya alam semesta, yang merupakan alamnya para dewa. Maka Candi ini pun strukturya mengikukti gunung. Ada kaki, lereng dan puncak. Sekaligus dengan flora fauna yang dilukiskan di dinding serta makhluk makhluk ajaib penguni sorga.
Di bagian kaki, di pipi tangga, terdapat ornament berbentuk kepala  naga atau ular bermahkota, sebagai gambaran alam bawah yaitu tanah, air atau wanita. Ular juga dianggap sebagai kekuatan hidup dan perlindungan utama kekayaan yang ada di dalam tanah dan air. Di bagian lain ada juga gamaran jambangan bunga teratai yang melambangkan kesuburan dan daya hidup. Dan adapula gambaran bentuk medalion dengan bunga teratai didalamnya, sebagai penggambaran gunung yang penuh dengan flora fauna.

Ada juga motif “singa stamba”, yaitu hiasan tiang yang diganti dengan hiasan singa. Dari mana datangnya gambaran singa? Padahal singa adalah hewan yang tak pernah hidup di negeri ini? Diduga, kehadiran gambaran singa itu bersamaan dengan datangnya kebudayaan Hindu dari India. Karena singa, singa pernah ada. Sebagai suatu lambang penjaga yang buas dan kuat.

Yang menarik adalah fragmen “GARUDEYA” yang terdapat di kaki candi ini . Yaitu seekor burung garuda yang sedang menggendong ular. Tempatnya di sisi selatan kaki candi. Inti dari cerita Mahabarta awal, atau Adiparwa. Bagaimana kisahnya???
Ini tentang Garuda yang sanggup menjadi budak dari Dewi Kadru (ibu para ular), yatitu dengan cara mengasuh mereka. Mengapa Garuda bersedia melakukannya? Karena garuda ingin membebaskan ibunya (Dewi Winata) yang telah sekian lama menjadi budak dari Dewi Kadru. Padahal Dewi Kadru dan Dewi Winata adalah saudara. Mengapa bisa terjadi perbudakan diantara mereka?

Semua berawal dari “SAMUDERAMANTANA”. Yaitu peristiwa pengadukan lautan susu “KSIRARNAWA” oleh dewa untuk mencari air kehidupan “AMERTA”. Dari lautan susu itu, selain amerta, keluar juga benda benda dan senjata andalan, termasuk kuda “UCCAISRAWA”. Pada saat itu, dua saudara istri dari Resi Ksyapa ini, Dewi Winata dan Dewi Kadru, bermain tebak tebakan dengan perjanjian siapa yang salah akan menjadi budak dari yang benar. Tebakannya adalah apa warna kuda “UCCAISRAWA” tersebut. Dewi Winata menebak putih semuanya, sedangkan Dewi Kadru menebak putih dengan ekor hitam. Setelah nampak kuda itu, ternyata berarna PUTIH SEMUA. Berarti dewi Kadru salah. Kalah, dan harus menjadi budak dari Dewi Winata.      

Mengetahui  hal itu, para ular, anak anak dari Dewi Kadru merasa sedih. Dewi Kadru pun menangis. Maka, dia lalu menyuruh anak anaknya untuk mengakali agar tebakannya benar. Akhirnya para  ular bertindak licik dengan menyemburkan bisanya pada ekor kuda itu, hingga hitamlah warnanya. Dengan demikian, tebakan Ibunya, Dewi Kadru menjadi benar, dan Dewi Winata yang salah dan harus menjadi budak dari Dewi Kadru.

Begitulah awal mula terjadi perbudakan antara dua saudara ini. Garuda yang tak merelakan ibunya menjadi budak, rela menggantikannya dengan tugas mengasuh para ular. Namun dalam masa pengasuhannya itu, garuda bertindak kejam. Jika ada ular yang membandel, Garuda tak segan segan memmbunuh dan memakannya. Kata garuda sendiri berasal dari bahasa Sanksekerta, “GRU” yang artinya menelan. Bagaimana kelanjutannya? Ada di sisi timur kaki candi. Terdapat fragmen garuda sedang membawa guci amerta.

Setelah Garuda sekian lama mengabdi pada Dewi Kadru, para ular akhirnya merasa kasihan juga. Karena mereka tahu sebenarnya ibu merekalah yang salah, dan seharusnya kalah dan menjadi budak. Maka, berundinglah mereka. Para ular dan garuda. Dan disepakati bahwa Ibu garuda dibebaskan dari perbudakan, akan tetapi Garuda harus menggantinya dengan air kehidupan “AMERTA”, yaitu minuman para dewa yang membuat siapapun yang meminumnya akan kekal abadi.

Pergilah Garuda ke Kahyangan untuk meminta air amerta. Namun permintaan baik baiknya ditolak mentah mentah oleh para dewa. Mengamuklah Garuda. Diobrak abriknya Kahyangan hingga luluh lantak. Para dewa tak mampu menandingi kesaktian garuda. Akhirnya, mereka meminta tolong pada Dewa Wisnu.

Namun Dewa Wisnu pun mengakui ketangguhan garuda. Jika dengan kekuatan dan kesaktian saja, tentu Dewa Wisnu bernasib sama dengan yang lain. Garuda terlalu tangguh. Namun bukan Dewa Wisnu jika tak mampu membujuk Garuda. Dia yang terkenal bijak, akhirnya mampu membuat Garuda menyerah dan mengatakan sebenarnya apa yang terjadi dan mengapa dia rela berbuat demikian. Semua demi baktinya kepada sang ibu, Dewi Winata yang hingga sekarang masih menjalani kehidupan budaknya.

Dewa Wisnu mengerti dan bersedia menolongnya, dengan syarat garuda mau menjadi kendaraannya. Garuda menyanggupinya. Lalu, dibawalah guci air amerta itu ke bumi, kepada para ular untuk ditukarkan dengan kebebasan ibunya. Berhasilkah ???   ada fragmen di  sisi utara yang melanjutkan kisahnya.

Garuda segera menemui para ular yang membawa Dewi Winata. Namun tanpa sepengetahuan para ular maupun garuda, Dewa Wisnu mengikutinya. Setelah bertemu dengan para ular, tanpa buang waktu, segera diberikannya guci itu pada para ular, dan Dewi Winata segera digendongnya, terbang ke Kahyangan, kediamannya. Sedangkan para ular dengan riang gembira bersiap siap untuk meminum air amerta dari guci itu.

Namun yang terjadi sungguh diluar dugaan. Saat para ular membuka tutup guci itu, tiba tiba guci itu lenyap dari pandangan, bagai tersambar kilat, guci itu telah berpindah tangan kepada Dewa Wisnu, yang membawanya kembali ke Kahyangan.

Demikinlah relief yang masih ada di Candi Kidal. Di bagian badan sudah banyak relung relung yang kosong. Kono direlung relung itu berisi arca Durgamahisasuramrdini, Ganesya, Siwa Guru/ Siwa Mahaguru (dewa Siwa sebagai pertapa/yogi), yang dalam anggapan lain menyebutnya Resi Agyasta yang digambarkan berujud pertapa tua dengan rambut disanggul, kumis dan jenggot panjang meruncing, berperut gendut. Memegang tasbih dan kendi amerta.
Demikiam tentang Candi Kidal, Tumpang, Malang, Jawa Timur.
Salam.