Tuesday, September 24, 2019

Situs Makam Jetis Suruh, Donoharjo, Ngaglik, Sleman

 Cukup banyak bebatuan candi di makam ini. ada arca unfinish berada di sudut.
kemungkinan banguna candi pernah berada di tempat ini.








Saturday, September 21, 2019

Petilasan HB VII Sentolo

 sangat menarik
Alkisah, sebuah pesan telah diterima. Pesan tersebut mengatakan bahwa wahyu kraton akan tiba di wilayah ini. Akan tetapi walau telah ditetapkan, perlu ikhtiar baik lahir maupun batin. Maka, seorang raja pun kemudian sering berkunjung dan melakukan tapa brata di wilayah ini. Demikian ringkas dari penuturan seorang tua yang tak sengaja kami temui.
Di sebuah pelataran yang cukup luas, tak jauh dari Sendang Beji dan Situs Candi Ngreco di Kleben, Kaliagung, Sentolo, Kulonprogo, kami berhenti di pinggir jalan, tepat di pintu masuk pelataran tersebut. Perjalanan kami terhenti karena melihat dua buah batu yang berdiri di kiri kanan jalan masuk itu. Salah satu batu masih terlihat relatif utuh. Dengan tinggi sekitar 1,5meter, bagian atas batu tersebut membentuk setengah lingkaran, dan terdapat sebuah bidang persegi yang menurut penuturan warga, di bidang itulah dulu tertulis huruf jawa gundul. Sayang sekali saat kami tiba, huruf huruf itu telah terkikis jaman hingga tak terbaca sama sekali. Sedangkan satu batu lagi, tertanam cukup dalam, hanya terlihat seperempat bagian yang paling atas, tertutup oleh genteng bekas. Konon, pelataran ini milik dari seorang pejabat pada jaman dahulu kala, mungkin pada era HB VIII.
Tak jauh dari pintu gerbang batu itu, terdapat sebuah batu dengan permukaan yang cukup rata, berada di depan rumah penduduk. Konon batu itu merupakan tempat untuk bersemedi HB VIII, dalam ikhtiarnya untuk menggapai wahyu kraton tersebut. Di tempat ini pula, pada jaman itu, terdapat keanehan alam, yaitu “kelopo cawang”, atau pohon kelapa yan bercabang, serta satu pohon beringin putih.

Menurutnya, kelopo cawang itu ada 3. Bercabang 3 itu melambangkan  3 alam yang dijalani manusia. Bercabang 4 melangangkan olah rasa dari manusia, dan bercabang 5 melambangangkan panca indera kita. Adapun makna yang lebih dalam dari itu semua, perlu pemahaman lebih dalam dan interprestasi dari masing masing diri kita. Sumonggo.









Candi Ngreco Sentolo

tak kusangkah...
Melacak Candi Ngreco.
Kecamatan Sentolo, Kulonprogo, rupanya menyimpan banyak peninggalan sejarah, baik pada masa Mataram Kuno, Mataram Islam, bahkan Mataram Kolonial, seperti yang terdapat di Dusun Kleben, Desa Kaliagung.
Pada saat penulis dengan disertai seorang teman menemui seseorang yang cukup menguasai wiayah tersebut, penulis mendapat cukup banyak gambaran, baik dari cerita tutur dari sesepuh maupun  pengalaman langsung dari yang bersangkutan.
Setelah menunggu saat lewat tengah hari, kami bertiga segera meluncur ke lokasi yang dimaksud. Jalanan yang kami lalui lumayan baik, jalan pintas melewati persawahan, cukup untuk berpapasan kendaraan bermotor. Tak lama kemudian sampailah kami di sebuah sendang. (sendang akan ditulis tersendiri, ndak kedawan....*penulis ki bebas hehehe.....)
“Ngreco ne pundi Mas?” tanya Penulis.
“Ayo Mas.....” ajak Beliau.
Dibawah bimbingan Beliau, kami melewati jalanan setapak, melewati pekarangan rumah penduduk. Tiba di rumah paling ujung, kami berhenti, dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki melewati pematang sawah, menuju sebuah sungai kecil yang hampir mengering, sementara seorang teman mendokumentasikan perjalanan ini dengan video.
Saat melewati pematang sawah, penulis sempat ditunjukkan sebuah batu bata yang berukuran cukup besar. Jauh lebih besar dari ukuran batu bata jaman sekarang. Setelah sampai di bibir sungai, tampak dari atas beberapa batu batu tersusun sebagai tangga menuju sungai. Penulis pun turun untuk mengetahui kebenarannya. Oke, benar.
Atas petunjuk Beliau pula, disepanjang sungai kecil ini banyak ditemukan batu bata semacam itu. Penulis segera menelusuri sungai, dan setelah berjalan kurang lebih 20 meter, penulis mendapati hal yang sama. Lokasi kedua ini berada tepat dibawah sebuah “gumuk”, dengan beberapa batu bata tersusun seperti lokasi pertama, namun kini penulis menemukan beberapa bebatuan persegi  yang telah jatuh ke sungai, maupun masih berada di lereng gumuk tersebut. Sebuah batuan bertakik tampak tergeletak di sungai. Dan satu lagi masih berada di lereng gumuk, tampak sebagian., dan batu bata berukuran besar terlihat cukup banyak di sela sela rekahan tanah.
Inilah yang disebut “ngreco”. Di gumuk inilah dulu terdapat sebuah arca, yang dalam wawancar terpisah dengan seorang yang lebih tua, arca tersebut mereka sebut sebagai “sona” (nandi, dugaan penulis adalah patung singa) yang menghadap ke timur, dan dua buah patung gupolo (dwarapala) yang saling berhadapan, utara dan selatan. Semua arca itu kini telah raib entah kemana. Sayang sekali, penulis lupa menanyakan ukuran masing masing arca tersebut.
Menilik dari besarnya batu bata yang jumlahnya cukup banyak, hal ini mirip sekali dengan apa yang ditemukan di situs Kamal dan Candi Sambiroto. Ukurannya pun relatif hampir sama, 25 x 35 x 10 cm. Dapat dipastikan bahwa di lokasi tersebut pernah berdiri sebuah bangunan candi. Sayang sekali, menurut keterangan dari Beliau, belum pernah dilakukan penyelidikan oleh pihak terkait untuk mengetahui lebih jelas tentang candi ini. Dan karena sampai saat ini lokasi itu hanya disebut sebagai “ngreco”, maka mulai saat ini penulis memberinya nama Candi Ngreco.

Semoga pihak berwenang berkenan untuk melakukan “sesuatu”.
























Cek lagi