Alkisah, sebuah pesan telah diterima. Pesan tersebut
mengatakan bahwa wahyu kraton akan tiba di wilayah ini. Akan tetapi walau telah
ditetapkan, perlu ikhtiar baik lahir maupun batin. Maka, seorang raja pun
kemudian sering berkunjung dan melakukan tapa brata di wilayah ini. Demikian ringkas
dari penuturan seorang tua yang tak sengaja kami temui.
Di sebuah pelataran yang cukup luas, tak jauh dari Sendang
Beji dan Situs Candi Ngreco di Kleben, Kaliagung, Sentolo, Kulonprogo, kami
berhenti di pinggir jalan, tepat di pintu masuk pelataran tersebut. Perjalanan kami
terhenti karena melihat dua buah batu yang berdiri di kiri kanan jalan masuk
itu. Salah satu batu masih terlihat relatif utuh. Dengan tinggi sekitar
1,5meter, bagian atas batu tersebut membentuk setengah lingkaran, dan terdapat
sebuah bidang persegi yang menurut penuturan warga, di bidang itulah dulu
tertulis huruf jawa gundul. Sayang sekali saat kami tiba, huruf huruf itu telah
terkikis jaman hingga tak terbaca sama sekali. Sedangkan satu batu lagi,
tertanam cukup dalam, hanya terlihat seperempat bagian yang paling atas,
tertutup oleh genteng bekas. Konon, pelataran ini milik dari seorang pejabat
pada jaman dahulu kala, mungkin pada era HB VIII.
Tak jauh dari pintu gerbang batu itu, terdapat sebuah batu
dengan permukaan yang cukup rata, berada di depan rumah penduduk. Konon batu
itu merupakan tempat untuk bersemedi HB VIII, dalam ikhtiarnya untuk menggapai
wahyu kraton tersebut. Di tempat ini pula, pada jaman itu, terdapat keanehan
alam, yaitu “kelopo cawang”, atau pohon kelapa yan bercabang, serta satu pohon
beringin putih.
Menurutnya, kelopo cawang itu ada 3. Bercabang 3 itu
melambangkan 3 alam yang dijalani
manusia. Bercabang 4 melangangkan olah rasa dari manusia, dan bercabang 5
melambangangkan panca indera kita. Adapun makna yang lebih dalam dari itu
semua, perlu pemahaman lebih dalam dan interprestasi dari masing masing diri
kita. Sumonggo.
No comments:
Post a Comment