Thursday, July 16, 2020

Li Bai : pemimpin wanita di Walaing (kini Jawa-Indonesia) disebut ximo

 Li Bai, Sang Dewa Terbuang Menulis Dalam Keadaan Mabuk
Kisah pada Kaisar Xuanzhong (712-755 dari Dinasti Tang. Hiduplah Li Bai adalah seoang cendekia yang gagal dalam ujian pemerintah kekaisaran untuk menjadi cendekia kerajaan.
Suatu saat, kekaisaran kedatangan utusan dari luar negeri yang ingin menaklukan kaisar.  Dengan membawa surat, semua pejabat kerajaan tak dapat mebaca isi surat itu. Dipanggilah Li Bai, yang ternyata  dapat mebaca surat dari utusan asing. Intinya, surat itu menyuruh kaisar untuk takluk.
“Sang Kaisar tak perlu cemas, besok akan kita tulis balasn untuk kodu mereka.”
“Kodu?” tanya Kaisar.
“Dalam tradisi Parhae, Kodu adalah pemimpin mereka. seperti  Khan di Uighur, Btasanpo (po = pu)di Tibet, pemimpin wanita di Walaing (kini Jawa-Indonesia) disebut ximo. Setiap suku mempunyai tradisi.
 Lalu dibalasnya surat itu. Surat balasan itu dibaca di depan kaisar dan utusan luar negeri  tersebut.
“....Kerajaan Roman Timur mempersembahkan anjing yang dapat menarik kuda, burung beo putih datang dari Walaing, mutiara berkilau dari Vietnam.....”
“....itu semua dipersembahkan pada Kaisar untuk perdamaian, keamanan dan pengakuan atas kekaisaran yang besar dan cinta damai...”
Utusan luar begeri  itupun kemudian  menarik mundur, mengurungkan niatnya.
Dari kutipan diatas, di jaman Dinasti Tang, dibawah kekuasaan Kaisar Xuanzhong (712-755), Walaing ( Jawa) sudah termashur hingga negeri ini, dengan dipimpin oleh seorang raja wanita bergelar “ximo”. Mungkin kita mengenalnya sebagai Ratu Sima. Sedangkan rupanya, Sima itu sendiri merupakan gelar, seperti Kodu, Khan, dlsb.
Walaing (Jawa)  bahkan telah ada hubungan baik dengan mempersembahkan hadiah di antara kerajaan kerajaan di dunia waktu itu.