Thursday, December 28, 2017

Empu Sorowulan, dan Pasar Perjuangan


Tak ada yang tau tentang silsilah dan siapakah Beliau sebenanya. Dari beberapa sumber didapat keterangan bahwa Beliau adalah seorang empu pembuat keris pada jamannya. Jamannya itupun jaman apa, tak ada keterangan lebih lanjut.
Namun demikian, namanya diabadikan menjadi sebuah wilayah, yang dengan perkembangan jaman dan “pemudahan” pengucapan menjadi Srowolan.

Mungkin, karena nama besar dan kepandaian Empu Sorowulan tersebut, menjadikan daerah tersebut ramai dikunjungi orang, dan terjadi lalu lintas perdagangan, hingga lambat laun terciptalah sebuah pasar yang diberi nama Pasar Srowolan. Menurut plakat yang berada di lokasi pasar tersebut, di dapat keterangan bahwa Pasar ini adalah Pasar Perjuangan Kasultanan Srowolan, dengan angka tahun 1921.
Melihat apa yang tertulis di plakat tesebut, terlihat lokasi ini sarat dengan cerita sejarah dan perjuangan yang sangat menarik. Bagaimana bisa terjadi? Disini coba saya tulis satu per satu sejauh yang saya tahu.

  1. Empu Sorowulan.
Keberadaan peninggalan Empu Sorowulan yang masih tersisa adlah sebuah lumpang agak panjang tempat Beliau merendam keris dalam proses pembuatan, serta sebuah batu yang konon untuk tempat menempa, serta prasasti yang ditandatangani oleh Retno Pembayun tentang peninggalan Empu Sorowulan tersebut. Tentang siapakah Beliau, hingga kini tak ada sumber yang dapat menjelaskan dengan lengkap.

  1. Pasar Perjuangan
1921 disana angka tahun itu tertulis. Pasar Srowolan, kemungkinan dicanangkan sebagai pasar adalah tahun tersebut. Pada jaman keesmasannya, pasar ini sangat ramai, mempertemukan para pedagang di hampir seluruh Jawa. Hal ini dapat dilihat dari masing masing los pasar yang bertuliskan antara lain “BRAAT SOERABIA,DJOGDJA, TEGAL, SOEKABOEMI” dan masih ada beberapa los pasar lagi.

Pasar Srowolan ini juga mendapatlkan predikat sebagai pasar pejuangan, karena saat  Agresi Militer Belanda, mereka sering mengadakan konvoi untuk pembersihan dan penyerangan, sehingga pasar  pasar menjadi sepi, yang kemudian menutup beberapa pasar terdekat diantaranya adalah Pasar Beran, Sleman (sekarang),  dengan maksud untuk menghentikan (embargo) logistik dan perekonomian rakyat yang secara bawah tanah mendukung pergerakan perang gerilya, maka Pasar Srowolan ini menjadi pilihan utama.

Karena letak pasar ini yang relatif jauh dari pemukiman dan akses jalan, menjadikan pasar ini disamping untuk kegiatan perdagangan, juga sebagai tempat bertemunya para pejuang untuk saling berkomunikasi dan menyusun strategi tempur selanjutnya. Pasar ini juga terhubung dengan jalur rel kereta tebu (lori) yang halurnya bisa langsung masuk ke jantung kota Yogyakarta. (bekas rel sudah musnah sama sekali).

  1. Sanggar Budaya sayuti Melik
Selain  itu, di lokasi ini juga terdapat Sanggar Budaya Sayuti Melik, sebuah bangunan rumah kecil di sebelah utara pasar. Sayuti Melik yang kita kenal sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia ini, bernama asli Muhamad Ibnu Sayuti, lahir 22 November 1908 putra dari seorang jajar bekel atau kepala desa di daerah itu. Lahir dan menghabiskan masa kecilnya dengan bersekolah di Sekolah Ongko Loro (Sekolah Dasar, sekarang) di desa Srowolan, tepatnya di utara pasar yang kini dikenang sebagai Sanggar Budaya Sayuti Melik tersebut.

  1. Pasar Milik Kasultanan
Dengan muatan sejarah dan kontribusi besarnya untuk negeri ini, pasar ini juga dinobatkan sebagai Pasar Kasultanan, diperkuat dengan ditandainya  sebuah prasasti di barat daya sebagai Peninggalan Empu Sorowulan, oleh GKR Pembayun.


  1. Cikal Bakal Kecamatan Pakem
Di sebelah utara Pasar Srowolan, terdapat bangunan yang dahulunya adalah kemantren (kantor mantri) yang mengurusi wilayah se-kemantrian (kecamatan, sekarang), dan disinilah cikal bakal Kecamatan Pakem berasal.


Kini, Sorowulan telah menjadi desa wisata outbond yang layak dikunjungi, yang peresmiannya dilakukan langusng oleh Panjenenganipun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Ingkang Kaping Sedoso, 2008.

Monggo pinarak.....