Tuesday, February 20, 2018

Sugriwa Subali di Gua Kiskenda Bagian 2 (tamat)

Di Kahyangan
Sugriwa datang melaporkan  kejadian di Gua Kiskenda kepada Bathara Indra sekaligus menyerahkan Dewi Tara kepadanya.

Bathara Indra memdengarkan dengan seksama cerita dari Sugriwa. Sampailah pada kesimpulan bahwa Subali tewas di dalam Gua Kiskenda oleh Mahesarsura. namun yang patut disukuri adalah Dewi Tara yang berhasil diselamatkan. Maka sebagai hadiah yang seharusnya untuk Subali, karena Subali dianggap telah tewas,  maka Dewi Tara dihadiahkan pada Sugriwa.

Sugriwa terperanjat. Bingung. Karena bukan dia yang berperang. Tak pantaslah baginya menerima hadiah yang bukan hasil jerih payahnya. Di sisi lain, ini adalah hadiah dari Dewa, yang sungguh tak sopan pula jika dia menolaknya. Sugriwa hanya diam. Tak tahu harus menjawab ya atau tidak. Untuk sementara waktu, Dewi Tara masih berada di Kaindran, istana Bathara Indra. Sementara Sugriwo mohon ijin untuk kembali.

Dalam perjalana kembali pulang, nampak sebuah sinar begitu cepat menembus awan ke angkasa, menuju tempatnya berada. Sugriwa bertanya tanya sinar apakah itu yang berjalan dengan cepat menuju dirinya. Setelah sampai dihadapannya, barulah dia tahu bahwa sinar itu adalah Kakaknya, Subali. Betapa riang hatinya melihat bahwa saudara tuanya itu ternyata selamat. Masih hidup. Ini berarti Subali mampu mengalahkan Mahesasura. Segera dia menghampiri dan ingin memeluknya.

“Duasssssshhhhh...!!!!!” tubuh Sugriwa terelmpar beberapa langkah ke belakang. Sugriwa segera bangun terhuyung huyung. Dia tak tahu apa yang terjadi. Saat kesadarannya pulih, nampak didepannya Subali masih dengan tangan kanan yang mengepal, dengan wajah memerah bagai tembaga, dan sorot matanya yang sangat tajam menusuk di dirinya.
“Kakang, ada apa Kakang? Apa yang ter.....” belum selesai Sugriwa berkata kata, kaki kakan Subali telah mendarat di dagunya. Membuatnya terpelanting dan jatuh berguling guling. Belum juga bangkit, Subali telah menendang perutnya dengan keras. Sugriwa benar benar jatuh bergulung gulung ke belakang. Namun Subali sama sekali tak memberinya ampun. Diburunya tubuh adiknya itu dan dengan tangan mengepal siap menghantam wajah Sugriwa.

Kali ini Sugriwa tak mau tinggal diam. Dalam waktu sekejap sebelum tangan kanan Subali mengenai wajahnya, kaki kanannya dengan sekuat tenaga dijejakkannya ke dada Subali. Subali yang sama sekali tak menduga  serangan mendadak itu, tak cukup waktu untuk mengelak. Dan..diesshhh!!!
Tubuh Subali terpelanting tinggi, bagai terbang, bergulung gulung di angkasa tak terkendali. Begitu kuatnya jejakkan kaki Sugriwa membuatnya bagai sebuah batu yang melenting dari ketapel. Shraaakkk..... sebagatang pohon besar tumbang tertimpa tubuh Subali. Begitu kerasnya daya dorong kaki Sugriwa mengakibatkan kerusakan yang mengerikan.
Sugriwa bangkit.

“Kakang.....engkau kenapa Kakang? Tanpa angin tanpa hujan kau hajar aku?” tanya Sugriwa setelah berhasil menguasai dirinya. Subali perlahan lahan bangun. Namun wajah dan sikapnya masih seperti semula. Penuh amarah yang membara.
“Kau licik Sugriwa!!!”
“Apa maksudmu Kakang?
“Kau mengambil kesempatan dalam kesempitan! Seperti itukah putra dari Resi Gaotama???” Subali menghujatnya.
“Kakang, apa yang terjadi? Mengapa Engkau sampai menyebut nyebut nama Ayah?”
“Kau sangaja menutup pintu gua agar kau bisa melarikan Dewi Tara!!!!
“Jagad Dewa Batara!!!! Kakang Subali, begitu piciknya pikiranmu! Aku melaksanakan apa yang Kakang perintahkan padaku. Aku sangat mematuhinya. Bagaimana mungkin aku berlaku picik terhadap saudaraku sendiri?” jawab Sugriwa keheranan.

“Omong kosong!!!” Subali gelap mata. Masih terlihat bekas luka luka pertempurannya denga  Mahesasura. Sugriwa tak sampai hati meliatnya. Ingin sekali dia menolongnya. Namu apa daya, Subali sama sekali tak dapat diajak bicara.
Kembali Sugriwa mengingatkan akan perintah dari Subali agar menutup pintu gua secepatnya saat mengetahui adanya darah putih yang mengalir dari dalam gua, dan segera membawa Dewi Tara ke Kahyangan untuk diesahkan pada Bathara Indra.

“Tak usah banyak bicara! Pengkhianat! Kau tentu juga ingin memiliki Dewi Tara bukan??? Rasakan tanganku!!!!” seiring berhentinya kata kata, Subali sudah mulai meluncurkan tubuhnya menerjang Sugriwa dengan sekuat tenaga. Subali benar benar kalap. Gelap mata terbakar oleh nafsunya sendiri. Sugriwa yang melihat Subali sudah tak mungkin lagi disadarkan, mau tak mau harus mempertahankan dirinya. Namun dia masih waras. Dia masih sadar bahwa Subali adalah kakaknya, saudara sedarah dagingnya. Maka yang dilakukan kemudian hanya sekedar mempertahankan diri, walau sekali sekali harus menyerang untuk memberi peringatan kakaknya.

Pohon pohon berjatuhan, berderak derak oleh sepak terjang keduannya. Asap mengepul ngepul oleh pijakan kaki kaki perkasa mereka. Burung dan hewan hewan hutan lainnya berlarian ketakutan, seolah terjadi gempa bumi dan longsor yang dahsyat. Dua kakak beradik putra dari Resi Gaotama itu saling memburu. Keduanya sama sama hebat, sama sama kuat. Keduanya mempunyai ilmu dan ketangkasan yang sama, yang bersumber dari air yang sama. Resi Gaotama.

Resi Gaotama, adalah seorang resi yang suci, karena ketekunannya dalam bersemedi, mata batinnya sangat tajam. Pun demikian dengan saat ini. Dia merasakan sesuatu yang sangat aneh memukul mukul dadanya. Sesuatu yang berbahaya sedang terjadi di suatu tempat. Dia pejamkan mata, dan dalam sekejap, zzziiiiiiingg...!!!! dia telah berdiri tegak di tengah kancah pertempuran Subali dan Sugriwa.  Berhenti sejenak dan memperhatikn keduanya saling serang dan saling menghindar. Makin lama semakin kencang, tenaga kedua anaknya itu semakin besar tercurah hingga melampaui batas batas yang sangat membahayakan keduany. Jika salah satu lengah, pasti akan berujung kematian. Tak dapat dibiarkn lagi.

“Subali! Sugriwa! Hentikan!!!” Subali dan Sugriwa sontak menghentikan perkelahian mereka manakala mereka dengan suara yang sangat mereka kenal menghardiknya. Seperti berjanji, keduanya lalu menghampiri  laki laki tua itu, dan segera menghaturkan sembah hormat.
“Maaf Ayah....” kata Subali dan Sugriwa hampir bersamaan. Sementara peluh dan keringat masih nampak mengalir di tubuh mereka berdua. Nafas mereka pun masih belum berangsur tenang. Namun mereka sama sekali tak mau menunggu lama untuk segera menyambut kedatangan ayahnya. Mereka tahu ayahnya tentu sangat murka melihat kedua anaknya berkelahi hingga diluar batas, untuk sesuatu yang tak sepadan dengan akibat jika salah satu diantara mereka tewas.

“Apa yang terjadi Subali? Sugriwa?” tanya Resi Gaotama setelah semua menjadi red dan tenang. Subali dan Sugriwa pun kemudian saling menceritakan tentang apa yang terjadi, sejak dari pertemuannya dengan Bathara Indra, hingga terjadinya perkelahian ini. Resi Gaotama mendengarkannya dengan seksama. Setelah semua selesai, berkatalah Resi Gaotama.
“Subali!” katanya
“Iya Ayah..” Subali tertunduk.
“Kau telah lancang dengan mengaku berdarah putih. Tak ada makhluk di dunia ini yang memiliki darah putih. Atas kelancanganmu itu, aku putuskan bahwa Dewi Tara adalah hak dari Sugriwa. Dan Kau, Subali, kelak kau akan mati oleh seorang ksatria titisan Bathara Wisnu.” Demikian Resi Gaotama memutuskan.

“Sekarang kalian pulanglah! Hentikan semua pertikaian ini. Kalian adalah kakak beradik. Tengoklah kakakmu Dewi Anjani. Kalian tak pernah mempedulikan saudara tua kalian itu.”

“Baik Ayah.....” keduanya menyembah hormat dan mohon diri.


photo :







No comments:

Post a Comment