Pagi yang cerah, teman teman
telah menghampiri dengan masing masing sepedanya. Hari liburan sekolah, biasa
yang kami lakukan adalah bermain main, sepedaan, dengan saling berboncengan. Dan
aku adalah anak yang paling setia bonceng, karena tak punya sepeda. Karena merasa
tak punya sepeda, akupun bersedia sebagai pengemudinya, dan pemilik sepedanya
tinggal duduk manis di belakang sambil bercanda dengan teman teman. Kami bersepuluh, dengan menaiki 5 sepeda,
saling berboncengan. Saat itu waktu liburan sekolah.
Kami berjalan ke arah tenggara
dari dusun kami, sekedar putar putar bersepeda. Sampailah kami di tempat sebuah
bangunan mirip kolam, dimana airnya sangat jernih, hingg ikan ikan yang
berenang di bawah airnyapun Nampak sangat jelas. Kolam itu tak pernah kering,
karena dari dalam kolam itulah sumber dari mata airnya. Mata air yang sangat
besar, yang konon katanya, untuk menutup mata air itupun diperlukan seekor sapi
yang besar, namun itupun belum dapat menutup hingga tuntas, dan akhirnya mata
air itupun berhasil di tutup dengan “lumpang”, sebuah batu besar yang pipih dan
cembung, mirip sebuah cobek yang berbentuk oval. Mata air itu ditutup, karena
daya sedotnya sangat besar, sehingga pernah terjadi korban. Kolam itu
belakangan terkenal dengan nama Umbul Pajangan.
Belum puas kami bermain, selesai
mandi di kolam beramai ramai, kami berjalan ke arah timur, lebih jauh lagi. Dan
di sana, di sebuah daerah persawahan di sisi sebuah desa, tampak hiruk pikuk
orang orang yang tengah mencari pasir, untuk dijual. Waktu itu kami hanya
bermain berkeliaran di sekitar penambangan pasir itu, dan setelah lelah dan
puas, kami pulang.
Kini, setelah sekian tahun
berlalu, aku melewati daerah itu lagi. Muncul keinginanku untuk melihat lihat
tempat daerah permainanku sewaktu kanak kanak.
Jalan setapak menuju tempat itu telah agak lebar, sehingga mudah bagiku
untuk samapi kesana. Namun yang ku lihat kali ini sunggung di luat dugaanku.
Tempay itu sekarang menjadi
seperti sebuah kolam yang tak terawatt, dengan air yang warnanya hingga menjadi
hijau. Kelihatan cukup menyeramkan dan dalam. Dilihat dari tonggak tonggak kayu
yang berbdiri di tengah tengahnya.
bagian atas candi yang di kelilingi tonggak kayu. terbenam air setinggi 8 meter |
bagian atap candi |
Yang sangat menarik kemudian
adalah, di tengah tengah dari tonggak tonggak kayu yang dipasang melingkar itu,
terdapat beberapa batu yang menyembul di atas air, dan batu itu membentuk
sebuah wujud bangunan.
Di seberang kolam itu terdapat
sebuah bangunan dengan beberapa orang duduk di sekitarnya. Aku hampiri, dan
dari mereka ku dapat keterangan bahwa bangunan di bawah air itu, adalah sebuah
candi. Candi yang dibuat pada jaman kerajaan hindu, yang berusia hampir sama
dengan candi yang tak jauh dari lokasi tersebut, yaitu Candi Sambisari, dan
Candi Prambanan. Candi yang terbenam olah air itu, yang bernama Candi Kedulan,
keadaannya lebih memprihatinkan daripada kedua candi tersebut.
rekontruksi yang masih jauh dari harapan |
Disamping keadaannya yang
terbenam oleh air, rekontruksi yang dilakukanpun, kelihatnnya masih jauh dari
harapan, melihat di sana sini masih berserakan batu batuan candi yang berlum
tersusun, patung patung dan arca yang terbelah belah dan terpotong potong yang
masih tersimpan di bangunan rumah itu, dan sebuah papan penunjuk jalan kea rah candi
yang mangkrak dan telah toboh.
“Tidak pernah selesai Mas, wong
tidak ada dananya (dari pemerintah)” kata bapak bapak yang ku jumpai di tempat
rekontruksi candi. Yah, seperti sebuah kain lusuh yang hanya di gantung di
tiang.
masih belum ketemu juga |
Ternyata, para penambang pasir
yang dulu pernah ku temui itulah penemu dari Candi Kedulan ini. Dari pihak yang
berwenang telah turun tangan, namun karena kendala satu dan lain hal, candi ini
masih sangat jauh dari sempurna. Candi induknya saja masih terbenam air,
bagaimana rekontrkusi akan dapat dilanjutkan? Dan hal inipun berlangsung cukup
lama, hingga air yang menggenang itupun sampi manjadi hijau warnanya. Bayangkan,
berapa lama candi induk itu tergenang air???
plang nama yang mankrak di kantor |
Mungkin hal seperti inilah yang kemudian apabila di amati dengan
seksama, lingkungan candi tersebut cukup membuat bulu kuduk merinding. Disamping
lokasinya di tengah sawah, di bawah tanah, tergenang air yang telah menghijau,
dan di sebelahnya mengalir sebuah sungai yang cukup dalam, dengan pohon pohon
yang cukup rapat di sekitarnya. Konon, pada malam tertentu, sering muncul
sebuah penampakan raksasa dengan membawa sebauh gada kuningan yang muncul dari
dalam candi induk itu. Hmmmm……. Tak boleh dibiarkan!!!!
No comments:
Post a Comment