Adalah seorang
pemuda desa yang terhalir dari rahim seorang ibu sederhana di pedesaan
nun jauh di pedalaman sebuah kerajaan yang telah mulai pudar sinarnya, di
belahan timur pula Jawa Dengan tekad baja mengembara menuruti kehendak hatinya,
dengan berguru pada alam semesta, dengan mencurahkan segala budi yang
dimilikinya, dan garis darah yang diyakininya, maka adalah sangat wajar apabila
dia menjadi seorang pemuda yang luar biasa, melebihi dari kemampuan pemuda
pemuda pada masanya, bahkan untuk ukuran para guru guru yang hidup pada
masanya.
Pengembaraan yang dalam waktu lama, dengan arah
tujuan yang tak pasti, hanya berjalan untuk mengabdi pada kemanuisaan yang ia
yakini, hingga tiba langkahnya di sebuah negeri. Negeri bahagian barat dari
pulau Jawa. Karena sebuah “teja” yang menyala pada raut mukanya, dan bentuk
tubuh serta kemampuan lahiriyah yang didukung dengan laku bathin yang terjaga,
tak heran apabila banyak kaum hawa yang tersita perhatiannya, dari segala
kasta. Tak hanya rakyat jelata namun dari golongan istanapun tertarik akan
keindahannya.
Jalinan kisah antara seorang pemuda desa dengan
puteri dari istana, tercipta seiring waktu dan suasana. Dan pertentanganpun
terjadi, buka antara keduanya, namun karena status kasta yang tak dapat
diterima. Sebuah kekecawaan besar yang menimpa atas sang pemuda, dimana
cita-cintanya tak dapat dia rengkuh dalam suatu masa. Dengan muka tunduk, dia
pergi meninggalkan semuanya, kembali ke pengembaraan seperti semula.
Kembara seperti semula, dengan arah ingin kembali ke
rumah bundanya, dimana dia dilahirkan dan beranjak dewasa. Namun jaman telah
berubah, tahta telah berganti, namun tekad di ahti untuk tetap mengabdi, tak
pernah padam bagai bara api. Saat tahta bergeming, dia beranikan diri untuk berpaling,
tanpa mengurangi hasrat untuk tetap mengabdi.
Sebuah janji suci terucap saat pengabdiannya
tersambut. Segala kemampuan lahir batin dicurahkan agar janjinya terwujud. Dalam waktu singkatpun, semua mata
takjub, dan duniapun tunduk. Namun dalam setiap perjalanan, selalu saja ada
rintangan, dan konflik dengan berbagai kepentingan.
Adalah cakarawala yang memerah saat dia terima
sebuah perintah, dari sang raja tempat dia curahkan segala daya upaya untuk mewujudkan sebuah Negara yang
perkasa. Perintah yang samasekali tak pernah terpikirkannya. Kali ini hatinya
bergolak, antara kepentingan Negara dan kepentingan hantinya. Stangkai bunga
telah memporakporandakan hatinya.
Demi sebuah cinta, dia relakan segala-galanya.
Bagaimanapun, dia adalah laki laki, yang punya hati dan cinta, seperti manusia
biasa.
No comments:
Post a Comment