Ada sesuatu yang sangat
menarik di cerita Humu Di Melantunkan Puisi dan Mengunjungi Akhirat, dalam buku
Kumpulan Kisah Klasik Dinasti Ming:
Zhang Shunmei Bertemu Gadis Kantik di Festival Lentera.
Humu Di, diceriatakan
bahwa dia adalah seorang cendekiawan alim, yang mengisi seluruh waktunya untuk
belajar, memperlajari berbagai macam kitab untuk mencapai tujuannya menjadi
seorang cendekiawan yang bergelar akademis yang mendapat pengakuan legal dari negaranya.
Dia hidup di sekitar abad XI, dalam masa pemerintahan Dinasti Yuan.
Cerita ini bermula saat
Humu Di bermabuk mabukan karena frustasi selalu gagal dalam mengikuti ujian Negara.
Padahal dia sudah belajar setiap waktu, dan menjauhi hal hal yang menjauhkannya
dari sifat alim.
Saat bermabuk mabukan
itulah dia melantunkan puisi yang berisi sumpah serapah tentang ketidak adilan
akhirat dimana Humu Di mengeluhkan yang jahat tidak dihukum sedangkan yang alim
tidak pula mendapatkan ganjaran.
Puisi tersebut
sangatlah keras dilantunkan hingga menarik perhatian Dewa Yama (dewa kematian, penguasa alam akhirat), karena dalam
puisi itu secara tidak langsung ditujukan untuknya. Dikirimlah pasukan yhaksa untuk menjemputnya dari dunia
ini.
Singkat kata, Humu Di
kemudian disuruh menjelaskan tentang puisinya itu. Namun karena ketakutan yang
melanda begitu hebat, Humu Di tak dapat menjelaskan dengan baik. Sedangkan Dewa
Yama, tanpa piker panjang, memberikan jawaban dari semua tanya dan penasaran
Humu Di dengan mengutus pasukan yhaksa untuk memperlihatkan pada Humu Ditentang kehidupan di dunia akhirat.
Diperlihatkanlah padanya
satu demi satu manusia yang pernah berbuat jahat dan bagaimana mereka menjalani
hukumannya, serta bagaiman satu demi satu manusia yang berbuat baik mendapatkan
pahalanya.
Demikianlah cerita dari
seorang Humu Di yang tanpa sengaja dapat mengunjungi akhirat karena lantunan
puisinya dalam kegalauannya.
Yang sangat menarik
disini adalah :
1. 1. Siapakah Humu Di? Saya tidak mampu
menemukan artikel yang lebih jelas lagi tentangnya.
2. 2. Dewa Yama (dewa kematian). Di dalam
cerita wayang jawa, Dewa = Batara. Jadi,
Dewa Yama bias saya artikan sebagai Betara Yama, Betara Yamadipati, yang
ternyata adalah dewa pencabut nyawa (dewa kematian). Yhaksa = Yakso, dalam wayang jawa berarti raksasa,
buto. Kebetulankah ini????
3. 3. “Diperlihatkanlah
padanya satu demi satu manusia yang pernah berbuat jahat dan bagaimana mereka
menjalani hukumannya, serta bagaiman satu demi satu manusia yang berbuat baik
mendapatkan pahalanya.” Kisah ini sangat mirip dengan kisah
Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.
4. 4. Dari nomer 3 diatas, kembali ke nomer 1.
Siapakah Humu Di sebenarnya? Sepanjang pengetahuan saya, hanya Nabi Muhammad
SAW saja yang mengalami perjalanan spiritual hingga sedemikan tingginya, atas
izin Allah.
Wallahu alam……