Thursday, May 9, 2019

Melacak Prasasti Hayu

 Pada tahun 1995 sebuah prasasti berbentuk balok batu ditemukan di Dukuh Gosutan Kranggan. Prasasti yg tidak memiliki angka tahun ini menurut para ahli epigrafi diperkirakan dari masa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yg memerintah Kerajaan Mataram Kuno ( baca : Mdang )  yaitu kurun waktu 855 – 885 M.
Prasasti ini berisi penetapan tanah sima di Desa Hayu oleh San Pamgat Warutunggal yg bernama Pu Wlat sehingga prasasti ini selanjutnya disebut Prasasti Hayu. Yg menarik dari isi Prasasti Hayu adalah penetapan tanah sima di Desa Hayu yg hasilnya dipergunakan untuk kabhikuan di Syakan.
Kabhikuan adalah bangunan suci pemeluk ajaran Budha, jadi jelaslah kalau masyarakat Desa Hayu kala itu banyak yg menganut ajaran Budha selain mungkin ada juga yg menganut ajaran Hindu.
Tidak berapa jauh dari lokasi penemuan Prasasti Hayu di Desa Solodiran yg berbatasan langsung dengan wilayah Desa Kranggan pada tahun 2015 ditemukan benda yg diduga benda cagar budaya saat dilakukan proyek revitalisasi saluran irigasi di sekitar Embung Karangasem.
Penemuan benda yg diduga benda cagar budaya tersebut berlanjut hingga tahun 2017 saat pembuatan wahana air di Desa Solodiran. Jumlah keseluruhan benda purbakala itu mencapai 67 buah yg terdiri dari yoni dan berbagai bentuk batu candi. Pihak pemerintah desa Solodiran pun berinisiatif merawat semua benda bersejarah itu dan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata peradaban lama di wahana air yg sedang dirintisnya.
Menilik keberadaan yoni pada penemuan di desa Solodiran dimungkinkan dulunya daerah ini banyak dihuni penganut ajaran Hindu. Desa Solodiran sendiri terletak di sebelah selatan desa Kranggan yg banyak dihuni pemeluk ajaran Budha.
Tentunya selain penemuan benda – benda purbakala diatas masih banyak lagi peninggalan sejarah peradaban masa lalu yg masih masih terkubur di wilayah Manisrenggo mengingat daerah ini dilalui aliran sungai Woro yg bersumber dari gunung Merapi.
Merujuk pada isi Prasasti Hayu yg memuat nama watak Warutunggal sebagai wilayah yg membawahi desa – desa di wilayahnya yg berjumlah hingga mencapai 40 nama tentulah Warutunggal merupakan sebuah wilayah ( baca : watak  ) yg cukup besar. Di Kecamatan Manisrenggo sendiri terdapat toponimi Warutunggal yg masih eksis hingga sekarang yaitu Dukuh Wanutunggal yg masuk Desa Nangsri, desa penghasilan tembakau rajang terbesar di Kabupaten Klaten.
Letak Desa Nangsri sendiri secara administratif berbatasan langsung dengan Desa Solodiran tempat ditemukannya 67 benda yg diduga benda cagar budaya. Nangsri sendiri menurut warga desanya berasal dari kata tenang dan asri sehingga mereka meyakini tempat tinggalnya saat ini memiliki suasana yg tenang dan asri karena diberkahi tanah yg subur sebagai sentral tanaman tembakau di wilayah Klaten.
San Pamgat Warutunggal juga termasuk salah satu wilayah yg di sebut dalam prasasti in situ Candi Plaosan yg terletak di baris pertama anumodha yg dipersembahkan untuk pembangunan Candi Plaosan.
Hal ini semakin mendukung keberadaan dusun Wanutunggal sekarang ini yg berada di sebelah timur laut dari Candi Plaosan sebagai wilayah watak yg disebut dalam Prasasti Hayu maupun Prasasti Anumodha Candi Plaosan yg sesuai dengan tata letaknya.
Tentulah tugas para ahli arkeologi sekarang untuk lebih melakukan penelitian lanjutan mengingat Prasasti Hayu termasuk prasasti yg terbaru ditemukan di wilayah Kabupaten Klaten. Mengingat pentingnya wilayah Manisrenggo pada jaman dulu sebagai wilayah watak yg besar tentu kondisinya sekarang sangat mengkhawatirkan dimana di daerah ini banyak terdapat penggalian pasir yg memungkinkan rusaknya atau bahkan ikut diambil seperti dalam kasus Situs Kaliworo.
Pu Wlat sebagai seorang pemimpin di watak Warutunggal tentulah bukan orang sembarangan karena memiliki wewenang menetapkan daerah menjadi sima yg biasanya penetapannya hanya di lakukan oleh Rakarayan / Rakai dan Sri Maharaja sendiri. Yg pasti watak Warutunggal sudah ada sejak jaman Sri Maharaja Rakai Pikatan yg membangun Candi Plaosan.
Manisrenggo sebuah daerah watak yg patut menjadi bahan penelitian para pecinta sejarah di Klaten.

Sumber : Sejarah Klaten







No comments:

Post a Comment