SELASAR
Dalam bangunan kuil atau candi kadang-kadang dapat dilihat
dilengkapi dengan susunan horisontal mendatar berupa lantai yang bisa sejajar
dengan tubuh candi, lebih rendah atau bahkan menempel pada tubuh candi tetapi
letaknya tidak di dalam dinding bangunan tetapi mengarah keluar dan
mengelilingi bangunan utama tersebut. Pada setiap candi yang memiliki susunan
lantai yang semacam ini ukuran lantainya diapit atau terdapat diantara pagar
langkan dan dinding bangunan candi (tubuh candi) maka akan terjadi lorong yang
mengelilingi bangunan candi itu pula. Lantai atau lorong tersebut dalam
arkeologi disebut selasar.
Ditinjau dari fungsi yang dikandung oleh selasar itu dapat
dibedakan dalam dua macam, yaitu : fungsi religius dan fungsi yang berkenaan
dengan bangunan candi itu. Fungsi religius dari selasar adalah sebagai sarana
jalan untuk melakukan pradaksina dan atau prasawiya dimana dengan melakukan
pradaksina atau prasawiya itu dapat kita ikuti atau ketahui jalan cerita yang
biasanya dilukiskan dalam bentuk relief pada pagar langkan atau dinding tubuh
candi.
Fungsi yang kedua dapat disebutkan sebagai perluasan atau
sisa bidang mendatar dari kaki candi atau bagian lain untuk menempatkan pagar
langkan.
Kedua fungsi ini belum tentu dimiliki setiap kuil atau
candi, karena candi yang berselasar belum tentu berpagar langkan tetapi candi
yang berpagar langkan dapat dipastikan mempunyai selasar.
Pada candi yang berselasar tunggal maka dapat
diidentifikasikan bahwa selasar itu adalah sisa dari kaki atau batur candi yang
kemungkinan memang disengaja disisakan/dibuat untuk maksud tertentu. Sedang
untuk candi yang berselasar ganda, selasar dapat merupakan bagian dari batur,
bagian tubuh candi yang sengaja disisakan untuk selasar, selain bagian dari
kaki candi. Sebagai contoh pada candi Borobudur selasarnya terdapat pada tiap
tingkatan sedang pada candi Ciwa di komplek percandian Loro Jonggrang
selasarnya hanya satu.
Pada dasarnya selasar dapat dimasukkan sebagai salah satu
unsur/bagian dari bangunan candi meskipun bukan sebagai unsur yang pokok karena
tidak harus ada pada setiap candi, demikian pula dengan pagar langkan.
Dapat dikatakan bahwa antara selasar dengan pagar langkan
itu adalah satu kesatuan, dimana ada pagar langkan tentu ada selasar namun bila
ada selasar belum tentu ada pagar langkan. Contoh hal yang kedua adalah pada
candi Plaosan Lor, dimana pada selasarnya tidak terdapat pagar langkan.
Suatu hal yang menarik, sementara selasar memiliki peranan
yang cukup penting dalam hal-hal tertentu tetapi ternyata tidak semua bangunan
yang sejenis menggunakan selasar. Apakah adanya selasar ini hanya karena
kehendak si perencana pembangunan candi itu atau ada pertimbangan lain yang
lebih dalam, atau kurang perhatikan lagi kepentingannya ?
Demikianlah tinjauan secara sepintas terhadap bentuk fisik
dan fungsi selasar sejauh saya ketahui.
PAGAR LANGKAN
Dilihat dari segi letak, pagar langkan adalah merupakan
bagian dari candi sehingga tidak lepas dari candi itu sndiri dan secara pasti
terdapat pada selasar candi di sebelah sisi luar. Pada umumnya bagian ini
terdapat pada kaki candi atau tubuh bagian bawah. Namun demikian tidak semua
bangunan candi khususnya untuk kuil memiliki bagian ini.
Bila dilihat dari segi fungsinya, dapat diberikan sedikit
keterangan tentang fungsi dari pagar langkan ini. Fungsi yang pertama adalah
untuk perluasan dari bidang candi guna menempatkan relief baik sekedar berupa
ornamentasi atau cerita-cerita, kedua berfungsi sebagai batas antara daerah
yang dianggap suci dengan daerah yang profan.
Bentuk dari pagar langkan ini adalah berupa suatu bangunan
dinding yang tidak terlalu tinggi dan mengelilingi bangunan candi tetapi tidak
terpisahkan dari candinya karena dihubungkan dengan/oleh selasar. Pada umumnya
pagar langkan dibangun tepat di atas ujung selasar yang menjorok ke luar dari
tubuh candi. Lain halnya dengan dinding/tembok keliling candi yang letaknya
sangat diluar candi sebagai pembatas halaman atau batas komplek candi.
Kalau dilihat bahwa tidak semua candi memiliki pagar
langkan, dapat timbul berbagai pendapat mengenai hal ini. Sebagai misal secara
struktural pagar langkan adalah salah satu bagian candi tetapi bukanlah bagian
yang harus atau selalu ada dengan kata lain hanya sebagai pelengkap namun
demikian harus diakui bahwa dengan adanya pagar langkan yang dilengkapi dengan
relief cerita atau ornamentasi tersebut kita dapat lebih banyak mengetahui
perjalanan hasil kesenian dan keadaan sosial-ekonomi serta keagamaan masyarakat
Indonesia pada masa dahulu.
Bila ditinjau dari segi keagamaan, fungsi pagar langkan
kurang begitu menunjukkan hal yang nyata selain dengan mengikuti alur cerita
relief yang dipahatkan kita dapat mengetahui ritual apakah yang ditimbulkan
dari mengikuti alur relief itu, pradaksina (pemujaan dewa) atau prasawya
(pemujaan leluhur). Memang dalam hal ini alur relief yang dipahatkan pada pagar
langkan sangat membantu kita untuk mengetahui untuk upacara apakah candi itu
didirikan.
Dan dari segi relief yang dipahatkan biasanya terlihat
relief dengan jenis ‘high relief’. Sedang untuk ceritanya pada umumnya
disesuaikan dengan sifat atau latar belakang keagamaan dari candinya.
https://jogja.tribunnews.com/2020/04/25/stupa-dawangsari-bakal-lebih-besar-dari-stupa-induk-candi-borobudur
https://jogja.tribunnews.com/2020/04/25/stupa-dawangsari-bakal-lebih-besar-dari-stupa-induk-candi-borobudur
No comments:
Post a Comment