Hampi maghrib aku dan kluarga tiba di Batu, Malang. Teringat
akan candi di tempat itu yang sejak 5 tahun yang lalu belum sempat ku kunjungi.
Kali ini aku sempatkan.
Kota Batu memiliki belasan obyek wisata menarik untuk
dikunjungi. Selain memiliki obyek wisata buatan yang sudah dikenal, seperti
Jatim Park, Batu Night Spectaculer (BNS), dan taman bunga Selecta, masih ada
obyek wisata alam berupa coban (air terjun).
Di sisi lain, kota yang dikelilingi Gunung Panderman dan
Arjuno ini juga memiliki obyek wisata sejarah berupa Candi Songgoriti di Jl
Songgoriti Desa Songgokerto. Konon, candi ini merupakan tempat pertemuan Ken
Arok dengan Ken Dedes. Cerita lainnya, di candi ini Empu Sendok, Empu Gandring,
dan Empu Supo mencuci keris kesaktiannya.
Jika wisatawan datang ke candi itu, bakal mendapatkan banyak
cerita sejarah kerajaan sebelum Indonesia menjadi republik dari Harioto (50)
juru kunci candi. Pengetahuan Harioto sebagian besar dari para leluhurnya, yang
juga menjadi juru kunci candi sebelumnya. Ia sendiri merupakan juru kunci ke
tujuh. Sebelumnya ada Mbah Sairuh, Mbok Paitun, Mbok Rumina, Arjo Poeslan,
Parlan, dan Supardi.
Dari penuturan Harioto, candi yang terlihat saat ini
merupakan pucuknya saja. Diyakini, candi itu sebenarnya memiliki panjang 180
meter dan lebar 60 meter. Sayangnya, candi itu tidak digali. Bahlan, berjarak
sekitar 10 meter telah berdiri hotel Songgoriti. "Candi ini tertua dan
terbesar di Indonesia, tidak tahu mengapa tidak digali lagi,” ujar Harioto yang
juga menunjukkan bentuk bangunan lain di sekitar candi dan diyakini candi itu
terpendam tanah, Minggu (11/8).
Anehnya lagi, di bawah candi, tepatnya di pucuk candi
terdapat tiga sumber mata air. Satu sumber air panas dengan 47 derajat
celsius, sumber air dingin, dan tepat di
ujung bangunan candi terdapat air belerang. Air belerang ini merupakan tempat
para empu menyuci keris.
Keyakinan adanya kekuatan dalam candi itu, mengundang para
pejabat maupun calon kepala daerah selalu datang ke sana. Kata Harioto, mereka
datang tengah malam ingin mandi kembang dengan air panas. Setelah itu, mereka
melakukan ritual supaya keinginannya tercapai.
Biasanya, mereka yang datang untuk ritual selalu muncul
setiap hari Selasa kliwon, Jumat kliwon, dan kamis kliwon. Sebelum datang,
mereka minta dibelikan bahan-bahan untuk tirual, seperti bunga untuk mandi.
"Tanggal 23 Juni lalu, raja se-Nusantara dan dari negara lain datang.
Mereka kagum dengan tiga sumber mata air yang memiliki suhu berbedam meskipun
jaraknya tak lebih dari 1 meter,” katanya.
Bagi warga Songgoriti, keberadaan candi itu memiliki arti
sendiri. Setiap malam tanggal satu suro dan ba’da (setelah) Maulid Nabi
Muhammad, warga melakukan selamatan membuat jenang suro lalu menggelar
wayangan. Untuk Ba’da maulid biasanya digelar pada hari Selasa kliwon
(penanggalan jawa).
"Warga menghormati leluhur dan minta kepada Yang Kuasa
agar diberi rezeki melimpah, kesehatan, serta panjang umur. Semua warga tumplek
blek di sini,” ungkapnya
No comments:
Post a Comment