Thursday, March 14, 2019

Situs Dompyongan Jogonalan Klaten

 Harta karun diduga kuat dari masa Mataram Kuna itu terpendam di bawah kuburan Dusun Krapyak, Desa Dompyongan, Jogonalan, Klaten.
Jejak-jejak artefaknya sudah banyak yang muncul ke permukaan. “Namun saya yakin masih banyak harta karun lain di bawah sana,” kata Setyo Purwanto (45), warga Krapyak.
Harta karun seperti apakah wujudnya? Dilihat dari yang sudah ada dan tersisa di permukaan, harta karun itu kemungkinan bangunan suci atau candi berukuran cukup besar.
“Posisinya terkubur di kedalaman minimal 1,2 meter. Tiap kita bikin liang lahat, di kedalaman itu kita ketemu seperti lantai, batu persegi ditata saling mengunci,” kata Purwanto, Selasa (5/3/2019).
Beberapa artefak besar kini teronggok di sejumlah lokasi di Dusun Krapyak. Ada sebuah dorpel atau ambang pintu dari batu andesit persegi. Ukurannya sekitar 120x65 cm.
Dorpel itu digeletakkan di pojok kuburan di belakang masjid dusun. Sebuah batu bertakik juga tergeletak begitu saja di tepian timur makam.
“Dorpel itu sudah lama naiknya, saya lupa kapan, tapi dulu ditemukan saat penggalian oleh para pemuda,” lanjut tokoh pemuda Dompyongan ini.
Di pekarangan rumah keluarga Purwanto, juga bertumpuk-tumpuk batu bertakik, batu berelief sulur, serta sebuah antefik candi yang bentuknya sangat khas.
 “Itu dulunya tersebar di dekat kuburan. Lalu saya pindahkan ke sini supaya tidak ikut dihancurkan,” lanjut pria penghobi bonsai ini.
Dihancurkan? “Ya, dihancurkan baik saat missal menggali liang lahat, untuk pondasi pagar atau rumah, dan ada yang diangkut truk untuk bahan bangunan,” imbuhnya.
Sebagian besar batu-batu dari bawah kuburan yang sudah dinaikkan, kini tertanam di sepanjang pagar batu jalan di pedusunan tersebut.
Jejaknya terlihat jelas jika mencermati bagian-bagian pagar batu itu. Ada bagian-bagian sisa batu bertakik, dan juga sisa batu berelief yang kini mulai aus di pagar jalan itu.
Di rumah Sadiman, warga Dusun Krapyak yang rumahnya di selatan makam, ada sekurangnya tiga artefak penting sisa bangunan kuna.
Terdiri dua bagian pipi tangga candi, yang sepintas berbentuk makara. Namun Makara pipi tangga ini polos, tidak berbentuk naga atau makhluk aneh seperti di candi-candi kuna lainnnya.
Kedua makara pipi tangga cukup besar itu diletakkan di kiri kanan pintu masuk halaman rumah Sadiman. “Dulu ya pindahan dari makam di belakang sana,” kata Sadiman di halaman rumahnya.
Satu lagi artefak yang terdapat di rumah Sadiman adalah potongan arca kecil yang menyisakan bagian pinggang ke bawah.
Meski sulit memastikan arca figure siapa, namun dari sisanya tampak jelas arca itu cukup detail. Menggambarkan figure sedang duduk bersila dalam posisi tangan bertumpu di kedua pahanya.
“Sejak ditemukannya yang bentuknya begini, sudah terpotong,” kata Sadiman yang mengaku dulu ia pernah menyimpan satu arca lagi, cukup besar, mendekati ukuran tubuh manusia sebenarnya.
 “Tapi arca itu sudah hilang, dibawa pergi, katanya pembeli,” aku Sadiman yang bertahun lalu turut ikut saat pembangunan masjid di belakang rumahnya.
“Di bawah masjid itu juga banyak batunya. Mungkin juga di bawah jalan depan masjid, dan di lokasi sekitarnya,” lanjut pria berambut putih ini.
Menurut Purwanto, area yang menyimpan banyak peninggalan kuna di dusunnya kemungkinan sangat luas. Radiusnya bisa mencapai lebih kurang 500 meter.
“Sebelah timur laut, jarak sekitar 400 meter, pernah ditemukan arca juga. Kondisi sangat bagus, posisi berdiri, figurnya dewasa. Entah arca figure siapa. Ditemukan di pekarangan Pak Tumiyo,” katanya.
Diperkirakan berada di kedalaman 1,2 meter di areal pemakaman di Dusun Krapyak, Desa Dompyongan, Jogonalan, Klaten
























No comments:

Post a Comment