Harta karun diduga kuat dari masa Mataram Kuna itu terpendam
di bawah kuburan Dusun Krapyak, Desa Dompyongan, Jogonalan, Klaten.
Jejak-jejak artefaknya sudah banyak yang muncul ke
permukaan. “Namun saya yakin masih banyak harta karun lain di bawah sana,” kata
Setyo Purwanto (45), warga Krapyak.
Harta karun seperti apakah wujudnya? Dilihat dari yang sudah
ada dan tersisa di permukaan, harta karun itu kemungkinan bangunan suci atau
candi berukuran cukup besar.
“Posisinya terkubur di kedalaman minimal 1,2 meter. Tiap
kita bikin liang lahat, di kedalaman itu kita ketemu seperti lantai, batu
persegi ditata saling mengunci,” kata Purwanto, Selasa (5/3/2019).
Beberapa artefak besar kini teronggok di sejumlah lokasi di
Dusun Krapyak. Ada sebuah dorpel atau ambang pintu dari batu andesit persegi.
Ukurannya sekitar 120x65 cm.
Dorpel itu digeletakkan di pojok kuburan di belakang masjid
dusun. Sebuah batu bertakik juga tergeletak begitu saja di tepian timur makam.
“Dorpel itu sudah lama naiknya, saya lupa kapan, tapi dulu
ditemukan saat penggalian oleh para pemuda,” lanjut tokoh pemuda Dompyongan
ini.
Di pekarangan rumah keluarga Purwanto, juga bertumpuk-tumpuk
batu bertakik, batu berelief sulur, serta sebuah antefik candi yang bentuknya
sangat khas.
“Itu dulunya tersebar
di dekat kuburan. Lalu saya pindahkan ke sini supaya tidak ikut dihancurkan,”
lanjut pria penghobi bonsai ini.
Dihancurkan? “Ya, dihancurkan baik saat missal menggali
liang lahat, untuk pondasi pagar atau rumah, dan ada yang diangkut truk untuk
bahan bangunan,” imbuhnya.
Sebagian besar batu-batu dari bawah kuburan yang sudah
dinaikkan, kini tertanam di sepanjang pagar batu jalan di pedusunan tersebut.
Jejaknya terlihat jelas jika mencermati bagian-bagian pagar
batu itu. Ada bagian-bagian sisa batu bertakik, dan juga sisa batu berelief
yang kini mulai aus di pagar jalan itu.
Di rumah Sadiman, warga Dusun Krapyak yang rumahnya di
selatan makam, ada sekurangnya tiga artefak penting sisa bangunan kuna.
Terdiri dua bagian pipi tangga candi, yang sepintas
berbentuk makara. Namun Makara pipi tangga ini polos, tidak berbentuk naga atau
makhluk aneh seperti di candi-candi kuna lainnnya.
Kedua makara pipi tangga cukup besar itu diletakkan di kiri
kanan pintu masuk halaman rumah Sadiman. “Dulu ya pindahan dari makam di
belakang sana,” kata Sadiman di halaman rumahnya.
Satu lagi artefak yang terdapat di rumah Sadiman adalah
potongan arca kecil yang menyisakan bagian pinggang ke bawah.
Meski sulit memastikan arca figure siapa, namun dari sisanya
tampak jelas arca itu cukup detail. Menggambarkan figure sedang duduk bersila
dalam posisi tangan bertumpu di kedua pahanya.
“Sejak ditemukannya yang bentuknya begini, sudah terpotong,”
kata Sadiman yang mengaku dulu ia pernah menyimpan satu arca lagi, cukup besar,
mendekati ukuran tubuh manusia sebenarnya.
“Tapi arca itu sudah
hilang, dibawa pergi, katanya pembeli,” aku Sadiman yang bertahun lalu turut
ikut saat pembangunan masjid di belakang rumahnya.
“Di bawah masjid itu juga banyak batunya. Mungkin juga di
bawah jalan depan masjid, dan di lokasi sekitarnya,” lanjut pria berambut putih
ini.
Menurut Purwanto, area yang menyimpan banyak peninggalan
kuna di dusunnya kemungkinan sangat luas. Radiusnya bisa mencapai lebih kurang
500 meter.
“Sebelah timur laut, jarak sekitar 400 meter, pernah
ditemukan arca juga. Kondisi sangat bagus, posisi berdiri, figurnya dewasa.
Entah arca figure siapa. Ditemukan di pekarangan Pak Tumiyo,” katanya.
Diperkirakan berada di kedalaman 1,2 meter di areal
pemakaman di Dusun Krapyak, Desa Dompyongan, Jogonalan, Klaten
Sumber : Situs Dompyongan
No comments:
Post a Comment