Tuesday, April 30, 2019

Situs Jlegongan Tempel oleh Dwi Ony Raharjo

 beberapa batuan candi ditemukan di desa ini saat menggali sumur. konon ada arca dan lapik tak jauh dari lokasi ini. namun saat pelacak melakukan pencarian, tidak membuahkan hasil.





Monday, April 29, 2019

Situs Gunung Gedang

 belum ada info babarblas...


Situs Semarangan oleh Dwi Ony Raharjo

Semarangan (Marangan)
In lowland, on flat ground, 400m west of kali Gawe. From here one can see the Ratu Boko Plateau, Mount Pegat, Mount Ijo and the rest of the western edge of the Gunung Kidul. The site is located 400m to the east southeast of Keblak, 500m to the southeast of Gaja, 600m to the northeast of Singo, 600m to the west southwest of Banyunibo, 900m to the south of Ratu Boko and 1000m to the southeast of Watugudig.
Religion: Hindu.
Main features: Unknown.
State of preservation: Scattered stones.
Description: Nothing in situ but lots of stones scattered in several courtyards of the village, some used to build fences, other to build a well. Some fragments of architectonic elements: lintels, pilasters, finials, mouldings, antefixes and pinnacles. Most of the blocks seem to have been left unfinished, without any carving.
A yoni was also discovered here (B803) (Hasil pengumpulan Prambanan). 



















Situs Lapik Arca Wanujoyo oleh Dwi Ony Raharjo

Situs yang sangat menarik. Berukuran 52 x 52 x 53, dan diameter kura kiura 49cm. Seolah menjadi titik hubung antara deretan Boko ke selatan dan berbelok ke barat ke arah Situs Payak dan sekitarnya.




Friday, April 26, 2019

Maka, Empu Supo, Pengging Boyolali

 Mpu Supo Madrangi adalah saudara kandung dari Mpu Tumenggung Supodriyo. Mpu Supodriyo adalah suami dari Dewi Rasawulan, adik Sunan Kalijaga. Ia adalah Empu (Ahli keris) kerajaan Majapahit yang hidup di sekitar abad ke 15. Karya karyanya yang termasyhur antara lain Keris Kyai Nagasasra, Kyai Sengkelat dan Kyai Carubuk. Sebelum menikah dengan Dewi Rasawulan, Mpu Supa beragama Hindu kemudian memeluk agama Islam setelah berdialog dengan Sunan Kalijaga.

Dalam satu legenda dikisahkan Sunan Kalijaga meminta tolong untuk dibuatkan keris coten-sembelih (pegangan lebai untuk menyembelih kambing). Lalu oleh ia diberikan calon besi yang ukurannya sebesar biji asam jawa. Mengetahui besarnya calon besi tersebut, Empu Supa sedikit terkejut. Ia berkata besi ini bobotnya berat sekali, tak seimbang dengan besar wujudnya dan tidak yakin apakah cukup untuk dibuat keris. Lalu Sunan Kalijaga berkata kalau besi itu tidak hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung. Karena ampuh perkataan Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma sebesar gunung.
Ringkas cerita, besipun kemudian dikerjakan. Tidak lama, jadilah keris, kemudian diserahkan kepada Sunan Kalijaga. Akan tetapi anehnya begitu melihat bentuknya, seketika juga Sunan Kalijaga menjadi kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara karena kagum dan tersentuh perasaannya, karena hasil kejadian keris itu berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan. Maksud semula untuk dijadikan pegangan lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa (baca Nusantara) asli Majapahit, luk tiga belas. Karena berwarna kemerahan, keris itu dinamakan Kyai Sengkelat (artinya bersemu merah) sedangkan jumlah luknya ada tiga belas.

Lalu Empu Supa diberi lagi besi yang ukurannya sebesar kemiri. Setelah dikerjakan, jadilah sebilah keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Begitu mengetahui wujud keris yang dihasilkann, sunan Kalijaga sangat senang hatinya dan dinamakan Kyai Carubuk.

Sumber : Empu Supo




Situs Cabean Kunti

 blawur2 dulu ya...