Di Desa Sumber Arum, Kecamatan Moyudan, Sleman, banyak
dikenal cerita-cerita dongeng tentang kepahlawanan Pangeran Diponegoro,
diantaranya cerita Putri Cinde Wilis, cerita ini menggambarkan kepahlawanan
prajurit wanita pasukan Pangeran Diponegoro yaitu Nyi Ageng Serang, cerita ini
berpengaruh dalam menjiwai permainan jathilan. Permainan Jathilan dipengaruhi
adanya sendang yang berada di desa Sumberan yang dianggap keramat sendang itu
disebut Si Bobor, Sendang Gege, Sendang Boho, dan Sendang Doya.
Upacara Ngombekake Jaran Kepang menurut cerita sudah ada
sejak Laskar Pangeran Diponegoro beristirahat di desa Sumberarum. Orang yang
pertama kali mengadakan upacara tersebut adalah Demang Capawisa. Upacara ini
pada intinya dilatarbelakangi adanya cerita kepahlawanan dan kesaktian Pangeran
Diponegoro dan laskarnya yang menggambarkan adanya kekuatan supranatural. Warga
masyarakat menyakini dengan melakukan upacara tersebut (bagi pemain jaran
kepang) akan juga mewarisi keampuhan Pangeran Diponegoro dan laskarnya. Nama
Sendang Si Bobor adalah pemberian dari Pengeran Diponegoro dan di dekat sendang
itu ada Masjid yang dulu pernah dipakai untuk sembahyang Pangeran Diponegoro.
Prosesi upacara Ngombekake Jaran kepang pelaksanaan tidak
tentu, tergantung kelompok Jaran Kepang yang menginginkan upacara. Waktu
pelaksanaan Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon, pada siang hari. Sebelumnya,
kelompok yang akan melaksanakan ritual tersebut harus meminta izin terlebih
dahulu kepada Juru Kunci setempat untuk menentukan waktu. Bila sudah ada
kesepakatan, kelompok Jathilan tersebut datang ke lokasi dengan pakaian lengkap
dan berjalan kaki dengan membawa rangkaian sesaji upacara, sebagai berikut:
bunga tujuh macam, kanthil, kenanga, mawar, melati dan jenis bunga lainnya dan
kemenyan. Untuk rangkaian sesaji ini dipandu oleh pembaca doa yaitu juru kunci.
Setelah semua pemain siap dan telah didoakan oleh juru kunci
semua pemain menari atau njathil sampai ada yang trance (ndadi). Pada saat
trance, pemain jathilan masuk ke sendang bersama dengan pawangnya untuk
disadarkan. Para pemain jathilan percaya setelah melaksanakan upacara
Ngombekake Jaran Kepang akan mendapatkan tuah kekebalan, kekuatan dan
keberanian saat ndadi.
Bagi pawang-pawang jathilan yang minta tuah kekebalan
dikemudikan secara khusus oleh juru kunci. Pada saat pelaksanaan upacara ini
mampu menyedot warga daerah setempat dan luar desa untuk ikut memeriahkan dan
menyaksikan yang menjadi suguhan atraksi kesenian bagi pariwisata budaya dan
ritua
Sumber : Sendang Bobor
Sumber lain menyebutkan masjid Djami" Diponegoro didirikan tahun 1956, sementara perang Diponegoro terjadi 1825 - 1830 oleh karenanya jika kisah tersebut sebagai bagian dari sejarah perlu sumber yang lebih valid lagi.
ReplyDeletemungkin 1956 adalah pembangunan ulang atau nunggak semi
ReplyDelete