https://jogja.tribunnews.com/2019/10/02/batu-bata-super-jumbo-ditemukan-di-kulon-progo-diduga-reruntuhan-candi-kuno
Monday, September 30, 2019
Candi Ngreco di Gumuk Kulon Progo
menyingkap candi ngreco oleh BPCB DIY
https://jogja.tribunnews.com/2019/10/02/batu-bata-super-jumbo-ditemukan-di-kulon-progo-diduga-reruntuhan-candi-kuno
https://jogja.tribunnews.com/2019/10/02/batu-bata-super-jumbo-ditemukan-di-kulon-progo-diduga-reruntuhan-candi-kuno
Tuesday, September 24, 2019
Situs Makam Jetis Suruh, Donoharjo, Ngaglik, Sleman
Cukup banyak bebatuan candi di makam ini. ada arca unfinish berada di sudut.
kemungkinan banguna candi pernah berada di tempat ini.
kemungkinan banguna candi pernah berada di tempat ini.
Saturday, September 21, 2019
Petilasan HB VII Sentolo
sangat menarik
Alkisah, sebuah pesan telah diterima. Pesan tersebut
mengatakan bahwa wahyu kraton akan tiba di wilayah ini. Akan tetapi walau telah
ditetapkan, perlu ikhtiar baik lahir maupun batin. Maka, seorang raja pun
kemudian sering berkunjung dan melakukan tapa brata di wilayah ini. Demikian ringkas
dari penuturan seorang tua yang tak sengaja kami temui.
Di sebuah pelataran yang cukup luas, tak jauh dari Sendang
Beji dan Situs Candi Ngreco di Kleben, Kaliagung, Sentolo, Kulonprogo, kami
berhenti di pinggir jalan, tepat di pintu masuk pelataran tersebut. Perjalanan kami
terhenti karena melihat dua buah batu yang berdiri di kiri kanan jalan masuk
itu. Salah satu batu masih terlihat relatif utuh. Dengan tinggi sekitar
1,5meter, bagian atas batu tersebut membentuk setengah lingkaran, dan terdapat
sebuah bidang persegi yang menurut penuturan warga, di bidang itulah dulu
tertulis huruf jawa gundul. Sayang sekali saat kami tiba, huruf huruf itu telah
terkikis jaman hingga tak terbaca sama sekali. Sedangkan satu batu lagi,
tertanam cukup dalam, hanya terlihat seperempat bagian yang paling atas,
tertutup oleh genteng bekas. Konon, pelataran ini milik dari seorang pejabat
pada jaman dahulu kala, mungkin pada era HB VIII.
Tak jauh dari pintu gerbang batu itu, terdapat sebuah batu
dengan permukaan yang cukup rata, berada di depan rumah penduduk. Konon batu
itu merupakan tempat untuk bersemedi HB VIII, dalam ikhtiarnya untuk menggapai
wahyu kraton tersebut. Di tempat ini pula, pada jaman itu, terdapat keanehan
alam, yaitu “kelopo cawang”, atau pohon kelapa yan bercabang, serta satu pohon
beringin putih.
Menurutnya, kelopo cawang itu ada 3. Bercabang 3 itu
melambangkan 3 alam yang dijalani
manusia. Bercabang 4 melangangkan olah rasa dari manusia, dan bercabang 5
melambangangkan panca indera kita. Adapun makna yang lebih dalam dari itu
semua, perlu pemahaman lebih dalam dan interprestasi dari masing masing diri
kita. Sumonggo.
Candi Ngreco Sentolo
tak kusangkah...
Melacak Candi Ngreco.
Kecamatan Sentolo, Kulonprogo, rupanya menyimpan banyak
peninggalan sejarah, baik pada masa Mataram Kuno, Mataram Islam, bahkan Mataram
Kolonial, seperti yang terdapat di Dusun Kleben, Desa Kaliagung.
Pada saat penulis dengan disertai seorang teman menemui
seseorang yang cukup menguasai wiayah tersebut, penulis mendapat cukup banyak
gambaran, baik dari cerita tutur dari sesepuh maupun pengalaman langsung dari yang bersangkutan.
Setelah menunggu saat lewat tengah hari, kami bertiga segera
meluncur ke lokasi yang dimaksud. Jalanan yang kami lalui lumayan baik, jalan
pintas melewati persawahan, cukup untuk berpapasan kendaraan bermotor. Tak lama
kemudian sampailah kami di sebuah sendang. (sendang akan ditulis tersendiri,
ndak kedawan....*penulis ki bebas hehehe.....)
“Ngreco ne pundi Mas?” tanya Penulis.
“Ayo Mas.....” ajak Beliau.
Dibawah bimbingan Beliau, kami melewati jalanan setapak,
melewati pekarangan rumah penduduk. Tiba di rumah paling ujung, kami berhenti,
dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki melewati pematang sawah, menuju
sebuah sungai kecil yang hampir mengering, sementara seorang teman
mendokumentasikan perjalanan ini dengan video.
Saat melewati pematang sawah, penulis sempat ditunjukkan
sebuah batu bata yang berukuran cukup besar. Jauh lebih besar dari ukuran batu
bata jaman sekarang. Setelah sampai di bibir sungai, tampak dari atas beberapa
batu batu tersusun sebagai tangga menuju sungai. Penulis pun turun untuk
mengetahui kebenarannya. Oke, benar.
Atas petunjuk Beliau pula, disepanjang sungai kecil ini
banyak ditemukan batu bata semacam itu. Penulis segera menelusuri sungai, dan
setelah berjalan kurang lebih 20 meter, penulis mendapati hal yang sama. Lokasi
kedua ini berada tepat dibawah sebuah “gumuk”, dengan beberapa batu bata tersusun
seperti lokasi pertama, namun kini penulis menemukan beberapa bebatuan persegi yang telah jatuh ke sungai, maupun masih
berada di lereng gumuk tersebut. Sebuah batuan bertakik tampak tergeletak di
sungai. Dan satu lagi masih berada di lereng gumuk, tampak sebagian., dan batu
bata berukuran besar terlihat cukup banyak di sela sela rekahan tanah.
Inilah yang disebut “ngreco”. Di gumuk inilah dulu terdapat
sebuah arca, yang dalam wawancar terpisah dengan seorang yang lebih tua, arca
tersebut mereka sebut sebagai “sona” (nandi, dugaan penulis adalah patung
singa) yang menghadap ke timur, dan dua buah patung gupolo (dwarapala) yang
saling berhadapan, utara dan selatan. Semua arca itu kini telah raib entah
kemana. Sayang sekali, penulis lupa menanyakan ukuran masing masing arca
tersebut.
Menilik dari besarnya batu bata yang jumlahnya cukup banyak,
hal ini mirip sekali dengan apa yang ditemukan di situs Kamal dan Candi
Sambiroto. Ukurannya pun relatif hampir sama, 25 x 35 x 10 cm. Dapat dipastikan
bahwa di lokasi tersebut pernah berdiri sebuah bangunan candi. Sayang sekali,
menurut keterangan dari Beliau, belum pernah dilakukan penyelidikan oleh pihak
terkait untuk mengetahui lebih jelas tentang candi ini. Dan karena sampai saat
ini lokasi itu hanya disebut sebagai “ngreco”, maka mulai saat ini penulis
memberinya nama Candi Ngreco.
Semoga pihak berwenang berkenan untuk melakukan “sesuatu”.
Cek lagi
Subscribe to:
Posts (Atom)