Tersebutlah seorang pemuda yang
tampan dan sakti mandraguna. Hal ini sangta wajar, karena dia adalah putra dari seorang Begawan
Suwandagni, seakligus murid dari Sang Begawan. Dari padepokan yang sangat
sederhana di daerah pedesaan jauh dari pusat kota, maka menginjak dewasa,
dengan tekad bulat dan berbekal kemapuan dari perguruaannya, pemuda tersebut
ingin mengabdi ke pusat kerajaan, yang dipimpin oleh raja yang terkenal sakti,
yaitu Raja Harjunasasrabahu, di negeri
Mahespati.
“Berhati-hatilah Ngger, dan jaga dirimu
baik baik. Ariflah dalam bertindak, jangan gegabah dan mudah naik darah…..”
pesan Sang Begawan saat melepas sang putera pergi, disertai dengan dua orang
pembantu setianya.
Dengan bekal pesan dari
ayahandanya, dan dengan kemampuannya, maka perjalanan menuju kerajaan tak
menemui rintangan berarti. Pada saat pisowanan agung yang diselenggarakan tiap
bulan purnama, pemuda itu dengan cukup mudah berhasil menghadap di hadapan Raja
Harjunasasrabahu. Melihat soeang pemuda dengan perawakan yang tegap, berdada
bidang, berwajah tampan, dan dengan perilaku serta sopan santun yang tertata,
tertariklah Raja Harjunasasrabahu untuk menerimanya secara khusus.
“Siapakah kau anak muda? Baru
kali ini aku melihatmu.” Kata Sang Raja saat pemuda itu menghadap.
“Ampun Baginda, hamba adalah
Sumantri, anak desa dari padepokan Begawan Suwandagni.” Jawab pemuda yang
mengaku bernama Sumantri itu.
“Hmmmmm… Sumantri. Benarkah
engkau adalah putera dari Sang Begawan?” tanya Sang Raja.
“Hamba Baginda…..” jawab sumantri
singkat.
“Hmmmm, haturkan sembah sujudku
kepada Sang Begawan. Sampaikan maafku hingga saat ini aku belum sempat
berkunjung ke padepokan….” Kata Sang Raja.
“Hamba Baginda, pesan Baginda
akan hamba sampaikan kehadapan ayahanda.” Jawab Sumantri dengan hormat.
“Baiklah, apa maksud kedatanganmu
ke sini Sumantri?” tanya Sang Raja kemudian.
“Ampun Baginda, kedatangan hamba
kesini, hamba ingin mengabdikan diri pada Baginda Raja, dengan segenap tenaga
dan kemampuan yang hamba miliki dari padepokan.” Jawab Sumantri semakin hormat.
Sang Raja berpikir sejenak.
Matanya memandang jauh kedepan, seolah berusaha mendekatkan suatu masalah
dihadapannya, sehingga lebih jelas dan tepat.
“Baiklah Sumantri, aku percaya
dengan Sang Begawan. Aku terima pengabdianmu disini, tapi dengan satu syarat…”
kata Sang Raja kemudian terhenti.
Serasa sinar matahari pagi yang
cerah dan hangat, mengguyur sekujur tubuh Sumantri. Pengabdiannya diterima,
walau dengan syarat yang sama sekali belum di ketahui. Namun hal itu telah
lebih dari cukup bagi Sumantri.
No comments:
Post a Comment