Namun rupanya., setelah 500
kerajaan berhasil dia taklukan, sadarlah Sumantri bahwa kemampuanny memang tak
diragukan lagi. Timbullah niat dalah hatinya untuk menaklukkan
Harjunasasrabahu, raja tempat dimana ia ingin mengabdi.
“Bila aku berhasil menaklukkan
lebih dari 500 kerajaan, bukankah mungkin saja aku dapat menaklukkan Mahespati,
dan membawa Dewi Citrawati untuk ku jadikan permaisuriku?” katanya lirih waktu
beristirahat dengan ditemani kedua abdi setianya.
“Ampun Raden, janganlah Raden
terlalu menuruti hawa nafsu Raden…” kata abdinya yang bertubuh gemuk dan
pendek.
“Apa katamu Togog?” tanya
Sumantri setengah membentak.
“Raden memang sakti mandraguna,
murid padepokan Begawan Suwandagni. Namun Baginda Harjunasasrabahu, adalah terlalu sakti bagi
Raden. Baginda telah berguru ke seluruh penjuru dunia, bahkan kepada Begawan
Suwandagni pula. Konon kabarnya, Baginda adalah titisan dewa. Tak seorangpun
yang mampu mengalahkannya Raden….” Kata Togog kemudian.
“Aku tak peduli Togog. Aku juga
murid Begawan Suwandagni, tentu tak akan kalah dengan Baginda Harjunasasrabahu.
Sekarang juga aku berangkat menantangya. Jika engkau berkebaratan, baiklah kau
tak perlu menyertaiku pergi!” kata Sumantri sambil beranjak pergi.
“Ampun Raden, kemanapun Raden
pergi, aku akan selalu menyertai Raden. Ini adalah perintah Begawan….” Kata
Togoh sambil menyusul Sumantri, disertai dengan Mbilung, teman seperjuangan Togog.
Dan benar. Pertarungan yang
diharapkan oleh Sumantri, benar benar terjadi. Harjunasasrabahu menerima
tantangan Sumantri, rakyat jelata yang ingin mengabdi padanya, yang telah
diberi perintah untuk melamarkan Dewi Citrawati untuknya.
Dan benar pula yang dikatakan
Togog pada Sumantri sebelumnya. Harjunsasrabahu adalah titisan dewa, yang tak
seorangpun mampu mengalahkannya, demikian juga dengan Sumantri. Sumantri dapat
dikalahkan oleh Harjunasasrabahu. Namun Harjunasasrabahu adalah raja yang
bijaksana. Walaupun Sumantri telah berani menantangnya, namun dia sama sekali
tak ingin membuhunuhnya. Harjunasasrabahu masih berbaik hati padanya, karena
Sumantri dapat menunaikan tugasnya dengan baik.
Sebagai hukuman dari Sumantri
diperintahkan untuk memindahkan taman Sriwedari dari kahyangan, ke utara Negara
Mahespati. Kali ini, Sumantri harus berpikir keras. Kesaktiannya tak cukup
memadai untuk melaksanakan perintah itu. Terdorong oleh niatnya untuk tetap
mengabi dan menajdi patih di Negara Mahespati, Sumatri bertekad melaksanakan
perintah itu. Maka, kembalilah dia ke padepokan, untuk meminta bantuan pada
ayahandanya.
No comments:
Post a Comment