Tak ada yang
tau tentang silsilah dan siapakah Beliau sebenanya. Dari beberapa sumber
didapat keterangan bahwa Beliau adalah seorang empu pembuat keris pada
jamannya. Jamannya itupun jaman apa, tak ada keterangan lebih lanjut.
Namun
demikian, namanya diabadikan menjadi sebuah wilayah, yang dengan perkembangan
jaman dan “pemudahan” pengucapan menjadi Srowolan.
Mungkin,
karena nama besar dan kepandaian Empu Sorowulan tersebut, menjadikan daerah
tersebut ramai dikunjungi orang, dan terjadi lalu lintas perdagangan, hingga
lambat laun terciptalah sebuah pasar yang diberi nama Pasar Srowolan. Menurut
plakat yang berada di lokasi pasar tersebut, di dapat keterangan bahwa Pasar
ini adalah Pasar Perjuangan Kasultanan Srowolan, dengan angka tahun 1921.
Melihat apa
yang tertulis di plakat tesebut, terlihat lokasi ini sarat dengan cerita
sejarah dan perjuangan yang sangat menarik. Bagaimana bisa terjadi? Disini coba
saya tulis satu per satu sejauh yang saya tahu.
- Empu Sorowulan.
Keberadaan peninggalan Empu Sorowulan yang masih tersisa
adlah sebuah lumpang agak panjang tempat Beliau merendam keris dalam proses
pembuatan, serta sebuah batu yang konon untuk tempat menempa, serta prasasti
yang ditandatangani oleh Retno Pembayun tentang peninggalan Empu Sorowulan
tersebut. Tentang siapakah Beliau, hingga kini tak ada sumber yang dapat
menjelaskan dengan lengkap.
- Pasar Perjuangan
1921 disana angka tahun itu tertulis. Pasar Srowolan,
kemungkinan dicanangkan sebagai pasar adalah tahun tersebut. Pada jaman
keesmasannya, pasar ini sangat ramai, mempertemukan para pedagang di hampir
seluruh Jawa. Hal ini dapat dilihat dari masing masing los pasar yang
bertuliskan antara lain “BRAAT SOERABIA,DJOGDJA, TEGAL, SOEKABOEMI” dan masih
ada beberapa los pasar lagi.
Pasar Srowolan ini juga mendapatlkan predikat sebagai pasar
pejuangan, karena saat Agresi Militer
Belanda, mereka sering mengadakan konvoi untuk pembersihan dan penyerangan,
sehingga pasar pasar menjadi sepi, yang
kemudian menutup beberapa pasar terdekat diantaranya adalah Pasar Beran, Sleman
(sekarang), dengan maksud untuk
menghentikan (embargo) logistik dan perekonomian rakyat yang secara bawah tanah
mendukung pergerakan perang gerilya, maka Pasar Srowolan ini menjadi pilihan
utama.
Karena letak pasar ini yang relatif jauh dari pemukiman dan
akses jalan, menjadikan pasar ini disamping untuk kegiatan perdagangan, juga
sebagai tempat bertemunya para pejuang untuk saling berkomunikasi dan menyusun
strategi tempur selanjutnya. Pasar ini juga terhubung dengan jalur rel kereta
tebu (lori) yang halurnya bisa langsung masuk ke jantung kota Yogyakarta.
(bekas rel sudah musnah sama sekali).
- Sanggar Budaya sayuti Melik
Selain itu, di lokasi
ini juga terdapat Sanggar Budaya Sayuti Melik, sebuah bangunan rumah kecil di
sebelah utara pasar. Sayuti Melik yang kita kenal sebagai pengetik naskah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia ini, bernama asli Muhamad Ibnu
Sayuti, lahir 22 November 1908 putra dari seorang jajar bekel atau kepala desa
di daerah itu. Lahir dan menghabiskan masa kecilnya dengan bersekolah di
Sekolah Ongko Loro (Sekolah Dasar, sekarang) di desa Srowolan, tepatnya di
utara pasar yang kini dikenang sebagai Sanggar Budaya Sayuti Melik tersebut.
- Pasar Milik Kasultanan
Dengan muatan sejarah dan kontribusi besarnya untuk negeri
ini, pasar ini juga dinobatkan sebagai Pasar Kasultanan, diperkuat dengan
ditandainya sebuah prasasti di barat
daya sebagai Peninggalan Empu Sorowulan, oleh GKR Pembayun.
- Cikal Bakal Kecamatan Pakem
Di sebelah utara Pasar Srowolan, terdapat bangunan yang
dahulunya adalah kemantren (kantor mantri) yang mengurusi wilayah se-kemantrian
(kecamatan, sekarang), dan disinilah cikal bakal Kecamatan Pakem berasal.
Kini,
Sorowulan telah menjadi desa wisata outbond yang layak dikunjungi, yang
peresmiannya dilakukan langusng oleh Panjenenganipun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono
Ingkang Kaping Sedoso, 2008.
Monggo pinarak.....