Adalah anak dari Prabu Brawijaya V (Bhre Kertabumi), Raja
Majapahit pada era 1468-1478. Cukup singkat dalam tampuk kekuasaan.
Bondan Kejawan adalah anak ke 14 dari Brawijaya V. Adapun saudara
saudara se-ayah dari Bondan Kejawan antara lain adalah Raden Patah, Arya Damar
(bupati Palembang) , Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Mangir, Ki Demang Tangkil (
Jaka Selambar), Batara Katong bupati Ponorogo.
Bondan Kejawan yang dilahirkan dari ibu Wandan Sari, seorang
dayang , yang berkulit hitam, saat lahir dia segera disingkirkan dari istana,
karena menurut ramalan ahli nujum istana, bayi ini kelak akan membawa keburukan
bagi Majapahit. Wandan Sari, tentu saja tak berdaya menerima keputusan Sang
Maharaja ini. Dia bukanlah permaisuri, hanya seorang selir, dari jabatannya
yang hanya sebagai dayang istana yang mampu menyembuhkan penyakit yang diderita
Sang Raja. Karena lahir dari selir, bukan dari permaisuri.
Untuk menyingkirkan Bondan Kejawan kecil, tentu saja tak
sembarangan orang yang akan dititipkannya. Bagaimanapun, Brawijaya V sebagai
ayah kandungnya tak sampe hati untuk melenyapkannya dari muka bumi. Dipilihlah
sahabat dari Sang Raja, yaitu Ki Buyut
Mesahat. Suatu saat, Ki Buyut Meahar mendapat perintah dari Brawijaya V untuk
mengirimkan sebilah pusaka berbentuk keris kepada Ki Ageng Tarub di daerah Tarub. Yang juga terkenal dengan nama
Ki Agung Tarub Sepuh. Dengan membawa Bondan Kejawan , Ki Buyut Mesahar
pergi ke desa Tarub.
“Ki Ageng.... aku
kesini mengantarkan Keris Mahesa Nularm pusaka Prabu Brawijaya agar dapat
dirawat oleh Ki Ageng....” begitulah kira kira kata Ki Buyut Mesahar pada Ki
Ageng Tarub.
“Siapakah anak muda
ini Ki Buyut?” tanya Ki Ageng.
“Eh... anu.... ini Bondan Kejawan. Anak angkatku...” buru
buru dijawabnya sebelum menimbulkan pertanyaan lain dari Ki Ageng.
Ki Ageng Tarub yang waskita, tentu saja melihat hal ini bukan
hanya sebagai yang termaksud.
“Anakmu sangat tampan. Kebetulan aku mempunyai anak gadis
pula. Biarlah dia disini menemaniku dan sebagai kawan bermain anakku, Genduk
Nawangasih.” Kata Ki Ageng.
“Tapi Ki....” kata Ki Buyut terputus.
“Sudahlah Ki..... Ki Buyut sudah cukup sibuk dengan urusan
di istana. Biarlah aku mengurangi bebanmu, justru anak itu akan sangat berguna
disini.” kata Ki Ageng Tarub mantap.
Ki Buyut Mesahar tak mampu menolak permintaan sahabatnya
itu. Lalu, ditinggallah Bondan Kejawan di rumah Ki Ageng Tarub.
Hiduplah Bondan kejawan sebagai anak angkat Ki Ageng Tarub. Agar tidak terlacak oleh istana, nama Bondan Kejawan oleh ki Ageng diganti menjadi Lembu Peteng. Disana, Bondan Kejawan dididik berbagai macam ilmu pengetahuan dan ilmu kebatinan.
Setelah Bondan Kejawan dan Nawangasih dewasa, mereka
kemudian menikah. Setelah Ki Ageng Tarub meninggal, Bondan kejawan yang
menggantikannya, sebagai Ki Ageng Tarub Muda.
Dari hasil perkawinan dengan Nawangasih, lahirlah Getas
Pendawa, yang kemudian menurunkan Ki Ageng Sela, berputra Ki Ageng Selo Muda (
Ki Ageng Enis), dalam buku Nagasasra Sabuk Inten disebut sebagai Nis Selo, kawan
bermain Mahesa jenar (imaginasi bebasku).
Dari Ki Ageng Enis, berputra Ki Ageng Pemanahan, yang
kemudian menurunkan Sutawijaya (Panembahan Senopati, raja pertama Mataram.)
Nb: letak makam di desa Gejawan, Balecatur, Gamping,
Sleman. Di tengah kebun jati. Dari desa
Gejawan ke arah selatan 500m, melewati persawahan. Adapun makam istrinya, ada
di persis selatan desa Gejawan Wetan. Orang sekitar lebih mengenal sebagai Makam
Bondan.
No comments:
Post a Comment