Dilahirkan dari pasangan bangsawan keturunan Prabu Brawijaya
IV , RM. Kertanadi yang kemudian lebih di kenal sebagai Ki Ageng Giring III dan
Nyi Talang Warih keturunan dari Sunan Pandan Arang, yang juga dikenal sebagai
Sunan Tembayat.
Rara Lembayung lahir dan tumbuh di lingkungan pegunungan di daerah
bernama Giring di Paliyan Gunungkidul.
Dia mempunyai saudara laki laki bernama Wana Kusuma, yang kelak menjadi Ki
Ageng Giring IV. Sebagai seorang yang lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang
di darahnya mengalir darah biru, serta mempunyai ketaatan dalam beragama, dan sedang dalam
“laku” prihatin, Rara Lembayung tumbuh menjadi wanita yang sangat taat pada
orang tua dan semua ajaran ajarannya. Ki Ageng Giring III/ RM. Ketanadi adalah
murid dari Kanjeng Sunan Kalijaga.
Karena ketaatan dan pengabdiannya kepada orang tua, maka
Rara Lembayung tak mampu menolak saat dijodohkan dengan Sutawijaya, yang konon
kabarnya Sutawijaya tidak mencintainya. Nah..apakah Rara Lembayung juga
mencintai Sutawijaya? (Dalam nalarku, pendapat pribadiku, tentu saja tidak).
Dari perkawinannya dengan Sutawijaya yang kemudian dikenal
dengan gelar Panembahan Senopati, lahirlah anak laki laki yang diberi nama Jaka
Umbaran, kelak bergerlar Pangeran Purbaya (dimakamkan di Wot Galeh, Sleman).
Mengapa anak laki laki itu diberinya nama Jaka Umbaran?
Karena Rara Lembayung harus menerima keadaan bahwa dia harus ditinggal pergi
Sang Suami saat dia mengandung Jaka Umbaran. Wanita mana yang sanggup seperti
itu jika bukan karena ketaatan pada orang tua dan kini sangat taat pada
suaminya, walau bathin...tentu saja merintih. Berontak.
Saat Jaka Umbaran bersikeras untuk mengetahui siapakah
ayahnya, Jaka Umbaran pergi untuk bertemu dengan ayahnya, Panembahan Senopati.
Setelah bertemu dengan Panembahan Senopati, yang saat itu telah menjadi Raja
Mataram, dan kerajaan dalam keadaan genting karena mempunyai musuh, Jaka
Umbaran akan diakui sebagai anaknya jika mampu melenyapkan musuh kerajaan.
Siapakah musuh kerajaan itu? Mereka adalah ibunya dan pamannya sendiri, Ki Gede
Wanakusuma, saudara laki laki dari ibunya, Rara Lembayung.
Demi sebuah tujuan yang ingin dicapai, Jaka Umbaran kembali
pulang dan menyampaikan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Rara Lembayung dan Ki
Gede Wanakusuma, demi masa depan anak cucunya kelak, rela berkorban dan tewas
“nglabuhi” tujuan dari Jaka Umbaran.
Rara Lembayung Niken Purwosari, hingga kini masih “lelaku
mrihatinake” anak cucu dan keturunannya, dengan makamnya yang hingga sekarang
“tidak bersedia” untuk dibangun atap. Hingga sekarang masih dibawah langit
dengan didera panas dan hujan. Mungkin.... laku seperti itulah Rara Lembayung
“mrihatinke anak putu”.
No comments:
Post a Comment