Friday, October 6, 2017

Rara Lembayung

Dilahirkan dari pasangan bangsawan keturunan Prabu Brawijaya IV , RM. Kertanadi yang kemudian lebih di kenal sebagai Ki Ageng Giring III dan Nyi Talang Warih keturunan dari Sunan Pandan Arang, yang juga dikenal sebagai Sunan Tembayat.

Rara Lembayung lahir dan tumbuh  di lingkungan pegunungan di daerah bernama  Giring di Paliyan Gunungkidul. Dia mempunyai saudara laki laki bernama Wana Kusuma, yang kelak menjadi Ki Ageng Giring IV. Sebagai seorang yang lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang di darahnya mengalir darah biru, serta mempunyai  ketaatan dalam beragama, dan sedang dalam “laku” prihatin, Rara Lembayung tumbuh menjadi wanita yang sangat taat pada orang tua dan semua ajaran ajarannya. Ki Ageng Giring III/ RM. Ketanadi adalah murid dari Kanjeng Sunan Kalijaga.

Karena ketaatan dan pengabdiannya kepada orang tua, maka Rara Lembayung tak mampu menolak saat dijodohkan dengan Sutawijaya, yang konon kabarnya Sutawijaya tidak mencintainya. Nah..apakah Rara Lembayung juga mencintai Sutawijaya? (Dalam nalarku, pendapat pribadiku, tentu saja tidak).

Dari perkawinannya dengan Sutawijaya yang kemudian dikenal dengan gelar Panembahan Senopati, lahirlah anak laki laki yang diberi nama Jaka Umbaran, kelak bergerlar Pangeran Purbaya (dimakamkan di Wot Galeh, Sleman).

Mengapa anak laki laki itu diberinya nama Jaka Umbaran? Karena Rara Lembayung harus menerima keadaan bahwa dia harus ditinggal pergi Sang Suami saat dia mengandung Jaka Umbaran. Wanita mana yang sanggup seperti itu jika bukan karena ketaatan pada orang tua dan kini sangat taat pada suaminya, walau bathin...tentu saja merintih. Berontak.

Saat Jaka Umbaran bersikeras untuk mengetahui siapakah ayahnya, Jaka Umbaran pergi untuk bertemu dengan ayahnya, Panembahan Senopati. Setelah bertemu dengan Panembahan Senopati, yang saat itu telah menjadi Raja Mataram, dan kerajaan dalam keadaan genting karena mempunyai musuh, Jaka Umbaran akan diakui sebagai anaknya jika mampu melenyapkan musuh kerajaan. Siapakah musuh kerajaan itu? Mereka adalah ibunya dan pamannya sendiri, Ki Gede Wanakusuma, saudara laki laki dari ibunya, Rara Lembayung.

Demi sebuah tujuan yang ingin dicapai, Jaka Umbaran kembali pulang dan menyampaikan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Rara Lembayung dan Ki Gede Wanakusuma, demi masa depan anak cucunya kelak, rela berkorban dan tewas “nglabuhi” tujuan dari Jaka Umbaran.

Rara Lembayung Niken Purwosari, hingga kini masih “lelaku mrihatinake” anak cucu dan keturunannya, dengan makamnya yang hingga sekarang “tidak bersedia” untuk dibangun atap. Hingga sekarang masih dibawah langit dengan didera panas dan hujan. Mungkin.... laku seperti itulah Rara Lembayung “mrihatinke anak putu”.


Semoga Tuhan memperkenankan dan melimpahkan semua rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amin. 


photo photo




















No comments:

Post a Comment