Udara panas dan gersang. Pohon pohon kering. Seorang laki
laki duduk bersandar dibawah pohon rindang. Dia melihat sekeliling yang
walaupun banyak juga pepohonan, namun sumber air yang ada cukup jauh. Ada sebatang
sungai mengalir yang jauh dari tempat itu.
Dalam lelah dan termenung, tiba tiba laki laki itu melihat
seorang wanita tua, dengan kain jarik menutupi tubuhnya, berjalan sambil
membawa sebuah tempayan kecil (klenting) di pinggangnya. Dia terlihat susah
payah menuruni lereng, melewati jalan setapak di dekat laki laki itu.
“Permisi Nini..... hendak kemanakah Nini dengan klenting itu?” sapa laki laki itu
sambil berdiri.
“Ah...Ki Sanak.... Nini akan pergi ke sungai untuk mengambil
air.” Jawab wanita tua itu. Nini adalah sebutan bagi wanita jawa yang telah
lanjut usia. Jika laki laki, biasa disebutnya Kaki. Atau Aki.
“Dimanakah sungai yang Nini maksud?” tanya laki laki itu
lagi.
“Disana Ki Sanak....” Nini itu sambil menunjukkan jarinya ke
arah dataran yang lebih rendah. Laki laki itu menghela nafas panjang. Sebagai seorang
pengembara, tentu saja dia telah melewati sungai yang dimaksud. Cukup jauh. Bahkan
untuknya. Apalagi untuk Nini yang sudah tua. Tentu sangatlah berat.
Timbul rasa kasihannya. Bukankah tujuan pengambaraannya
adalah salah satunya untuk meringankan beban kehidupan umatNya?
“Nini....istirahatlah. Duduklah dibawah pohon rindang itu.” Tanpa
membantah, Nini itu menurut saja.
Laki laki itu lalu mengambil tongkatnya, dan berdiri di
tempat yang tidak jauh dari tempat Nini istirahat. Sejenak dia berdiri dengan
tenang, memejamkan kedua matanya dan berdoa dengan khusyuk. Tak lama kemudian, dia pegang tongkat itu
dengan kedua tangannya, diletakannya didepan dadanya,. Dengan satu gerakan
sederhana dan mantap, diangkatnya tongkat itu tinggi tinggi, dan dihunjamkannya
ke dalam tanah.
Keajaiban terjadi. Tak lama setelah tongkat itu tertanam
dalam tanah, sedikit demi sedikit keluarlah air dari tempat tongkat itu. Semakin
lama semakin besar. Air yang sangat jernih. Lalu dicabutlah tongkat itu dari
situ. Air semakin banyak dan menimbulkan genangan, membentuk semacam belik
(kolam kecil), yang bisa diambil airnya dengan mudah oleh siapa saja.
“Nini....kemarilah. ambillah air ini untuk Nini dan
beritahukan tetangga tetangga ini tentang air ini. Tak perlu jauh jauh lagi ke
sunagi untuk mengambil air. Insya Allah cukup.” Kata laki laki memanggil Nini.
Nini bangkit dari duduknya dan datang menghampiri laki laki
itu yang masih berdiri di pinggir belik. Lalu diambillah air memenuhi
klentingnya.Dengan wajah tuanya yang sudah penuh dengan gurat gurat usianya,
Nini itu membungkuk hormat mengucapkan banyak terimakasih.
“Ki Sanak, terimakasih telah memudahkan hidup kami dengan
adanya sumber air ini. Rupanya, Ki Sanak ini adalah seorang pinunjul, sekti
mandraguna, kinasihe Gusti...” kata Nini.
“Bukan Nini, saya adalah hamba Allah seperti halnya Nini.
Mungkin Gusti Allah sedang berkenan mengabulkan permohonan saya.” Jawabnya.
“Sekali lagi terimakasih Ki Sanak. Jika berkenan, bolehkah
Nini mengetaui siapakah Ki Sanak? Agar Nini dapat menceritakan peristiwa ini ke
anak cucu, bahwa Nenek mereka pernah bertemu dengan seorang pinunjul, dan
mendapatkan hadiah sebuah sumber mata air yang berguna untuk semua orang...”
kata Nini sambil sekali lagi membungkuk hormat. Namun hal itu lekas lekas
dicegah.
“Nini...tak usahlah memberiku pernghormatan yang sedemikan
rupa. Namaku Said. Atau sering dipanggil Kalijaga.” Jawab laki laki itu.
“Kanjeng Sunan Kalijaga?” Nini itu terkesima. Tak mampu berkata kata. Rupanya
benar, laki laki dihadapannya adalah seorang yang punya derajat luar biasa.
“Nah..Nini....siapakah nama Nini?” tanya Sunan Kalijaga. Wanita
tua itu masih juga terdiam. Hingga di tepuk-tepuklah punggungya.
“Oh..eh.....anu...Nama Nini......Kasihan. karena Nini adalah
seroang janda, orang sering memanggilnya Mbok Rondo Kasihan.” Jawab Mbok Rondo
Kasihan terbata bata.
“Hmmmm...baiklah. kalau begitu, sumber mata air ini aku beri
nama Sendang Kasihan” kata Sunan Kalijaga.
Mbok Rondo Kasihan sekali lagi mengucapkan terimakasih, dan
mohon pamit pulang. Sedangkan Sunan Kalijaga masih berada di tempat itu untuk
beberapa hari, untuk kemudian pergi meneruskan pengambaraannya.
(mungkin terus ke Tuk Sibedug......mungkin lho ya...wong
wektu itu aku ra melu)
Nb. Ini Cuma reka2 saya aja lho Lur...mohon dimaafkan kalo
ada salah. Dan mohon dikompliti dan dibenerkan. Ngapunten.
No comments:
Post a Comment