“Permintaan Maaf Mendikbud
Setelah Para Siswa SMA Keluhkan Sulitnya Soal UNBK.” Demikian artikel yang
dimuat Kompas, Jumat 13 April 2018. Dalam artikel itu pula, Mendikbud berjanji
akan membenahi, namun Beliau menjamin bahwa ujian nasional akan lebih sulit
dari waktu ke waktu untuk mengejar ketertinggalan. Dan jika masih ada sesuatu hal yang tak dapat
ditoleransi lagi, akan dilakukan evaluasi secara menyeluruh.
Sebuah pernyataan yang cukup
menantang (menakutkan). Cukup menantang karena langkah yang diambil oleh
Mendikbud adalah untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan kita dibanding
dengan negara yang lebih maju. Negara yang lebih maju mana sebagai acuan?
Apakah benar bahwa kita memang tertinggal? Mengapa harus kita yang mengejar? Mengapa bukan
mereka yang harus mengejar dan mencontoh kita? Mengapa kita semakin tidak
bangga menjadi diri kita? Sudah lupakah kita dengan Ki Hajar Dewantara yang
ajarannya justru dicontoh oleh Finlandia?
Cukup menakutkan karena ujian di
waktu waktu mendatang akan lebih sulit. Tentu saja lebih sulit. Karena apa yang
diajarkan, dipelajari oleh siswa, kadang soal soal ujian yang harus dikerjakan
sama sekali berbeda. Belum lagi ditambah dengan jumlah komputer yang ada di
dekolah, serta jaringan internet yang tidak lancar di beberapa daerah. Ini sudah sangat menyulitkan baik bagi pihak
sekolah maupun siswa.
UNBK. Ujian Nasional Berbasis
Komputer. Melihat dari arti singkatan itu, seharusnya, pihak kementrian sudah
menjamin kelancaran segalanya. Ketersediaan komputer yang memadai, jaringan
internet yang lancar, sehingga siswa tidak harus pusing dua atau tiga kali
sebelum membuka lembar soal. Berapa banyak murid yang “memaksa” orang tuanya
untuk mengadakan komputer atau laptop di rumah karena di sekolah belum ada,
atau jumlahnya kurang, sehingga harus “numpang”
di sekolah lain di sisa sisa waktu mereka. Berapa banyak waktu tenaga
dan biaya extra yang harus dikeluarkan untuk sebuah UNBK? Padahal, UNBK,
bukanlah syarat kelulusan. UNBK digunakan sebagai pemetaan. Tak sebanding
dengan dinamika yang ada di tingkat bawah untuk menggapai sebuah UNBK.
Beberapa waktu lalu, penulis
harus mengirim beberapa paket barang dari dinas pendidikan ke beberapa sekolah.
Ada yang aneh dan janggal. Dari sekolah sekolah tersebut, mereka mempertanyakan
tentang barang apa saja yang dikirim untuk mereka. Setelah melihat daftar
barang, mereka justru bertanya tanya.
Mereka tidak pernah mengajukan proposal untuk meminta barang barang tersebut. Yang
mereka minta adalah komputer dan server sebagai persiapan untuk UNBK. Namun
yang mereka dapatkan adalah berbagai macam peta dan alat peraga lainnya, dimana
mereka sudah pernah mendapatkannya sebelumnya.
Sedangkan di sisi lain, di luar
sana, ada sebuah sekolah, dimana saat mengetahui adanya kiriman barang dengan
jumlah dan jenis lebih sedikit, sangat antusias menerimanya. Karena barang
barang tersebut di sekolah itu belum ada, dan selama ini mereka mengupayakan
sendiri secara mandiri untuk kebutuhan alat alat peraga pendidikan tersebut.
Ada beberapa ketimpangan dan
carut marut di dunia pendidikan, dimana di dunia itulah dibebankan masa depan
bangsa dan negara ke anak anak muda kita. Anak anak muda kita yang semakin
dituntut berlari mengejar apa yang orang bilang “ketertinggalan.”
Semoga semuanya menjadi lebih
baik.
No comments:
Post a Comment