Yoni berukuran 60 x 60 x 55, arca dan lapik, masing masing
berada di halaman rumah warga yang berbeda di wilayah ini. Konon di tempat
ditemukannya yoni ini terdapat bebatuan beurukuran besar besar. Namun saat aku
melihatnya, tidak terdapat apa apa.
Thursday, February 28, 2019
Tuesday, February 26, 2019
Situs Candirejo, Sardonoharjo Ngaglik
Hanya berjarak sekitar 3 km dari Candi Kedulan. Bebatuan berelief
berada di desa ini. Tak ada informasi yang jelas tentang bebatuan candi ini.
Candi Risan Semin Gunungkidul
Merupakan satu-satunya candi terbesar dan paling lengkap
artefak batu-batunya yang ditemukan di Gunung Kidul. Konon nama Risan diambil
dari singkatan irisan atau perbatasan wilayah dua kerajaan Surakarta dan
Yogyakarta. Candi ini juga dipercaya sebagai saksi sejarah pelarian Majapahit
ke Gunung Kidul dari tanah Yogyakarta.
Hingga kini sejarah tentang candi ini belum diketahui secara
pasti. Diperkirakan candi tersebut merupakan candi Budha karena ditemukannya
stupa. Usia candi ini diperkirakan lebih tua dibandingkan dengan Candi Prambanan,
yaitu telah ada sejak abad ke-3. Beberapa komponen yang ada di candi ini adalah
: ratna, makara, artefak, dan beberapa batu berukir. Sayangnya hampir semua
batu tersebut aus sehingga sulit dikenali untuk mengidentifikasi bentuknya.
Lokasi
Lokasi Candi Risan adalah di atas bukit karst dengan batu
penyusun candi yang terkubur di dalam tanah. Di sejumlah relief candi tersebut,
terdapat gambar sulur tanaman dan aneka burung. Candi Risan hanya memiliki satu
arca bernama Awalukitiswara yang sempat dicuri pada Juli 1984 dan ditemukan di
Singapura, sembilan bulan berikutnya. Arca tersebut kini disimpan di kantor
Badan Pelestari Peninggalan Purbakala, DIY.
Candi ini berukuran 13 x 13 meter, tetapi bentuk aslinya
saat ini sudah tidak terlihat lagi. Saat ini candi ini hanya berupa tumpukan
batu yang tidak tertata lagi. Candi ini semula berada di pekarangan milik
warga. Tetapi saat ini pengelolaannya diambil alih oleh pemerintah. Sayangnya
perawatan candi ini terbengkalai.
Mitos
Ada mitos tentang candi Risan. Konon apabila ada burung yang
sedang terbang di atas reruntuhan candi, burung tersebut pasti jatuh. Ada juga
cerita yang mengatakan bahwa ada keluarga yang sedang memiliki hajatan dan menggunakan batu candi tersebut sebagai
tungku untuk merebus air, dan ternyata air tersebut tidak bisa mendidih.
Sumber : Candi Risan
Friday, February 22, 2019
Situs Tegalsari Umbulmartani Ngemplak Sleman
Singa batu
Singa batu (hanzi: 石狮子;
pinyin: shíshīzi) adalah patung batu berbentuk mirip singa yang merupakan
hiasan bagi bangunan dengan arsitektur tradisional Cina. Sepasang singa batu
biasanya diletakkan di depan pintu gerbang istana kaisar, kuil Buddha, vihara,
pagoda, makam kaisar, kantor dan kediaman pejabat tinggi, hingga sebagai
penghias jembatan, taman, hotel, dan rumah makan.
Patung singa batu dibuat dalam berbagai ukuran, bisa dipahat
dari marmer atau granit, dibuat dari keramik, atau teknik cor menggunakan besi
atau perunggu. Singa batu jantan diletakkan di sebelah kiri, sedangkan singa
batu betina diletakkan di sebelah kanan. Bentuknya sering tidak mirip dengan
singa, melainkan lebih menyerupai hewan legenda Cina.
Singa batu jantan digambarkan membawa sebuah bola dengan
kaki depan sebelah kanan. Sementara itu, singa batu betina digambarkan sedang
mengasuh anaknya di kaki depan sebelah kiri. Kadang-kadang, singa batu betina
digambarkan dengan mulut tertutup. Sebaliknya, mulut singa jantan digambarkan
terbuka seperti sedang mengucapkan aksara "Aum" yang melambangkan
konsep suci agama Hindu.
Di Tibet, singa batu disebut Gangs Senge (singa salju) yang
melambangkan binatang imajiner dari langit. Di Okinawa, patung serupa disebut
Shisa. Di Myanmar, singa batu disebut Chinthe dan dipercaya sebagai pelindung
kuil dan pagoda.
Sumber : Singa Batu
CANDI BANJARAN, JEJAK KEKUNOAN YG TERPENDAM DI KLATEN
6 buah lempeng tembaga beraksara Jawa Kuno menyebut sebuah
tempat bernama Banjaran. Prasasti yg oleh Buchori disebut sebagai prasasti
TINULAD ini berangka tahun 975 Saka dan sekarang disimpan di Museum Radya
Pustaka ( 3 lempeng ) dan sebuah lempeng lagi di Pura Mangkunegaran Surakarta
sedang sisanya tidak diketahui keberadaannya.
Terlepas dari keaslian tahun pembuatan prasasti tersebut,
nama Desa Banjaran sampai sekarang masih eksis keberadaannya hingga sekarang.
Terletak tidak jauh dari Situs Wonoboyo di desa ini menyimpan peninggalan
sejarah klasik berupa batu2 andesit bekas bangunan candi.
Keberadaan batu2 andesit ini awalnya ditemukan warga yg
melakukan aktivitas penambangan pasir secara tradisional di lahan sawah yg
berada di pinggir aliran kali Woro yg berhulu di Gunung Merapi.
Entah tidak terhitung lagi berapa banyaknya batu2 candi yg
sudah terbawa oleh truk2 pengangkut hasil tambang itu, sebagian lagi di bawa
pulang penambang dan digunakan sebagai pondasi rumah.
Beberapa ratus meter dari lokasi bekas penambangan pasir
ini, di pekarangan warga banyak ditemukan bermacam batu andesit bagian dari
candi. Makara, antefix, kemuncak dan banyak komponen candi yg sebagian sudah
dijadikan pagar pembatas pekarangan.
Ukuran batu andesit yg berukir ditempat ini jauh lebih besar
dibanding batu2 penyusun pada Candi Merak di Karangnongko. Demikian juga sebuah
fragmen arca yg masih tersisa di tempat ini ukurannya pun lebih besar dari arca
yg ada di Candi Merak.
Fantastis,, begitulah kiranya dipikiran para pecinta sejarah
klasik apabila melihat ukuran batu2 berelief yg ada di tempat ini. Tentulah
ditempat ini dulunya pernah berdiri sebuah atau mungkin komplek candi yg megah.
Kemungkinan itu makin menguat dengan adanya sebuah lingga
patok yg sudah rusak di bekas area penambangan yg diperkirakan menjadi penanda
batas wilayah suci pada jaman itu. Sebuah batu andesit berukuran besar yg
mungkin sisa pagar bangunan candi jg tergeletak di pinggir kali ini semakin
menambah dugaan kebesaran candi ini.
Beberapa arca jg pernah ditemukan namun semuanya telah
terjual, hal yg sudah bukan baru lagi di wilayah Klaten yg sempat marak oleh
aktivitas jual beli benda2 cagar budaya beberapa tahun yg lalu.
Seandainya masyarakat dari dulu itu mengetahui bagaimana
susahnya nenek moyang kita membangun sebuah candi tentu mereka akan menghargai
temuan itu dan merawatnya agar bisa disaksikan oleh anak cucunya nanti.
Kalau sudah seperti ini bagaimana bisa generasi yg akan
datang akan mengetahui kehebatan leluhurnya yg jauh lebih hebat daripada bangsa
penjajah itu.
Candi Banjaran,, terangkat kemudian terlupakan...
titip poto |
titip poto juga |
Thursday, February 21, 2019
situs lapik sijinggo
Si Jinggo Seyegan Sleman. Sudah lama curiga dengan adanya
lumpang lesung berukuran besar. Rupanya disini situs itu berada.
Subscribe to:
Posts (Atom)