Sebuah catatan lama Belanda yg ditulis oleh Hoepermans dalam
literaturnya yg berjudul Hindoe - Oudheden van Java ( th. 1864 - 1867 )
menyebut nama Tjandi Darawati atau Tjandi Soeko yg terletak di sebelah timur
desa Gedaren.
Candi tersebut saat ditemukan Hoepermans keadaannya telah
runtuh pada sebagian atapnya. Sayang Hoepermans saat itu tidak menjelaskan
secara detil ukuran fisik candi yg telah runtuh sebagian atapnya namun
disebutkan pula pada catatan kecil itu adanya arca Siwa yg terbuat dari logam.
Desa Gedaren memiliki sebuah sumber mata air yg dikenal
dengan nama Umbul Gedaren yg merupakan bekas patirtan kuno. Di sebelah utara
desa Gedaren pernah ditemukan batu2 struktur candi di area perkebunan jeruk yg
sangat luas. Entah kenapa setelah penemuan batu2 candi itu sampai saat ini
tidak terdengar beritanya lagi.
Sebuah makam ditengah pedukuhan yg tidak jauh dari Umbul
Gedaren ditemukan tumpukan batu andesit bekas bangunan candi. Sebagian batuan
ini ada yg digunakan sebagai batu nisan. Beberapa batuan andesit itu ada yg
memiliki pola kuncian dan sebagian lagi memiliki pola pelipit dalam ukuran yg
kecil.
Batu pelipit biasanya ditemukan pada bagian atap candi dan
juga pada bagian bawah candi. Ukuran batu pelipit di komplek makam ini relatif
kecil sehingga dimungkinkan batu2 ini dulunya merupakan bagian dari atap candi
yg runtuh. Merujuk dari catatan Hoepermans yg menyebut sebagian atap candi
sudah runtuh saat ditemukan besar kemungkinan batu2 di komplek makam ini adalah
sisa2 dari Tjandi Darawati sebagaimana yg ditulisnya.
Beberapa meter dari makam ini terdapat sebuah yoni yg diduga
merupakan lapik arca dengan ukuran 100 cm2. Dengan ukuran yoni yg mencapai satu
meter tentu bisa diperkirakan ukuran candi sekitar 10 m2. Sebuah bangunan candi
tingkat watak menurut Prof.Boechari dan Soekmono memiliki ukuran yg demikian
itu. Merujuk kembali catatan Hoepermans
tentang adanya temuan arca Siva yg terbuat dari logam sangat menguatkan dugaan
yoni ini sebagai tempat diletakkannya arca Siva ini pada lubang lapik yg
berbentuk segitiga.
Dilokasi ditemukan yoni utama ini jg ditemukan fragmen batu
bata berukuran besar yg diduga kuat bagian bangunan era Mataram Kuna. Selain
itu sebuah fragmen yg diperkirakan merupakan kemuncak candi induk yg berelief
padma dengan diameter satu meter berada tidak jauh dari tempat yoni dan komplek
makam.
Dengan kemungkinan kemuncak candi berdiameter sebesar itu
tentunya perkiraan bangunan candi dahulu mencapai 10 m2 atau bahkan bisa lebih
besar lg.
Di seberang pekarangan yg terdapat temuan yoni utama masih
ditemukan sebuah yoni dengan ukuran 60 cm2, sebuah fragmen arca yg menyisakan
bagian kaki kebawah, sebuah kemuncak berukuran kecil dan puluhan umpak batu
berbagai ukuran. Tidak diketahui dari
mana benda2 bersejarah ini bisa terkumpul di tempat ini yg mungkin saja benda2
tersebut belum terdaftar pada dinas yg berwenang.
Dibalik semua penemuan itu masih banyak pertanyaan2 yg belum
terjawab terkait catatan Hoepermans yg sudah mendokumentasikannya ratusan tahun
yg lalu. Kenapa candi ini oleh Hoepermans dinamakan Tjandi Darawati atau Tjandi
Soeko sedang candi Darawati terkenal berada di komplek percandian Dieng. Namun
setidaknya dengan sedikit catatan lama dari Belanda kita masih bisa menemukan
kembali sisa sisa kejayaan nenek moyang kita pada masa lalu.
Terima kasih kepada Disparbud Kab Klaten dlm hal ini Bp
Purwanto, Bp Avi dan Mas Tanjung yg menemani blusukan saya dan teman2 pegiat
sejarah kuno di Klaten, Demi Kejayaan Nusantara.
S E K I A N
Kontributor : Samingun
No comments:
Post a Comment