Tuesday, February 5, 2019

MISTERI CANDI DARAWATI JATINOM

Sebuah catatan lama Belanda yg ditulis oleh Hoepermans dalam literaturnya yg berjudul Hindoe - Oudheden van Java ( th. 1864 - 1867 ) menyebut nama Tjandi Darawati atau Tjandi Soeko yg terletak di sebelah timur desa Gedaren.
Candi tersebut saat ditemukan Hoepermans keadaannya telah runtuh pada sebagian atapnya. Sayang Hoepermans saat itu tidak menjelaskan secara detil ukuran fisik candi yg telah runtuh sebagian atapnya namun disebutkan pula pada catatan kecil itu adanya arca Siwa yg terbuat dari logam.
Desa Gedaren memiliki sebuah sumber mata air yg dikenal dengan nama Umbul Gedaren yg merupakan bekas patirtan kuno. Di sebelah utara desa Gedaren pernah ditemukan batu2 struktur candi di area perkebunan jeruk yg sangat luas. Entah kenapa setelah penemuan batu2 candi itu sampai saat ini tidak terdengar beritanya lagi.
Sebuah makam ditengah pedukuhan yg tidak jauh dari Umbul Gedaren ditemukan tumpukan batu andesit bekas bangunan candi. Sebagian batuan ini ada yg digunakan sebagai batu nisan. Beberapa batuan andesit itu ada yg memiliki pola kuncian dan sebagian lagi memiliki pola pelipit dalam ukuran yg kecil.
Batu pelipit biasanya ditemukan pada bagian atap candi dan juga pada bagian bawah candi. Ukuran batu pelipit di komplek makam ini relatif kecil sehingga dimungkinkan batu2 ini dulunya merupakan bagian dari atap candi yg runtuh. Merujuk dari catatan Hoepermans yg menyebut sebagian atap candi sudah runtuh saat ditemukan besar kemungkinan batu2 di komplek makam ini adalah sisa2 dari Tjandi Darawati sebagaimana yg ditulisnya.
Beberapa meter dari makam ini terdapat sebuah yoni yg diduga merupakan lapik arca dengan ukuran 100 cm2. Dengan ukuran yoni yg mencapai satu meter tentu bisa diperkirakan ukuran candi sekitar 10 m2. Sebuah bangunan candi tingkat watak menurut Prof.Boechari dan Soekmono memiliki ukuran yg demikian itu.  Merujuk kembali catatan Hoepermans tentang adanya temuan arca Siva yg terbuat dari logam sangat menguatkan dugaan yoni ini sebagai tempat diletakkannya arca Siva ini pada lubang lapik yg berbentuk segitiga.
Dilokasi ditemukan yoni utama ini jg ditemukan fragmen batu bata berukuran besar yg diduga kuat bagian bangunan era Mataram Kuna. Selain itu sebuah fragmen yg diperkirakan merupakan kemuncak candi induk yg berelief padma dengan diameter satu meter berada tidak jauh dari tempat yoni dan komplek makam.
Dengan kemungkinan kemuncak candi berdiameter sebesar itu tentunya perkiraan bangunan candi dahulu mencapai 10 m2 atau bahkan bisa lebih besar lg.
Di seberang pekarangan yg terdapat temuan yoni utama masih ditemukan sebuah yoni dengan ukuran 60 cm2, sebuah fragmen arca yg menyisakan bagian kaki kebawah, sebuah kemuncak berukuran kecil dan puluhan umpak batu berbagai ukuran.  Tidak diketahui dari mana benda2 bersejarah ini bisa terkumpul di tempat ini yg mungkin saja benda2 tersebut belum terdaftar pada dinas yg berwenang.
Dibalik semua penemuan itu masih banyak pertanyaan2 yg belum terjawab terkait catatan Hoepermans yg sudah mendokumentasikannya ratusan tahun yg lalu. Kenapa candi ini oleh Hoepermans dinamakan Tjandi Darawati atau Tjandi Soeko sedang candi Darawati terkenal berada di komplek percandian Dieng. Namun setidaknya dengan sedikit catatan lama dari Belanda kita masih bisa menemukan kembali sisa sisa kejayaan nenek moyang kita pada masa lalu.
Terima kasih kepada Disparbud Kab Klaten dlm hal ini Bp Purwanto, Bp Avi dan Mas Tanjung yg menemani blusukan saya dan teman2 pegiat sejarah kuno di Klaten, Demi Kejayaan Nusantara.
S E K I A N

Kontributor : Samingun


No comments:

Post a Comment