Lokasi yoni berada di tempat yang sangat terpencil, di pinggir sebuah sungai purba.
sangat banyak cerita yang bertaut tautan antara yoni sebagai bukti sejarah, serta mitos, cerita rakyat, kitab kitab yang justru baru kali ini aku mendengarnya. pusing kepala nih.
sangat menarik. ini sedkit critanya.
3 Oktober 2019, Kalibuko, Kokap, Kulon Progo. Dua buah yoni
berukuran sedang dan kecil, berada di tepat pinggir jalan setapak, di samping
rumah warga, dan hanya terpaut sekitar 100 meter dari sebuah sungai purba,
dengan bebatuan yang berukuran sangat besar. Dasar sungai pun bukan tanah atau
pasir, tapi batuan yang menghampar si sepanjang sungai. Tak jauh dari tempat
ini, sebuah alat berat pemecah batu gunung, orang menyebutnya Gunung Rego, beroperasi
sejak beberapa tahun yang lalu ( september tahun 2018, saya beli batu di lokasi
ini).
Lokasi dimana kedua yoni itu berada, sangat menarik. Berada di
titik hamparan terbawah, di dekat sungai, dengan lereng perbukitan yang cukup
terjal untuk dapat menjangkau akses jalan terdekat. Jalan terdekat yang ada
itupun, masih juga di lereng Pegunungan Menoreh. Rumah rumah warga berada di
sela sela lereng, dengan jarak yang cukup berjauhan. Tanaman keras memenuhi
seluruh lahan. Terbayang di benakku, betapa pada jaman dahulu kala, kedua yoni
ini difungsikan sebagaimana mestinya oleh para penganutnya.
Perikehidupan dan kebudayaan yang diperkirakan ada sejak
jaman Mataram Kuno, berkaitan dengan Dyah Balitung Rakai Watukura yang diyakini
berasal dari sebuah desa di bantaran Sungai Bogowonto, dengan penetapan wilayah
dari Purworejo, Menoreh, Borobudur hingga ke Kraton Boko. Demikian setidaknya
dituturkan oleh Pak Prapto, tetua dan pemangku budaya desa Kalibuko. Tak jauh
dari lokasi ini, tepatnya di sebelah selatan di balik sisi sungai purba ini,
terdpat pula lingga yoni yang letaknya masih tersembunyi, dan di sisi barat
daya dari dua yoni ini, ditemukan juga yoni yang berada di puncak sebuah kebun.
Jadi, dalam radius yang cukup dekat,sekitar 5 kilometer, terdapat 3 buah titik
yoni. Sebuah perdaban purbakala, pernah
hidup di tempat ini.
Kita tinggalkan tentang yoni tersebut. Penelusuran lebih
lanjut layak diperlukan. Kita kembali menuju sungai purba, yang hanya terpaut
sekitar 100 meter dari 2 yoni itu, terdapat sebuah batu besar, yang relatif
rata bagian atasnya, berada di tengah sungai. Konon, menurut penuturan beberapa
warga, jika banjir datang, batu besar itu tak akan tenggelam atau terbawa arus.
Seolah o;ah, air bah tak mau menyentuh batu “leter” itu (leter = rata, jawa).
Bahkan seorang warga menuturkan, dia melihat dengan mata
kepalanya sendiri, sekitar tahun 40an tahun yang lalu, saat ia masih kecil, ia
pernah melihat seseorang dengan jubah putih, sedang melaukan shalat di atas
batu itu. Namun hingga kini, ia tak tahu siapakah beliau, karena sejak itu,
Beliau menghilang tanpa diketahui rimbanya.
Masih banyak lagi cerita tentang Kalibuko. Besok besok kita lengkapi. tentang makam tua di lereng kebun, rumah dengan listrik dari sinar matahari.
Menoreh....... sangat menarik hati.
No comments:
Post a Comment