Friday, October 4, 2019

Ekspedisi Menoreh, Situs Yoni Kalibuka, Kokap Kulon Progo

Lokasi yoni berada di tempat yang sangat terpencil, di pinggir sebuah sungai purba.
sangat banyak cerita yang bertaut tautan antara yoni sebagai bukti sejarah, serta mitos, cerita rakyat, kitab kitab yang justru baru kali ini aku mendengarnya. pusing kepala nih.
sangat menarik. ini sedkit critanya.
3 Oktober 2019, Kalibuko, Kokap, Kulon Progo. Dua buah yoni berukuran sedang dan kecil, berada di tepat pinggir jalan setapak, di samping rumah warga, dan hanya terpaut sekitar 100 meter dari sebuah sungai purba, dengan bebatuan yang berukuran sangat besar. Dasar sungai pun bukan tanah atau pasir, tapi batuan yang menghampar si sepanjang sungai. Tak jauh dari tempat ini, sebuah alat berat pemecah batu gunung, orang menyebutnya Gunung Rego, beroperasi sejak beberapa tahun yang lalu ( september tahun 2018, saya beli batu di lokasi ini).
Lokasi dimana kedua yoni itu berada, sangat menarik. Berada di titik hamparan terbawah, di dekat sungai, dengan lereng perbukitan yang cukup terjal untuk dapat menjangkau akses jalan terdekat. Jalan terdekat yang ada itupun, masih juga di lereng Pegunungan Menoreh. Rumah rumah warga berada di sela sela lereng, dengan jarak yang cukup berjauhan. Tanaman keras memenuhi seluruh lahan. Terbayang di benakku, betapa pada jaman dahulu kala, kedua yoni ini difungsikan sebagaimana mestinya oleh para penganutnya.  

Perikehidupan dan kebudayaan yang diperkirakan ada sejak jaman Mataram Kuno, berkaitan dengan Dyah Balitung Rakai Watukura yang diyakini berasal dari sebuah desa di bantaran Sungai Bogowonto, dengan penetapan wilayah dari Purworejo, Menoreh, Borobudur hingga ke Kraton Boko. Demikian setidaknya dituturkan oleh Pak Prapto, tetua dan pemangku budaya desa Kalibuko. Tak jauh dari lokasi ini, tepatnya di sebelah selatan di balik sisi sungai purba ini, terdpat pula lingga yoni yang letaknya masih tersembunyi, dan di sisi barat daya dari dua yoni ini, ditemukan juga yoni yang berada di puncak sebuah kebun. Jadi, dalam radius yang cukup dekat,sekitar 5 kilometer, terdapat 3 buah titik yoni.  Sebuah perdaban purbakala, pernah hidup di tempat ini.

Kita tinggalkan tentang yoni tersebut. Penelusuran lebih lanjut layak diperlukan. Kita kembali menuju sungai purba, yang hanya terpaut sekitar 100 meter dari 2 yoni itu, terdapat sebuah batu besar, yang relatif rata bagian atasnya, berada di tengah sungai. Konon, menurut penuturan beberapa warga, jika banjir datang, batu besar itu tak akan tenggelam atau terbawa arus. Seolah o;ah, air bah tak mau menyentuh batu “leter” itu (leter = rata, jawa).
Bahkan seorang warga menuturkan, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, sekitar tahun 40an tahun yang lalu, saat ia masih kecil, ia pernah melihat seseorang dengan jubah putih, sedang melaukan shalat di atas batu itu. Namun hingga kini, ia tak tahu siapakah beliau, karena sejak itu, Beliau menghilang tanpa diketahui rimbanya.
Masih banyak lagi cerita tentang Kalibuko.  Besok besok kita lengkapi. tentang makam tua di lereng kebun, rumah dengan listrik dari sinar matahari.

Menoreh....... sangat menarik hati.



























No comments:

Post a Comment