Friday, January 31, 2020

Situs Candi Widoro Ponjong Gunungkidul

Mungkin, tak banyak atau bahkan tak ada yang tahu, atau mungkin tak peduli dengan sebidang tanah kecil di pinggir sungai, tak jauh dari jalan raya, yang disana terdapat beberapa bongkah batu putih persegi yang menurut saya, terlalu sempurna sebagai bentukan alam, berada di suatu lokasi tanah yang bergunduk. Cukup banyak batuan semacam itu di lokasi ini. Menariknya, terdapat sebuah batu yoni yang relatif berbentuk bujur sangkar, dengan lubang persegi di tengahnya, dengan kedalamn lubang sekitar 10 cm lebih. Di sisi batu yang menghadap sungai, terdapat sebuah cerat yang telah patah, dan patahannya entah dimana. Akan tetapi Team Ekspedisi Ponjong belum menemukan cerat yang patah, atau arca saat berkunjung di tempat itu.
Melihat benda benda temuan, lokasi, serta keterangan dari beberapa orang yang dijumpai, dimana salah satu keterangan yang didapat adalah di tempat itu pula, pernah ditemukan perhiasan emas, gerabah, dan manik manik, maka kesimpulan sementara dari kami, di tempat itu dulu pernah berdiri sebuah bangunan candi. Nah, candi seperti apa kira kira yang pernah ada? Mari kita cermati beberapa kajian tentang candi.


Fungsi Candi
Candi dapat berfungsi sebagai:
Candi Pemujaan: candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau bodhisatwa tertentu, contoh: candi Prambanan, candi Canggal, candi Sambisari, dan candi Ijo yang menyimpan lingga dan dipersembahkan utamanya untuk Siwa, candi Kalasan dibangun untuk memuliakan Dewi Tara, sedangkan candi Sewu untuk memuja Manjusri.
Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk menyimpan relikui buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut, atau gigi yang dipercaya milik Buddha Gautama, atau biksu Buddha terkemuka, atau keluarga kerajaan penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya dibangun sebagai sarana ziarah dan ritual, contoh: candi Borobudur, candi Sumberawan, dan candi Muara Takus
Candi Pedharmaan: sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang dibangun untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal. Candi ini kadang berfungsi sebagai candi pemujaan juga karena arwah raja yang telah meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa perwujudannya, contoh: candi Belahan tempat Airlangga dicandikan, arca perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda. Candi Simping di Blitar, tempat Raden Wijaya didharmakan sebagai dewa Harihara.


Candi Pertapaan: didirikan di lereng-lereng gunung tempat bertapa, contoh: candi-candi di lereng Gunung Penanggungan, kelompok candi Dieng dan candi Gedong Songo, serta Candi Liyangan di lereng timur Gunung Sundoro, diduga selain berfungsi sebagai pemujaan, juga merupakan tempat pertapaan sekaligus situs permukiman.
Candi Wihara: didirikan untuk tempat para biksu atau pendeta tinggal dan bersemadi, candi seperti ini memiliki fungsi sebagai permukiman atau asrama, contoh: candi Sari dan Plaosan
Candi Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contoh: gerbang di kompleks Ratu Boko, Bajang Ratu, Wringin Lawang, dan candi Plumbangan.
Candi Petirtaan: didirikan didekat sumber air atau di tengah kolam dan fungsinya sebagai pemandian, contoh: Petirtaan Belahan, Jalatunda, dan candi Tikus
Lokasi Candi
Kitab-kitab ini juga memberikan pedoman mengenai pemilihan lokasi tempat candi akan dibangun. Hal ini terkait dengan pembiayaan candi, karena biasanya untuk pemeliharaan candi maka ditentukanlah tanah sima, yaitu tanah swatantra bebas pajak yang penghasilan panen berasnya diperuntukkan bagi pembangunan dan pemeliharaan candi. Beberapa prasasti menyebutkan hubungan antara bangunan suci dengan tanah sima ini. Selain itu pembangunan tata letak candi juga seringkali memperhitungkan letak astronomi (perbintangan).
Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat air, baik air sungai, terutama di dekat pertemuan dua buah sungai, danau, laut, bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, atau di lembah. Seperti kita ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak di dekat pertemuan sungai Elo dan sungai Progo. Sedangkan candi Prambanan terletak di dekat sungai Opak. Sebaran candi-candi di Jawa Tengah banyak tersebar di kawasan subur dataran Kedu dan dataran Kewu. https://id.wikipedia.org/wiki/Candi#Arsitektur
Yoni
Yoni di loaksi ini keadaan aus, di tengah lubang terdapat lubang dengan ukuran panjang : 26 cm dan lebar : 33 cm, bagian cerat patah dan hanya tersisa sepanjang 20 cm. Yoni dalam keadaan miring, di bawah Yoni terdapat semacam lapik. Yoni ini berada di tanah kas desa yang oleh penduduk sekitar dinamakan “Kubur Budo”. Dalam struktur bangunan candi, yoni biasanya berada di pusat, atau di titik tengah bagian candi. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/yoni-19/
Sedangkan batuan batuan persegi yang berserakan, patut merupakan bagian dari bangunan candi tersebut. Dengan memperhatikan segala hal tersebut, Team Ekspedisi Ponjong menyebutnya Candi Widoro, karena lokasi itu terdapat di Bulak Widoro. Tertarik? Hubungi 081215503911.



















No comments:

Post a Comment