Sebuah kerajaan yang di huni oleh
para raksasa yang bernama Alengkadiaraja, setelah Prabu Suksara, (kakek buyut
dari Rahwana) meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Ditya Sumali
(kakek dari Rahwana), yang kemudian berputera Dewi Sukesi (ibu dari Rahawana)
dan Ditya Prahasta, adalah sebuah kerajaan besar yang ada pada jamannya.
Berawal dari sebuah keinginan
dari Dewi Sukesi yang berwujud raksasa, walaupun dia adalah puteri kerajaan,
namun bagaimanapun dia adalah seorang raksasa, yang dengan semua kasih sayang
yang dilimpahkan dari orang tua kepadanya, maka dia pun menginginkan sesuatu
yang sangat sukar untuk diraih oleh setiap raksasa pada kerajaan itu, yaitu
ingin berubah menjadi seorang wanita biasa.
Hal ini membuat ayah dan ibunya
sedih. Anak mereka satu satunya mengingkan seuatu yang bukan menjadi kodratnya. Dipangillah kemudian para resi dan
pendeta yang tinggi ilmunya, untuk membicarakan masalah ini. Memang ada sebuah
serat, yaitu sebuah tulisan sacral yang apabila sesorang dapat membaca,
menguraikan dan mengartikan kata kata dalam serat itu, maka sesorang bisa
berubah dari raksasa menjadi wujud manusia biasa.
Maka setelah dia dewasa, maka
diadakanlah sayembara, dan bersumpah, barang siapa yang dapat membaca,
mengartikan, menguraikan dan menterjemahkan serat yang terkenal dengan nama ilmu
Serat Harjendra Yuningrat, maka orang itu akan dijadikan suaminya.
Namun tanpa sepengetahuan Dewi
Suksei, sumpah sayembara darinya itu membuat seorang pemuda terpukul dan hancurlah hatinya. Dia adalah Ditya
Jambumangli, putra dari Ditya Maliawan, pamannya sendiri. Telah sekian lama
Jambumangli menaruh hati pada Sukesi, namun tak berani mengungkapkannya, karena
bagaimanapun, Dewi Sukesi adalah kakaknya, puteri dari kakak ayahnya.
Muncul niatnya untuk menggagal
sayembara itu, maka dengan seijin ayah dan pamannya, Jambumangli membuat syarat
bahwa barang siapa yang dapat membaca ilmu serat itu, dapat mempersunting Dewi
Sukesi dengan syarat harus menang dalam perang tanding melawan dirinya. Hal itu
sangat disetujui oleh para tetua, karena mereke beranggapan bahwa Jambumangli
adalah adik yang baik, yang berusaha melindungi kakak perempuannya, agar
mendapat jodoh yang tidak hanya pandai namun juga berilmu tinggi dalam
kenuragan.
Sayembara itu terdengar hingga ke
luar kerajaan Alengka, bahkan hingga ke kerajaan Lokapala. Prabu Danapati, raja
dari kerajaan Lokapala, yang kebetulan
belum mempunyai permaisuri, tertarik untuk mengikuti sayembara itu. Prabu Danapati
sangat yakin akan kemampuannya. Hal ini karena sejak muda dia telah diajari
oleh orang tuanya sendiri, yaitu Resi Wisrawa, dimana dia juga adalah cucu dari
Resi Padwa, yang konon katanya juga merupakan
keturunan dari Batara Sambo, putra dari Sanghyang Manikmaya.
Usia yang masih muda, maka semua
ilmupun rasanya belumlah cukup untuk Prabu Danapati. Apalagi untuk
menterjemahkan sebuah ilmu serat sastra yang tinggi. Maka, sang Prabu meminta
tolong ayahnya, Resi Wisrawa untuk berangkat mengikuti sayembara tersebut, atas
namanya.
Maka berangkatlah Wisrawa ke
negeri Alengkadiraja. Setelah menghadap
raja dan mengutarakan maksud kedatangannya, bahwa dia datang untuk
anaknya, dan itupun ternyata dapat ditermia oleh Prabu Sumali
Dan setelah kitab ilmu serat
harjendra yuningrat dibuka, dan dapat
dibaca dengan fasih, diartikan dengan runtut, dirafsirkan dengan jelas,
mendadak halilintar menggelegar, langit gelap dan terang beriringan, angin
topan bersabung dan seiring dengan menghilangnya gejolak alam itu, wujud Dewi
Sukesi yang semula adalah raksasa wanita, kini berubah wujud menjadi seorang
wanita yang cantik jelita. Legalah hati para kerabat kerajaan Alengka.
Setelah usai, kemudian Wisrawa
berniat membawa Dewi Sukesi ke Lokapala, untuk dinikahkan dengan putranya,
Prabu Danapati. Hal ini ditolak mentah mentah oleh Dewi Sukesi, karena hal ini
bertentang dengan sumpahnya. Melihat kekisruhan
tersebut, hal itu dimanfaatkan oleh Jambumangli, maka kemudian Wisrawa pun
ditantang perang tanding. Wisarawa pun kemudian tak dapat menolak.
Pertempuran dahsyat pun terjadi. Jambumangli
yang dibakar api cemburu, kecewa, dan merasa di injak injak harga dirinya,
bertarung bagai setan, dan tanpa memperhatikan etika dan sopan, bahkan main
curang. Beberapa kali Wisrawa mengingatkan, namun semakin diingatkan,
Jambumangli semakin kurang ajar. Maka, terbakarlah hati Wisrawa, dengan
kesaktiannya, Jambumangli dihajar habis habisan, bahkan hingaa terpisah pisah
bagian tubuhnya. Namun sebelum
meninggal, Jambumangli mengutuk Wisrawa bahwa kelak keturuan Wisrawa ka nada yang
mati secara mengenaskan seperti layaknya dirinya.
Di Lokapala, peristiwa Dewi
Sukesi tak bersedia dinikahkan dengan Prabu Danapati pun sampai juga beritanya.
Dengan tanpa pikir panjang, Prabu Danapati segera menyusul ke Alengkadiraja. Dan
kesalah pahaman itupun berujung pada pertempuran antara anak dan ayah yang
saling memperebutkan Dewi Sukesi.
Dua orang yang mengalir darah
yang sama, dengan ilmu yang sama, maka pertempuran mereka pun berlangsung cukup
lama, hingga berantakan keadaan negeri Alengka, dan hawa panas dari pertempuran
itupun terbawa naik oleh angin hingga Suralaya. Keadaan ini sangat mengganggu
ketenangan kerajaan dewa.
Maka, saat pertempuran tengah
berlangsung sengit, turunlah Batara Narada di kancah pertempuran itu, dan
menjelaskan bahwa sudah menjadi kehendak takdir bahwa Dewi Sukesi adalah
berjodoh dengan Wisrawan, maka Prabu Danapati pun diminta untuk
mengikhaskannya.
Dari perkawinan Wisrawa dan Dewi
Sukesi, lahirlah Rahwana, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Arya Wibisana.
Dan Arya Kumbakarnalah yang menjadi korban atas kutukan dari Jambumangli
terhadap Wisrawa, yaitu mati terbunuh dengan tubuh yang terpisah pisah oleh
panah Guwahijaya, senjata andalan Prabu Rama.
No comments:
Post a Comment