Pagi yang cerah, setelah semalam diguyur hujan deras. Aku mampir ke daerah Margoagung Seyegan sebelum menuju lokasi kerja. Tiba di desa Watu Karung, penasaranku akan nama desa itu membuatku berhenti di depan rumah bapak bapak yang sedang berada di luar rumah. Dan benar, konon watu karung diambil dari nama adanya batu batu yang dikarungi. Entahlah.....
Obrolan berlanjut ke masalah batu batu jaman prasejarah. Konon di desa ini pernah ditemukan batu batuan candi, namun telah dimanfaatkan sebagau bahan pondasi rumah. Sehingga tak bersisa. Namun masih ada satu yang mungkin masih tersis, itupun terletak di desa sebelah. Pager Jurang tepatnya. Setelah mendapat petunjuk yang cukup jelas, aku segera melacaknya.
Aku tak menyangka sama sekali akan menemukan sebuah yoni di “ledokan” kebun. Karena petunjuk yang ku dapat adalah sebuah batu landasan candi, berukir pula. Semacam artefik, itulah dugaanku. Namun setelah ku menemukannya, dengan bantuan seorang tua di tempat itu, rupanya sebuah yoni dengan ukuran tinggi 70cm, panjang dan lebar masing masing 80cm, dengan cerat yang telah patah dan belum ku temukan dimana patahannya.
Yoni ini dulunya berada di dataran yang lebih atas, di rumpun bambu, kurang lebih 10 meter dari tempatnya sekarang, dan berada di bawah. Keadaanya tak mulus lagi, di setiap sudutnya patah patah. Mungkin terkena benda keras saat yoni in berusaha dipindahkan.
Cukup menarik karena yoni ini berada di pinggir kali, dimana di seberang kali ini adalah desa Batang, yang konon pernah ditemukan arca di pohon beringin di pinggir sendang, dan sebuah yoni yang masih ada di pekarangan rumah. Juga cerita tentang pernah ditemukan emas emasan di daerah itu juga.
No comments:
Post a Comment