Makam Ketutuk. Demikianlah kata kata yang kudapat dalam sebuah literatur yang menunjuk nama sebuah tempat. Cukup menarik pikirku. Namun entah kapan aku bisa menengoknya karena lokasi yang cukup jauh dari kegiatan sehari hariku.
Ndilalah pada suatu hari aku ada keperluan di daerah Ngemplak, Sleman. Aku sengaja berangkat pagi agar punya cukup waktu untuk ke tempat ini. Lokasi yang sebenarnya cukup aku kenal sejak dulu saat aku suka berburu tupai dan burung bersama teman temanku.
Tiba di Pasar Kejambon, aku berhenti untuk bertanya letak pastinya. Ibu ibu di pasar yang ku tanyapun tertawa geli dengan pertanyaanku. Makam Ketutuk. Dalam bahasa Jawa, "ketutuk" berarti terpukul dengan tidak sengaja. Dengan arif kemudian beliau mengira ngira akan pertanyaanku. "Makam Kethuk mungkin yang dimaksud Mas......" katanya.
"Mungkin juga Bu....." jawabku sambil nyengir.
"Itu di utara desa ini. Ada SD, masuk kekiri, di selatan lapangan." jawabnya menunjukkan arah.
Segera aku berpamitan dan menuju kesana. Cukup mudah dijangakau ternyata. tepat di pinggir jalan dan akses yang sangat mudah.
Aku berputar putar dulu untuk meyakinkan diriku sendiri jika aku tak salah lokasi ( golek konco asline wong aku ki jirih.... pen) . Setelah yakin dengan merunut pada keterangan seorang nenek nenek yang kutemui, aku kembali ke lokasi makam. Ku turun dari motorku dan segera mendatangi makam itu. setelah cukup berziarah dan mendoakan yang "semare" disana, mataku kemudian berkeliling melihat dengan seksama apa yang menarik disisni hingga masuk ke dalam sebuah kategori "situs sejarah".
Kebon suwung itu dengan pelan pelan dan hati hati ku masuki. Tengok kanan dan kiri.Tampak olehku beberapa buah batu dengan bentuk seperti kethuk atau kenong atau kempul di sisi kananku. "Nah........candak!" aku setengah berteriak. Segera kudekati, ambil dokumentasi. Dan, hei...... rupanya ada juga batu persegi tak jauh dari lokasi batu seperiti kethuk itu. Di bawah rerimbunan pohon. Tidak jelas batu apa itu. Ku dekati dan kemudian aku bersihkan dari daun daun dan tanah yang menutupinya dengan tanganku.
Dan mataku terbelalak setelah bersih dan terlihat dengan jelas gambaran yang terpahat di batu itu. Sebuah kaki yang cukup jelas hingga jari jemarinya. Tiba tiba.....
"Kono kui lho Mas..... watune.....!!!" terdengar suara parau ibu ibu dari pinggir jalan. aku segera keluar menengoknya. Oh.....rupanya nenek nenek yang tadi mengikutiku hingga lokasi makam. Ku hampiri dan menggali lagi informasi yang mungkin masih tersisa.
"Riyn kathah Mas...... do dipeceli go gawe pondasi. Coba meng tiliki ten pinggir pinggir pager niko. Wonten recone namung disendekke neng pager..... kono kae....." dia menunjuk arah ke sisi barat dan selatan dari tempatku berdiri di dalam kebon. "Njih Mbaaaaaahhh....."jawbaku.
Sesuai dengan keberanianku, aku melacak sedkit ke arah selatan. Nampak olehku sebuah batu di bawah pohon. Ku dekati dan.....heiiiii....... sebuah batu yang melukiskan wajah seseorang. Segera ambil poto. Keliling keliling sejenak di sekitar tempat itu, namun tak ada lagi yang kutemukan.
Aku lihat jam di handphoneku. Hmmmm sudah saatnya pergi. Biarlah batu batu lain yang belum kutemukan jadi "gaweane" konco koncoku lainnya. Ndak kepenaken....... bathinku.
Aku segera keluar dari kebon, pamit, dan cuuuussshhhhh..... nguli. Monggo dilanjutkan expedisinya Kawan......
Di jalan ku merangkai rangkai keadaan.
"Pantas dinamakan Makam Kethuk, karena disana ditemukan batu batu mirip Kethuk. Mungkin dari situ nama makam itu diambil. Entahlah.......