Tuesday, August 21, 2018

Budha dan Nandi Capil

Setelah menengok batu gilang di Mulungan Kulon, mumpung waktu masih pagi, sejalur pula dalam perjalanan, aku mampir ke sebuah perkantoran pemerintah daerah. Setelah masuk dan parkir kendaraan, tanpa ba bi bu apalagi bobo, pandangan mataku langsung merangsek setiap suduk sudut halaman. Pokoke nekad. Setelah milang miling di halaman parkir depan, aku berputar. 
Di sudut sebuah bangunan, pandangan mataku menatap sebuah batu dengan bentuk tertentu, yang tidak begitu jelas dari kejauhan. Aku segera mendekat. Semakin jelas bentuknya, namun aku tetap tak dapat menyebutnya batu apakah itu.

Sebagai pegawai bangunan, di  tas kecilku selalu tersimpan meteran pemberian juraganku. Biar agak samar dan seperti ahlinya, ku ambil meteran dan mengukur batu yang berwujud seperti orang bersila itu. Tinggi sekitar 50an cm, lebar sekitar 40 cm, seingatku, wong gak saya catet. Hehehe...... Tidak begitu jelas wajah dari arca itu. Hanya tangan dan kaki yang cukup menggambarkan bahwa posisi arca tersebut menggambarkan orang yang duduk bersila.
Setealah merasa puas, ku ambil motor dan pergi dari tempat parkir itu. Namun saat ku berbelok, nampak olehku dua buah batu hitam berbentuk seperti sapi, dengan buntut yang masih sangat jelas melingkar di belakang, dengan sikap “njerum” dengan dua kaki depan ditekuk ke belakang. Kali ini aku terpaksa berhenti, dan parkir kenadaraan, lagi.
Cekrak cekrek, ukur ukur. Keduanya relatif sama besar, dengan posisi relatif sama, sama sama tanpa kepala. Hanya ekornya yang agak berbeda. Satu arca dengan ekor yang membelok dari belakang ke depan, dan satu lagi dengan ekor melingkar dari belakang dan melingkar agak menjuntai agak kebawah. Mungkin untuk membedakan antara sapi jantan dan betina.

Mungkin wong saya bukan ahlinya....... Pokoknya cekrak cekrek, simpan, biar anak anakku tahu sejarah beserta peninggalan otentikya yang pernah ditemui bapaknya.


























No comments:

Post a Comment