Sunday, August 5, 2018

Candi Sambisari

Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Dari pusat kota Yogyakarta, jaraknya 15 kilometer ke arah timur laut. Candi Sambisari yang merupakan candi Hindu beraliran Syiwa ini diperkirakan dibangun pada awal abad ke-9 oleh Rakai Garung, seorang Raja Mataram Hindu dari Wangsa Syailendra.
Candi Sambisari ditemukan secara tidak sengaja. Seorang petani yang sedang mencangkul di sawahnya merasakan cangkulnya menghantam sebuah benda keras yang, setelah digali dan diamati, ternyata adalah sebuah batu berhiaskan pahatan. Berdasarkan laporan penemuan tersebut, Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian dan penggalian seperlunya. Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun 1966 ditetapkan bahwa di lahan tersebut terdapat reruntuhan sebuah candi yang terpendam oleh timbunan pasir dan batu yang dimuntahkan oleh G. Merapi pada tahun 1906. Rekonstruksi dan pemugaran candi ini selesai pada tahun 1987.


Candi Sambisari terletak sekitar 6,5 m di bawah permukaan tanah, sehingga candi tersebut tidak tampak dari kejauhan. Menurut dugaan, dahulu permukaan tanah daerah di sekeliling candi tidak lebih tinggi dari lahan datar tempat Candi Sambisari berada, namun tanah pasir dan bebatuan yang terbawa oleh letusan G. Merapi pada tahun 1006 telah menimbun daerah itu. Akibatnya, Candi Sambisari ikut terbenam dalam timbunan, sehingga saat ini posisinya menjadi lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya. Saat ini lahan di sekeliling candi telah digali dan ditata, membentuk lapangan persegi dengan tangga di keempat sisinya.


Kompleks Candi sambisari dikelilingi oleh dua lapis pagar. Halaman luar seluas 50 x 48 m dikelilingi pagar batu rendah, sedangkan halaman dalam dikelilingi pagar batu setebal sekitar 50 cm dengan tinggi sekitar 2 m. Di masing-masing sisi terdapat pintu masuk tanpa gapura atau hiasan lain. Candi Sambisari terdiri atas satu candi utama dan tiga candi perwara. Candi utama yang menghadap ke barat kondisinya relatif utuh, sedang ketiga candi perwara yang letaknya berhadapan dengan candi utama saat ini hanya baturnya yang tersisa. Masing-masing candi perwara berdenah dasar bujur sangkar seluas 4,8 m2.
Tinggi candi utama sampai ke puncaknya mencapai 7,5 m. Tubuh candi berdiri di atas batur yang berdenah dasar bujur sangkar seluas 13,65 m2 dengan tinggi sekitar 2 m. Tubuh candi juga berdenah dasar bujur sangkar dengan luas 5 m2. Selisih luas batur dengan tubuh candi membentuk selasar yang dilengkapi langkan setinggi sekitar 1,2 m. Tingginya langkan menyebabkan tubuh candi tidak terlihat dari luar dan hanya atapnya yang menyembul ke atas, sehingga menimbulkan kesan tambun.
Kaki candi polos tanpa hiasan, namun bagian luar dinding langkan dihiasi seretan pahatan bermotif bunga dan sulur-suluran yang sangat halus pahatannya.

Tangga menuju ke selasar terletak di depan pintu, yaitu di sisi barat. Tangga ini dilengkapi dengan pipi yang dihiasi pahatan sepasang kepala naga dengan mulut menganga. Batu di bawah masing-masing kepala naga dihiasi pahatan berupa Gana dalam posisi berjongkok dengan kedua tangan diangkat ke atas, seolah-olah menyangga kepala naga di atasnya. Gana, atau sering juga disebut Syiwaduta, adalah makhluk kecil pengiring Syiwa. Pahatan Gana juga terdapat di pintu masuk candi-candi besar di kompleks Candi Prambanan.
Di puncak tangga terdapat gerbang paduraksa dengan bingkai dihiasi pahatan motif kertas tempel. Kaki bingkai dihiasi pahatan kepala naga menghadap ke luar dengan mulut menganga. Hiasan yang sama juga terdapat di pintu masuk ke ruangan dalam, namun di ambang pintu ruangan terdapat pahatan Kalamakara tanpa rahang bawah.
Pada masing-masing sisi dinding luar tubuh candi terdapat relung berisi arca. Dalam relung di dinding selatan terdapat Arca Agastya atau Syiwa Mahaguru, di dinding timur terdapat Arca Ganesha, dan di dinding utara terdapat Arca Durga Mahisasuramardini.


Syiwa yang digambarkan sebagai sosok pria bertangan dua dan berjenggot sedang berdiri di atas padma. Di sebelah kanannya terdapat sebuah trisula, tombak bermata tiga yang merupakan senjata Syiwa. Arca ini mirip dengan Arca Syiwa Mahaguru yang terdapat di relung selatan Candi Syiwa di Kompleks Candi Prambanan, hanya saja tubuhnya lebih ramping.
Arca Ganesha yang terdapat dalam relung timur juga mirip dengan Arca Ganesha yang terdapat di relung timur Candi Syiwa. Ganesha digambarkan dalam posisi bersila di atas padmasana (singgasana bunga teratai) dengan kedua telapak kaki saling bertemu. Perbedaannya ialah telapak tangan kanan arca ini menumpang di lutut dalam posisi tengadah, sementara telapak tangan kiri menyangga sebuah mangkok. Ujung belalai seolah menghisap sesuatu dari dalam mangkok.


Dalam ruang utara terdapat Arca Durga Mahisasuramardini, yaitu Durga sebagai dewi kematian. Seperti yang terdapat di Candi Syiwa di Prambanan, Durga juga digambarkan sebagai dewi bertangan delapan dalam posisi berdiri di atas Lembu Nandi. Satu tangan kanannya dalam posisi bertelekan pada sebuah gada, sedangkan ketiga tangan lainnya masing-masing memegang anak panah, pedang dan cakram. Satu tangan kirinya memegang kepala Asura, sedangkan ketiga tangan lainnya memegang busur, perisai dan bunga. Berbeda dengan yang terdapat di Candi Syiwa, Asura, raksasa kerdil pengiring Durga, di Candi Sambisari digambarkan dalam posisi berlutut. Durga di Candi Sambisari juga digambarkan lebih sensual, dilihat dari posisi berdirinya, kain penutup pinggul yang pendek sehingga memperlihatkan pahanya, payudara yang lebih menonjol, serta senyum yang menghiasi bibirnya.



Di tengah ruangan berukuran sekitar 4,8 m2 dalam tubuh candi terdapat sebuah Lingga lengkap dengan yoninya. Lingga terbuat dari batu berwarna putih, sedangkan yoni di tengah lingga terbuat dari batu berwarna hitam yang sangat keras dan mengkilap. Di sepanjang tepi lingga terdapat alur untuk menampung air persembahan yang dialirkan ke cucuran berhiaskan kepala ular.














No comments:

Post a Comment