Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Desa
Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Dari pusat
kota Yogyakarta, jaraknya 15 kilometer ke arah timur laut. Candi Sambisari yang
merupakan candi Hindu beraliran Syiwa ini diperkirakan dibangun pada awal abad
ke-9 oleh Rakai Garung, seorang Raja Mataram Hindu dari Wangsa Syailendra.
Candi Sambisari ditemukan secara tidak sengaja.
Seorang petani yang sedang mencangkul di sawahnya merasakan cangkulnya
menghantam sebuah benda keras yang, setelah digali dan diamati, ternyata adalah
sebuah batu berhiaskan pahatan. Berdasarkan laporan penemuan tersebut, Balai
Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian dan penggalian seperlunya.
Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun 1966 ditetapkan bahwa di lahan
tersebut terdapat reruntuhan sebuah candi yang terpendam oleh timbunan pasir
dan batu yang dimuntahkan oleh G. Merapi pada tahun 1906. Rekonstruksi dan
pemugaran candi ini selesai pada tahun 1987.
Candi Sambisari terletak sekitar 6,5 m di bawah
permukaan tanah, sehingga candi tersebut tidak tampak dari kejauhan. Menurut
dugaan, dahulu permukaan tanah daerah di sekeliling candi tidak lebih tinggi
dari lahan datar tempat Candi Sambisari berada, namun tanah pasir dan bebatuan
yang terbawa oleh letusan G. Merapi pada tahun 1006 telah menimbun daerah itu.
Akibatnya, Candi Sambisari ikut terbenam dalam timbunan, sehingga saat ini
posisinya menjadi lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya. Saat ini
lahan di sekeliling candi telah digali dan ditata, membentuk lapangan persegi
dengan tangga di keempat sisinya.
Kompleks Candi sambisari dikelilingi oleh dua lapis
pagar. Halaman luar seluas 50 x 48 m dikelilingi pagar batu rendah, sedangkan
halaman dalam dikelilingi pagar batu setebal sekitar 50 cm dengan tinggi
sekitar 2 m. Di masing-masing sisi terdapat pintu masuk tanpa gapura atau
hiasan lain. Candi Sambisari terdiri atas satu candi utama dan tiga candi
perwara. Candi utama yang menghadap ke barat kondisinya relatif utuh, sedang
ketiga candi perwara yang letaknya berhadapan dengan candi utama saat ini hanya
baturnya yang tersisa. Masing-masing candi perwara berdenah dasar bujur sangkar
seluas 4,8 m2.
Tinggi candi utama sampai ke puncaknya mencapai 7,5
m. Tubuh candi berdiri di atas batur yang berdenah dasar bujur sangkar seluas
13,65 m2 dengan tinggi sekitar 2 m. Tubuh candi juga berdenah dasar bujur
sangkar dengan luas 5 m2. Selisih luas batur dengan tubuh candi membentuk
selasar yang dilengkapi langkan setinggi sekitar 1,2 m. Tingginya langkan
menyebabkan tubuh candi tidak terlihat dari luar dan hanya atapnya yang
menyembul ke atas, sehingga menimbulkan kesan tambun.
Kaki candi polos tanpa hiasan, namun bagian luar
dinding langkan dihiasi seretan pahatan bermotif bunga dan sulur-suluran yang
sangat halus pahatannya.
Tangga menuju ke selasar terletak di depan pintu,
yaitu di sisi barat. Tangga ini dilengkapi dengan pipi yang dihiasi pahatan
sepasang kepala naga dengan mulut menganga. Batu di bawah masing-masing kepala
naga dihiasi pahatan berupa Gana dalam posisi berjongkok dengan kedua tangan
diangkat ke atas, seolah-olah menyangga kepala naga di atasnya. Gana, atau
sering juga disebut Syiwaduta, adalah makhluk kecil pengiring Syiwa. Pahatan
Gana juga terdapat di pintu masuk candi-candi besar di kompleks Candi
Prambanan.
Di puncak tangga terdapat gerbang paduraksa dengan
bingkai dihiasi pahatan motif kertas tempel. Kaki bingkai dihiasi pahatan
kepala naga menghadap ke luar dengan mulut menganga. Hiasan yang sama juga
terdapat di pintu masuk ke ruangan dalam, namun di ambang pintu ruangan
terdapat pahatan Kalamakara tanpa rahang bawah.
Pada masing-masing sisi dinding luar tubuh candi
terdapat relung berisi arca. Dalam relung di dinding selatan terdapat Arca
Agastya atau Syiwa Mahaguru, di dinding timur terdapat Arca Ganesha, dan di
dinding utara terdapat Arca Durga Mahisasuramardini.
Syiwa yang digambarkan sebagai sosok pria bertangan
dua dan berjenggot sedang berdiri di atas padma. Di sebelah kanannya terdapat
sebuah trisula, tombak bermata tiga yang merupakan senjata Syiwa. Arca ini
mirip dengan Arca Syiwa Mahaguru yang terdapat di relung selatan Candi Syiwa di
Kompleks Candi Prambanan, hanya saja tubuhnya lebih ramping.
Arca Ganesha yang terdapat dalam relung timur juga
mirip dengan Arca Ganesha yang terdapat di relung timur Candi Syiwa. Ganesha
digambarkan dalam posisi bersila di atas padmasana (singgasana bunga teratai)
dengan kedua telapak kaki saling bertemu. Perbedaannya ialah telapak tangan
kanan arca ini menumpang di lutut dalam posisi tengadah, sementara telapak
tangan kiri menyangga sebuah mangkok. Ujung belalai seolah menghisap sesuatu
dari dalam mangkok.
Dalam ruang utara terdapat Arca Durga
Mahisasuramardini, yaitu Durga sebagai dewi kematian. Seperti yang terdapat di
Candi Syiwa di Prambanan, Durga juga digambarkan sebagai dewi bertangan delapan
dalam posisi berdiri di atas Lembu Nandi. Satu tangan kanannya dalam posisi
bertelekan pada sebuah gada, sedangkan ketiga tangan lainnya masing-masing
memegang anak panah, pedang dan cakram. Satu tangan kirinya memegang kepala
Asura, sedangkan ketiga tangan lainnya memegang busur, perisai dan bunga.
Berbeda dengan yang terdapat di Candi Syiwa, Asura, raksasa kerdil pengiring
Durga, di Candi Sambisari digambarkan dalam posisi berlutut. Durga di Candi
Sambisari juga digambarkan lebih sensual, dilihat dari posisi berdirinya, kain
penutup pinggul yang pendek sehingga memperlihatkan pahanya, payudara yang
lebih menonjol, serta senyum yang menghiasi bibirnya.
Di tengah ruangan berukuran sekitar 4,8 m2 dalam tubuh
candi terdapat sebuah Lingga lengkap dengan yoninya. Lingga terbuat dari batu
berwarna putih, sedangkan yoni di tengah lingga terbuat dari batu berwarna
hitam yang sangat keras dan mengkilap. Di sepanjang tepi lingga terdapat alur
untuk menampung air persembahan yang dialirkan ke cucuran berhiaskan kepala
ular.
Sumber : Candi Sambi Sari
No comments:
Post a Comment