Sebelum sumur Kitiran Mas digali, di bawah kaki patung Bunda
Maria diberi jambangan berisi air untuk memberi kesejukan bagi umat yang
berdoa. Selanjutnya banyak umat mengambil dan meminum air di dalam jambangan
karena dipercaya dapat memberikan kesembuhan. Romo G.P. Sindhunata, S.J.
selanjutnya berpikir bahwa di bawah patung terdapat sumber air yang bisa
digali. Keputusan untuk menggali sumur diputuskan sekitar tahun 1983.
Setelah keputusan diambil, umat paroki pada masa itu
mengadakan ziarah untuk mengenang tujuh wanita desa yang memberikan teladan
kesederhanaan Bunda Maria. Ziarah tersebut bertujuan untuk mencari tujuh macam
bunga dan tujuh mata air. Setelah ziarah menemukan tujuh macam bunga (melati,
kemuning, telasih, kelapa, kantil, mawar, dan temon), umat melanjutkan ziarah
mencari tujuh sumber mata air yang dianggap keramat di kaki Gunung Merapi.
Ketujuh mata air tersebut adalah Tuk (mata air) Celeng, Tuk Wengi (Malam), Tuk
Sangkan Paran (Asal dan Tujuan), Tuk Rembulan (Bulan), Tuk Ulam (Ikan), Tuk
Cuwo, dan Tuk Macan (Harimau). Air dari masing-masing mata air diambil dan
dibawa pulang. Peziarahan yang berlangsung sekitar satu tahun ditutup dengan
novena kepada Bunda Maria.
Sumur pertama digali dengan ukuran sebesar satu tegel (20 cm
x 20 cm) secara manual menggunakan tangan. Setelah hampir sebulan, pada malam
hari di bulan Oktober 1985 sumur tersebut mengeluarkan air. Umat paroki datang
pada malam itu untuk mengikuti misa yang dilanjutkan memasukkan tujuh macam bunga
dan air ke dalam sumur. Sumur tersebut dinamai Sumur Kitiran Mas dan Bunda
Maria sebagai pelindung disebut Sang Kitiran Kencana. "Kitiran Mas"
merupakan nama lain dari Semar yang melambangkan manusia papasekaligus dewa penyelamat
saat terjadi kekacauan.
Di sekitar sumur diletakkan bebatuan yang ditemukan pada
saat penggalian, yang dipahat berbentuk kodok, kupu-kupu, ikan kotes (sejenis
ikan gabus), dan buto bajang, sebagai pengingat berbagai peristiwa yang terjadi
selama ziarah berlangsung. Kupu-kupu mewakili kupu-kupu kuning yang terlihat
pada saat penggalian, melambangkan keikhlasan menjalankan kewajiban dan tugas
hidup. Kodok mewakili kodok-kodok yang dilepaskan selama sembilan di bawah kaki
patun, melambangkan kepasrahan dan kesederhanaan. Ikan Kotes yang buruk rupa
melambangkan manusia sebagai pendosa, yang berkat air kasih Tuhan bisa berenang
dengan indah. Patung Buto Bajang membawa tempurung mengingatkan manusia agar
rendah hati dan tulus.
Umat pada masa itu, karena memiliki devosi yang kuat, dapat
memperoleh kesembuhan setelah meminum air sumur. Berita tersebut didengar oleh
masyarakat sekitar sehingga banyak yang datang untuk mengambil air sumur.
Kondisi tersebut menjadi meresahkan sehingga akhirnya sumur ditutup, tetapi
dibuka kembali dan diberkati ulang pada Minggu Pon, 14 Oktober 2001. Setelah
dirasa kurang dapat mencukupi permintaan umat, pada tahun 2002 digali sumur
kedua yang berukuran lebih besar (diameter 70 cm).
Sumber : Sumur Kitiran Mas
No comments:
Post a Comment