Thursday, September 6, 2018

Situs Ziarah Sumur Kitiran Mas

 Sebelum sumur Kitiran Mas digali, di bawah kaki patung Bunda Maria diberi jambangan berisi air untuk memberi kesejukan bagi umat yang berdoa. Selanjutnya banyak umat mengambil dan meminum air di dalam jambangan karena dipercaya dapat memberikan kesembuhan. Romo G.P. Sindhunata, S.J. selanjutnya berpikir bahwa di bawah patung terdapat sumber air yang bisa digali. Keputusan untuk menggali sumur diputuskan sekitar tahun 1983.
Setelah keputusan diambil, umat paroki pada masa itu mengadakan ziarah untuk mengenang tujuh wanita desa yang memberikan teladan kesederhanaan Bunda Maria. Ziarah tersebut bertujuan untuk mencari tujuh macam bunga dan tujuh mata air. Setelah ziarah menemukan tujuh macam bunga (melati, kemuning, telasih, kelapa, kantil, mawar, dan temon), umat melanjutkan ziarah mencari tujuh sumber mata air yang dianggap keramat di kaki Gunung Merapi. Ketujuh mata air tersebut adalah Tuk (mata air) Celeng, Tuk Wengi (Malam), Tuk Sangkan Paran (Asal dan Tujuan), Tuk Rembulan (Bulan), Tuk Ulam (Ikan), Tuk Cuwo, dan Tuk Macan (Harimau). Air dari masing-masing mata air diambil dan dibawa pulang. Peziarahan yang berlangsung sekitar satu tahun ditutup dengan novena kepada Bunda Maria.
Sumur pertama digali dengan ukuran sebesar satu tegel (20 cm x 20 cm) secara manual menggunakan tangan. Setelah hampir sebulan, pada malam hari di bulan Oktober 1985 sumur tersebut mengeluarkan air. Umat paroki datang pada malam itu untuk mengikuti misa yang dilanjutkan memasukkan tujuh macam bunga dan air ke dalam sumur. Sumur tersebut dinamai Sumur Kitiran Mas dan Bunda Maria sebagai pelindung disebut Sang Kitiran Kencana. "Kitiran Mas" merupakan nama lain dari Semar yang melambangkan manusia papasekaligus dewa penyelamat saat terjadi kekacauan.
Di sekitar sumur diletakkan bebatuan yang ditemukan pada saat penggalian, yang dipahat berbentuk kodok, kupu-kupu, ikan kotes (sejenis ikan gabus), dan buto bajang, sebagai pengingat berbagai peristiwa yang terjadi selama ziarah berlangsung. Kupu-kupu mewakili kupu-kupu kuning yang terlihat pada saat penggalian, melambangkan keikhlasan menjalankan kewajiban dan tugas hidup. Kodok mewakili kodok-kodok yang dilepaskan selama sembilan di bawah kaki patun, melambangkan kepasrahan dan kesederhanaan. Ikan Kotes yang buruk rupa melambangkan manusia sebagai pendosa, yang berkat air kasih Tuhan bisa berenang dengan indah. Patung Buto Bajang membawa tempurung mengingatkan manusia agar rendah hati dan tulus.
Umat pada masa itu, karena memiliki devosi yang kuat, dapat memperoleh kesembuhan setelah meminum air sumur. Berita tersebut didengar oleh masyarakat sekitar sehingga banyak yang datang untuk mengambil air sumur. Kondisi tersebut menjadi meresahkan sehingga akhirnya sumur ditutup, tetapi dibuka kembali dan diberkati ulang pada Minggu Pon, 14 Oktober 2001. Setelah dirasa kurang dapat mencukupi permintaan umat, pada tahun 2002 digali sumur kedua yang berukuran lebih besar (diameter 70 cm).





No comments:

Post a Comment