seperti ini apakah indah? |
Jaman semakin maju, arus
tekonologi informasi berkembang sangta pesat, terutama arus informasi, dari
belahan dunia manapun, bisa kita dapatkan hanya dengan sekali “klik”. Ada
sekian banyak cara ataupun metode untuk menyampaikan informasi, baik secara
visual, audio, audiovisual, atau hanya sekedar redaksional. Segala macam
aktivitas penyampaian informasi yang demikian, apabila kemudian menyangkut
suatu produk ataupun jasa, maka dengan mudah kita akan menyebutnya “promosi”.
Promosi, adalah sebuah aktivitas
yang tidak dapat di pandang sebelah mata. Aktivitas ini, disamping memakan
biaya yang cukup besar, dengan sumber daya manusia yang cukup handal juga, dan
team kreatif yang cukup kapabel.
Promosi, bagi sebagian orang,
adalah suatu aktivitas yang sia sia, buang buang waktu, tenaga dan pikiran.
Namun bagi sebuah company profesional, promosi adalah tulang punggung dari dapat diterimanya suatu produk oleh
masyarkat, yang berujung pada berjalannya bisnis, yang pada akhirnya akan
mendatangkan laba seperti yang di harapkan. Dari situ roda perekonomian dapat
menggelinding dengan baik, dimana dengan aktivitas promosi yang baik, maka
masyarakat cenderung relative dimudahkan, dimanjakan untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhannya.
Namun, aktivitas promosi yang
dilakukan dengan tidak bijak, kadang justru menjadi boomerang bagi sebuah
company, karena masyarakat yang seharusnya menjadi simpatik dan akhirnya
tertarik, menjad antipati dan apriori.
benar benar semrawut |
Coba bayangkan! Di setiap
kendaraan angkutan umum, hamper semua telah terpampang promosi sebuah produk
yang cukup besar. Bahkan kendaraan pribadipun, juga tak ketinggalan, sebagai
ajang promosi dari bisnis pemiliknya. Sedangkan di setiap pinggir jalan, kita
melihat sejumlah papan nama, poster, sticker, pamlflet, booklet, selebaran, bahkan
hingga baliho baliho yang berukuran cukup besar, terpampang di hampir setiap
sudut jalan. Betapa kadang mata kita lelah untuk melihatnya. Bahkan untuk
sekedar memandang sawahpun, rasanya sudah tak mudah lagi. Perlu waktu yang
harus kita sediakan hanya untuk sekedar melihat sawah dan merasakan sejuknya
angin bertiup.
tugunya aja kalah, tak nampak |
Baliho baliho inilah, walau
kadang cukup menarik dan efektif sebagai sarana promosi, namun penataan yang
tidak sesuai dengan tata kota dan land of tax, akan terjadi tumpang tindih dan
semrawut. Bahkan beberapa media menyebutnya sebagai belantara reklame. Hal ini
karena aktivitas promosi yang dilakukan oleh setiap pelaku bisnis, tidak diatur
sesuai dengan keindahan dan tata kota. Bagaimanapun, uang yang jadi pemicunya.
Belantara reklame. Hal seperti
itu sangat terasa di kota kota metropolitan. Namun perkembangannya, rasanya hal
tersebut akan pula menggejala di kota kota kecil. Rasanya, tidak mudah pula
bagi kita untuk mencari siapa yang salah, dan siapa yang benar.
alangkah sedihnya pemilik rumah di belakang baliho. |
Company (pelaku bisnis), adalah
benar dan itu merupakan hak mereka untuk melakukan aktivitas promosi, karena
dengan tanpa adanya promosi, rasanya sangat sulit sebuah produk dapat diketahui
dan diterima oleh masyarakat.
Sedangkang pihak penyedia lahan
(Negara) juga membutuhkan income dari setiap lahan yang menjadi tanggung
jawabnya.
Sedangkan tata kota, dengan
segala aktivitas perencanaan yang matang
ke beberapa tahun ke depan, dapat
dipastikan telah mempunyai desain untuk kawasan kawasan hijau, kawasan
ramah lingkungan, kawasan perumahan, pertanian sabagai lumbung pangan
masyarakat, yang semuanya mengacu pada keindahan kota.
Dulu, pernah ada penghargaan
setiap kota yang bersih dan indah, dengan beberapa kategori penilaian dari
Negara, yang berujud piala Adipura. Namun sekarang, rasanya hal seperti itu
telah terbenam, terhapus oleh sebuah kepentingan bisnis. Bahkan kawasan
pertanian sebagai lumbung panganpun, rasanya akan semakin menyempit. Disinilah kadang terjadi gesekan kepentingan
antara beberapa pihak.
Bukankah kalau kita pikirkan saat
ini, rasanya cukup sulit untuk mendapatkan pemandangan yang indah, hijau,
dengan pohon pohon rindang, taman kota yang asri, sumber air yang mengalir, dan
dapat menghidupi berjuta juta petani, sebagai lumbung pangan negara. Akankah semua itu bisa tergantikan? Perlu
waktu yang cukup lama. Mudah mudahan
masih cukup tersisa untuk anak cucu kita.
No comments:
Post a Comment