Monday, January 30, 2012

KOTA BELANTARA (IKLAN)


seperti ini apakah indah?

Jaman semakin maju, arus tekonologi informasi berkembang sangta pesat, terutama arus informasi, dari belahan dunia manapun, bisa kita dapatkan hanya dengan sekali “klik”. Ada sekian banyak cara ataupun metode untuk menyampaikan informasi, baik secara visual, audio, audiovisual, atau hanya sekedar redaksional. Segala macam aktivitas penyampaian informasi yang demikian, apabila kemudian menyangkut suatu produk ataupun jasa, maka dengan mudah kita akan menyebutnya “promosi”.
Promosi, adalah sebuah aktivitas yang tidak dapat di pandang sebelah mata. Aktivitas ini, disamping memakan biaya yang cukup besar, dengan sumber daya manusia yang cukup handal juga, dan team kreatif yang cukup kapabel.

Promosi, bagi sebagian orang, adalah suatu aktivitas yang sia sia, buang buang waktu, tenaga dan pikiran. Namun bagi sebuah company profesional, promosi adalah tulang punggung dari  dapat diterimanya suatu produk oleh masyarkat, yang berujung pada berjalannya bisnis, yang pada akhirnya akan mendatangkan laba seperti yang di harapkan. Dari situ roda perekonomian dapat menggelinding dengan baik, dimana dengan aktivitas promosi yang baik, maka masyarakat cenderung relative dimudahkan, dimanjakan untuk memenuhi  kepuasan dan kebutuhannya.

Namun, aktivitas promosi yang dilakukan dengan tidak bijak, kadang justru menjadi boomerang bagi sebuah company, karena masyarakat yang seharusnya menjadi simpatik dan akhirnya tertarik, menjad antipati dan apriori.
benar benar semrawut


Coba bayangkan! Di setiap kendaraan angkutan umum, hamper semua telah terpampang promosi sebuah produk yang cukup besar. Bahkan kendaraan pribadipun, juga tak ketinggalan, sebagai ajang promosi dari bisnis pemiliknya. Sedangkan di setiap pinggir jalan, kita melihat sejumlah papan nama, poster, sticker, pamlflet, booklet, selebaran, bahkan hingga baliho baliho yang berukuran cukup besar, terpampang di hampir setiap sudut jalan. Betapa kadang mata kita lelah untuk melihatnya. Bahkan untuk sekedar memandang sawahpun, rasanya sudah tak mudah lagi. Perlu waktu yang harus kita sediakan hanya untuk sekedar melihat sawah dan merasakan sejuknya angin bertiup.
tugunya aja kalah, tak nampak

Baliho baliho inilah, walau kadang cukup menarik dan efektif sebagai sarana promosi, namun penataan yang tidak sesuai dengan tata kota dan land of tax, akan terjadi tumpang tindih dan semrawut. Bahkan beberapa media menyebutnya sebagai belantara reklame. Hal ini karena aktivitas promosi yang dilakukan oleh setiap pelaku bisnis, tidak diatur sesuai dengan keindahan dan tata kota. Bagaimanapun, uang yang jadi pemicunya.
Belantara reklame. Hal seperti itu sangat terasa di kota kota metropolitan. Namun perkembangannya, rasanya hal tersebut akan pula menggejala di kota kota kecil. Rasanya, tidak mudah pula bagi kita untuk mencari siapa yang salah, dan siapa yang benar.
alangkah sedihnya pemilik rumah di belakang baliho.

Company (pelaku bisnis), adalah benar dan itu merupakan hak mereka untuk melakukan aktivitas promosi, karena dengan tanpa adanya promosi, rasanya sangat sulit sebuah produk dapat diketahui dan diterima oleh masyarakat.
Sedangkang pihak penyedia lahan (Negara) juga membutuhkan income dari setiap lahan yang menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan tata kota, dengan segala  aktivitas perencanaan yang matang ke beberapa tahun ke depan, dapat  dipastikan telah mempunyai desain untuk kawasan kawasan hijau, kawasan ramah lingkungan, kawasan perumahan, pertanian sabagai lumbung pangan masyarakat, yang semuanya mengacu pada keindahan kota.

Dulu, pernah ada penghargaan setiap kota yang bersih dan indah, dengan beberapa kategori penilaian dari Negara, yang berujud piala Adipura. Namun sekarang, rasanya hal seperti itu telah terbenam, terhapus oleh sebuah kepentingan bisnis. Bahkan kawasan pertanian sebagai lumbung panganpun, rasanya akan semakin menyempit.  Disinilah kadang terjadi gesekan kepentingan antara beberapa pihak.

Bukankah kalau kita pikirkan saat ini, rasanya cukup sulit untuk mendapatkan pemandangan yang indah, hijau, dengan pohon pohon rindang, taman kota yang asri, sumber air yang mengalir, dan dapat menghidupi berjuta juta petani, sebagai lumbung pangan negara.  Akankah semua itu bisa tergantikan? Perlu waktu yang  cukup lama. Mudah mudahan masih cukup tersisa untuk anak cucu kita.

No comments:

Post a Comment