Bagai tersambar petir,
Sang Ayah mendengar pemintaan dari puteri yang sangat dicintainya. Permintaan
yang sangat mustahil untuk dapat diwujudkan. Bahkan mungkin hanya kekuatan dewa
yang dapat mewujudkannya.
Satu persatu ksatria yang begitu menggebu gebu bekerja keras
untuk dapat meminangnya, mundur dengan muka tunduk. Hanya ada dua ksatria yang masih tetap maju
untuk bertarung memperebutkan sang puteri.
Namun manusia tak ada yang sempurna. Masing masing mempunyai
kekurangan dan kelebihan. Satu dari dua ksatria itu, berwajah tampan, dengan
bentuk tubuh yang bagus, namun mempunyai kebiasaan buruk yaitu mempunyai
kesenangan terhadap laki laki belum dewasa. Laki laki belum dewasa itu,
layaknya gadis gadis yang sedang mekar, merah merona bagai sebuah bunga.
Sedangkan satu lagi kesatria itu, dengan tubuh yang besar
dan gagah perkasa, dengan perangai yang kasar, dengan bulu bulu kasar yang
tumbuh di tubuhnya. Dan lagi, ksatria itu, dalam wujud manusia, namun berwajah
singa. Yah, manusia itu berkepalakan singa. Walau dia adalah ksatria pilih
tanding, namun di atas langit masih ada langit. Konon, dia menjadi berkepala
singa karena ulahnya bagai singa, dan dapat dikalahkan oleh seorang resi, waktu
resi itu membabat hutan.
Apa boleh buat, persyaratan dari sang puteri, telah ada yang
menyanggupinya. Dua orang ksatria itu. Maka, sayembara itupun tetap
dilaksanakan. Masing masing ksatria pulang ke istana, dan segera mengerahkan
segala macam usaha untuk memenuhi permintaan sang puteri. Masing masing dengan
kemampuan dan kesaktiannya, telah berhasil memenuhi semua permintaan sang pueri
sebagai syarat untuk mempersuntingnya. Namun masih ada satu syarat yang belum
dapat dipenuhi oleh masing masing ksatria. Yaitu, menghadirkan seekor binatang
yang berkepala dua.
Sesuai kata pepatah, serigala boleh kehilangan, bukan
sifatnya. Demikian juga dengan ksatria berkepala singa, yang dikenal dengan
nama Singa Barong. Melihat musuhnya, ksatria yang berwajah tampan, yang bernama
Kelanaswandana telah mempersiapkan sedemikian rupa, terbakarlah hatinya. Maka,
Singa Barong mengirim mata matai untuk mencari tahu tentang persiapan
Kelanaswandana. Namun malang, mata mata itu dapat ditangkap oleh prajurit
Kelanaswandana dan kemudian dibunuhnya. Sejurus kemudian, berita itu sampai ke
telinga Singa Barong, dan dengan serta merta, Singa Barong mempersiapkan sebuah
serangan mematikan ke Kelanaswandana.
Namu Singa Barong terlalu congkak, hingga dia tak menyadari
bahwa di malam gelap buta, pasukan Kelanaswandana telah merangsek masuk ke
Istana Singa Barong, dan dapat melumpuhkannya. Sedangkan waktu itu, Singa Barong
tengah tertidur lelap, karena burung merak peliharannya tengah mematuk matuk
kepalanya yang sangat gatal karena kutu.
Pada saat itu, di Istana Singa Barong itu, nampak oleh
Kelanaswandana, bayangan Singa Barong dengan burung merak di atas kepalanya,
seperti hewan berkepala dua, yaitu singa
dan burung merak. Sontak Singa Barong tergagap terbangun mendengar suara ribut
ribut peperangan. Dan meloncatlah Kelanaswandana dihadapannya. Maka terjadilah
perang antara dua ksartia yang sama keskatiannya, hingga terjadi lingkaran
peperangan yang dahsyat. Kesombongan Singa Barong nampaknya tak dapat
menolongnya kali ini, justru menjadi malapetaka baginya. Dengan hentakan yang sangat mematikan, dengan
peluh dan darah yang telah berceceran, Singa Barong dan dilumpuhkannya, dan
dengan kesaktiannya, burung merak itu
melekat di kepala Singa Barong, sehingga jadilah manusia dengan kepala singa
dan burung merak.
Keadaan itu, Kelanaswandana menjadikannya sebagai salah satu
syarat untuk menyunting sang puteri. Dan sang puteri yang di kenal dengan nama Sanggalangit,
menerima Kelanaswandana sebagai suaminya, bagaimanapun, persyaratan telah dapat
dipenuhi, dan sang puteri tak dapat mengelak. Setelah selesai semua acara
pernikahan, Sanggalangit di boyong ke kerajaan Kelanaswandana, yang kita kenal
dengan Ponorogo, sekarang.Dan reog Ponorogo, akan tetap ada, karena legenda Sang Singa Barong.
No comments:
Post a Comment