Friday, January 20, 2012

SINGO BARONG (namamu lebih melegenda)


Bagai tersambar petir,  Sang Ayah mendengar pemintaan dari puteri yang sangat dicintainya. Permintaan yang sangat mustahil untuk dapat diwujudkan. Bahkan mungkin hanya kekuatan dewa yang dapat mewujudkannya.
Satu persatu ksatria yang begitu menggebu gebu bekerja keras untuk dapat meminangnya, mundur dengan muka tunduk.  Hanya ada dua ksatria yang masih tetap maju untuk bertarung memperebutkan sang puteri.
Namun manusia tak ada yang sempurna. Masing masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Satu dari dua ksatria itu, berwajah tampan, dengan bentuk tubuh yang bagus, namun mempunyai kebiasaan buruk yaitu mempunyai kesenangan terhadap laki laki belum dewasa. Laki laki belum dewasa itu, layaknya gadis gadis yang sedang mekar, merah merona bagai sebuah bunga. 

Sedangkan satu lagi kesatria itu, dengan tubuh yang besar dan gagah perkasa, dengan perangai yang kasar, dengan bulu bulu kasar yang tumbuh di tubuhnya. Dan lagi, ksatria itu, dalam wujud manusia, namun berwajah singa. Yah, manusia itu berkepalakan singa. Walau dia adalah ksatria pilih tanding, namun di atas langit masih ada langit. Konon, dia menjadi berkepala singa karena ulahnya bagai singa, dan dapat dikalahkan oleh seorang resi, waktu resi itu membabat hutan.

Apa boleh buat, persyaratan dari sang puteri, telah ada yang menyanggupinya. Dua orang ksatria itu. Maka, sayembara itupun tetap dilaksanakan. Masing masing ksatria pulang ke istana, dan segera mengerahkan segala macam usaha untuk memenuhi permintaan sang puteri. Masing masing dengan kemampuan dan kesaktiannya, telah berhasil memenuhi semua permintaan sang pueri sebagai syarat untuk mempersuntingnya. Namun masih ada satu syarat yang belum dapat dipenuhi oleh masing masing ksatria. Yaitu, menghadirkan seekor binatang yang berkepala dua.

Sesuai kata pepatah, serigala boleh kehilangan, bukan sifatnya. Demikian juga dengan ksatria berkepala singa, yang dikenal dengan nama Singa Barong. Melihat musuhnya, ksatria yang berwajah tampan, yang bernama Kelanaswandana telah mempersiapkan sedemikian rupa, terbakarlah hatinya. Maka, Singa Barong mengirim mata matai untuk mencari tahu tentang persiapan Kelanaswandana. Namun malang, mata mata itu dapat ditangkap oleh prajurit Kelanaswandana dan kemudian dibunuhnya. Sejurus kemudian, berita itu sampai ke telinga Singa Barong, dan dengan serta merta, Singa Barong mempersiapkan sebuah serangan mematikan ke Kelanaswandana.

Namu Singa Barong terlalu congkak, hingga dia tak menyadari bahwa di malam gelap buta, pasukan Kelanaswandana telah merangsek masuk ke Istana Singa Barong, dan dapat melumpuhkannya. Sedangkan waktu itu, Singa Barong tengah tertidur lelap, karena burung merak peliharannya tengah mematuk matuk kepalanya yang sangat gatal karena kutu.

Pada saat itu, di Istana Singa Barong itu, nampak oleh Kelanaswandana, bayangan Singa Barong dengan burung merak di atas kepalanya, seperti  hewan berkepala dua, yaitu singa dan burung merak. Sontak Singa Barong tergagap terbangun mendengar suara ribut ribut peperangan. Dan meloncatlah Kelanaswandana dihadapannya. Maka terjadilah perang antara dua ksartia yang sama keskatiannya, hingga terjadi lingkaran peperangan yang dahsyat. Kesombongan Singa Barong nampaknya tak dapat menolongnya kali ini, justru menjadi malapetaka baginya.  Dengan hentakan yang sangat mematikan, dengan peluh dan darah yang telah berceceran, Singa Barong dan dilumpuhkannya, dan dengan kesaktiannya,  burung merak itu melekat di kepala Singa Barong, sehingga jadilah manusia dengan kepala singa dan burung merak.

Keadaan itu, Kelanaswandana menjadikannya sebagai salah satu syarat untuk menyunting sang puteri. Dan sang puteri  yang di kenal dengan nama Sanggalangit, menerima Kelanaswandana sebagai suaminya, bagaimanapun, persyaratan telah dapat dipenuhi, dan sang puteri tak dapat mengelak. Setelah selesai semua acara pernikahan, Sanggalangit di boyong ke kerajaan Kelanaswandana, yang kita kenal dengan Ponorogo, sekarang.Dan reog Ponorogo, akan tetap ada, karena legenda Sang Singa Barong.

No comments:

Post a Comment