Jika bukan karena keutamaan,
kejujuran dan kemuliaan jiwa dari lima orang bersaudar itu dengan seorang
wanita yaitu ibu dari mereka berlima,
maka dapat dipastikan bahwa umur mereka tak kan lebih dari satu warsa. Karena sebuah
perilaku licik dari orang orang yang sebenarnya masih sedarah dengan mereka
berlima, namun karena hasutan dan nafsu angkara akan kekuasaan, mereka berlima
harus menjalani hukuman sebagai terpidana.
Dalam perjalanan yang penuh
rahasia, dari satu hutan ke hutan yang lain, dari satu daerah ke daerah yang
lain, dengan tetap sembunyi sembunyi, karena bila keberadaanya diketahui oleh
pihak kerajaan, mereka berlima sah untuk dibunuh. Namun karena sifat sifat
mereka yang selalu mulia, dibawah bimbingan ayahnya, seorang raja besar dari
sebuah kerajaan besar pula yang bergelar Prabu Pandu Dewanata, dan istrinya
yang bernama Dewi Kunti, maka perjalanan yang tersembunyi itupun dapat berjalan
dengan aman. Bahkan beberapa saudara yang memeliki kemampuan luar biasa, tetap
dapat berkunjung dan saling berhubungan, seperti Sri Kresna.
Saat masa pembuangan berakhir, mereka
bertekad untuk tak kan kembali ke kerajaan mereka berasal, namun ingin membangun sebuah kerajaan baru,
pemerintahan baru. Maka sampailah mereka pada sebuah wilayah kerajaan, yang
dipimpin oleh Prabu Matsyapati, yang masih ada hubungan kerabat dengan kakek
moyang mereka berlima.
Oleh Sang Prabu, mereka diberi
kuasa untuk membuka daerah baru, sebuah hutan belantara yang penuh dengan
binatang buas dan dihuni oleh kerajaan jin yang sakti dan kejam. Tak mudah bagi
mereka untuk membuka hutan itu, karena memang usia mereka yang masih muda, ilmu
kanuragan yang dimilikinyapun belum matang benar. Maka beberapa kali mereka
belima bekerja keras membuka hutan, setiap kali pula ada rintangan yang
menghadang yang membahayakan keselataman mereka.
Hal ini didengar oleh Sang Parbu,
maka dengan pertolongannya, dipanggillah resi yang sangat mumpuni untuk
membantunya. Oleh sang resi, mereka berlima diberinya sebuah hadiah minyak yang
bernama Minyak Jayengkaton. Dimana apabila minyak itu dioleskan ditubuh mereka,
mereka akan dapat melihat para raksasa dan jin yang menguni hutan yang terkenal
dengan nama Hutan Wanamarta itu.
Mereka berlima, yang masing
masing bernama Samiaji, si sulung, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa setelah
menggunakan minyak itu, dapat bertatap muka dan berbicara dengan para raja jin
yang ada. Karena niat mereka yang baik, dengan kejujurtan dan kemuliaan yang
telah mereka tunjukan selama ini,maka sang raja jin dapat mengerti, dan bahkan
kemudian ikut serta membangun kerajaan di tengah hutan tersebut.
Setelah mereka bekerjasama,
pekerjaan membangun kerajaan itu terasa sangat mudah dan lancar. Waktu demi
waktu, kegiatan mereka semakin besar, dan mulai terdengar di sekitar daerha
hutan. Karena mereka terkenal dengan sifat sifatnya yang baik, maka tak lama
kemudian banyak berdatangan orang orang untuk tinggal bermukim dan menjadi
rakyat dari kerajaan baru itu.
Samiaji, putra sulung itu
kemudian dinobatkan sebagai raja, atas desakan keempat saudara mereka. Hal itu
di amin i oleh para raja jin, yang kebetulan berjumlah lima orang juga. Karena begitu
senangnya mereka akan pemerintahan baru itu, maka para raja jin pun ingin turut
serta mendiami kerajaan baru yang berdiri di wilaya mereka itu. Maka dengan
suka rela, para raja jin yang bernama Yuditira, Dandunwacana, Suparta,
Sapujagad, dan Sapulebu, ingin menyatu dengan tubug dari para ksatria itu. Hal itu
diterima dengan baik oleh mereka berlima, bahkan ibu mereka yang turut serta selama
masa pembuangan itu, Dewi Kunti, merestui niat mereka.
Maka kemudian, Sang Raja Jin,
Yudistira hilang ditelan angin dan masuk ketubuh Samiaji, demikian juga dengan
Dandunwacana, Suparta, Sapujagad dan Sapulebu,masing masing kemudian menyatu
dengan Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.
Untuk tetap menghormati para raja
jin itu, terutama sang raja, yaitu Yudistira, maka Samiaji pun kemudian
bergelar atau mempunyai nama lain
sebagai Yudistira. Dan kerajaan bari itu, yang berdiri di tengah hutan
Wanamarta, kemudian keberi nama kerjaan Amarta, yang di kemudian hari menjadi
kerajaan yang besar hingga menyamai kerajaan Hastinapura, tempat mereka berlima
berasal.