Padatnya kerjaan, dimana satu dan yang lain atak bisa
kompak, saling menyalahkan dan cuci tangan, membuat kepala pening, dimana
beberapa kerjaan, harus ditangani langsung, demi nama baik dan kepuasan
pelanggan.
Dari pagi hingga siang, harus bolak balik ke kawasan
Prambanan. Matahari telah tergelincir, barulah selesai kerjaan yang “seharusnya”
dikerjakan oleh orang lain. Sejenak istirahat, minum air dingin, dan sebatang
rokok, duduk di sebuah balai balai dari bamboo, menatap jalanan di seberang dan
hamparan tanah sawah yang luas, dengan batas sebuah bukit kecil memanjang.
Tak sengaja terlihat sebuah kalender besar terpampang di
sudut ruang. Lengkap dengan hari pasaran
jawa dan perhitungan perhitungan dalam bulan jawa lengkap.
“Hmmmm…..Prambanan……” bisiku lirih.
Usai ku teguk minumanku dan sebatang rokok telah habis,
serta merta ku pacu “freeman” ku, ke arah utara, menuju sebuah pasar yang cukup
besar di lingkungan itu. Pasar Prambanan. Riuh rendah dan padatnya pasar itu,
semakin menambah keyakinanku bahwa hari pasaran yang tertera di kalender tadi
adalah benar.
Langsung ku masuk ke pasar, dan tempat tujuanku adalah,
sayuran.
“Jagung manis pinten Bu?” tanyaku pada ibu ibu penjual
sayuran.
“5.000 rupiah kemawon monggo……” jawabnya.
“Wah, awis…… 3.000 njih, kulo mundut 5.” Penawaran pertama.
“Dereng pikantuk Mas….. 4.000 njih…..” kata ibu penjual.
“Njih Bu…… mundut 4 njih……” jawabku sambil menahan panas
matahari.
“Tindak pundi to Mas….”Tanya ibu penjual saat mengulurkan
jagung manis.
“Dolan Bu, mlampah-mlampah….” Jawbaku.
“Lha mbok wonten Candi Sojiwan mawon, sampun dados lho….” Katanya
member ide.
“Candi Sojiwan? Wonten
menopo?” tanyaku heran, karena aku belum pernah mendengar ada candi disekitar
Prambanan yang bernama Cando Sojiwan.
“Wonten Mas…..namung alit. Mergine saking pasar meniko,
tindak ngetan, lajeng pertigaan stasiun pramabanan, penjenengan tindak ngidul,
terus mangkeh tindak ngulon. Sae candine, resik.” Katanya lagi.
“Njih Bu, cobi mangkeh njih……” jawabku sambil ku nyalakan
motorku.
Tanpa pikir panjang, ku ikuti petunjuk ibu penjual sayur
tadi, dan sejenak kemudian telah tiba di tempat yang ditunjukkan, Candi
Sojiwan.
Candi ini terletak di wilayah Kebondalem, Prambanan, Klaten.
Lokasi candi berada di sebelah selatan
sebuah kampong, dan bila dilihat dari sebelah utara, Nampak sebuah candi kecil,
dengan hamparan sawah di belakangnya, dan sebuah pegunungan kecil berderet di
ujung sana.
Dari beberapa catatan yang terpampang di pintu masuk, di
dapat keterangan bahwa candi ini dibangun hampiur bersamaan dengan candi candi
yang ada di sekitarnya seperti Candi Kalasan (Candi Tara), Candi Sambisari,
Candi Plaosan dll. Candi ini dibangun pada jaman pemerintahan Sriwijaya, yang
dibangun oleh Wangsa Syailendra, untuk menghormati neneknya.
Juga tentang relief relief yang ada, menggambarkan tentanng
kisah binatang, yang semuanya memberikan pesan moral untuk kebaikan umat
manusia, seperti tolong menolong, saling menghormati, dan saling asih dan asuh.
Tentang lokasi Candi yang dikitari dengan paritpun, semuanya
lengkap terpampang di papan itu. Namun saat kita dekati, Nampak candi itu hanya
menerupai sebuah tumpukan tumbukan batu
dengan bentuk tertentu, sehingga mengerucut bagian atasnya. Karena di hampur
semua sisi candi tersebiut, tak satupun relief yan g ada. Semuanya batu polos.
Bahkah di dalam candinyapun, tak ada patung sama sekali.
No comments:
Post a Comment