Sebuah Negara jin yang bernama
Negara Dahulagiri yang dipimpin oleh Prabu Patanam, sebuah Negara yang aman
tentram dan kesejahteraan rakyatnya terjamin. Sang Prabu berputera 4 orang yaitu Nanda, Nandi dan Cingkarabala
serta Balaupta.
Karena darah raja yang mengalir
di keempat orang putra tersebut, dan gemblengan dari para guru yang sakti
mandraguna, mak tak heran bila keempatnya tumbuh menjadi ksatria yang sakti
pilih tanding. Namun, dalam setiap keluarga, pasti ada salah satu anak yang
lain dengan saudaranya yang lain dan ini terjadi pula pada putra putra Prabu
Patanam.
Nandi, anak kedua dari keluarga
raja tersebut, tumbuh menjadi seorang yang sakti, paling sakti diantara saudara
saudaranya. Dan karena kemampuannya yang tak ada tandiingannya, diapun tumbuh menjadi orang yang cenderung tak
terkalahkan, sehingga seluruh rakyat dinegara itupun menjadi hormat dan memuja
mujanya bagai seorang dewa.
Hal tersebut rupanya membuat Sanghyang
Manikmaya menjadi tidak suka. Sebagai raja
dari para dewa yang menguasai seluruh alam mayapada, madyapada dan arcapada,
kesaktian Nandi yang berakibat dipuja puja bagai seorang dewa itu, membuatnya
turun dan mendatangi kerajaan jin yang tenang tersebut.
Maka, tanpa basa basi, Nandi,
putra kedua dari Prabu Patanam tersebut ditantangnya mengadu ilmu. Namun betapa
kesaktian Nandi luar biasa, kali ini musuhnya adalah rajanya para dewa, maka
sudah sewajarnya Nandi sebagai makhluk, dapat ditkalahkan oleh Sanghyang
Manikmaya, dan kemudian dibawanya Nandi ke Suralaya, kerajaaan Sanghyang
Manikmaya dijadikan abdi dan kendaraan
bagi Sanaghyang Manikmaya, yang kemudian dikenal dengan nama Lembu Nandini.
Sepanjang hidupnya, Lembu Nandini
menjadi abdi bagi Sanghyang Manikmaya. Dan tak seorangpun diperkenankan
mengendarai Lembu Nandini selain Sanghyang Manikmaya. Serakah juga dewa satu
ini. Kemanapun Sanghyang Manaikmaya pergi memerlukan kendaraan, maka Lembu
Nandinilah adanya.
Diatas punggung Lembu Nandini pulalah,
saat Sanghyang Manikmaya bepergian bersama
istrinya, Dewi Umayi melintasi samudera dan mendadak hasrat birahinya
memuncak namun ditolak oleh Dewi Umayi, dan tanpa sengaja “kama” atau sperma
dari Sanghyang Manikmaya jatuh ke samudera dan menjadi seorang bayi raksasa
yang dikenal dengan nama Batara Kala, yang akhirnya membuat seluruh alam bergolak,
dan manusia menemui beberapa “sukerta”.
Bahkan begitu suci dan sakralnya
kendaraan Sanghyang Manikmaya ini, pada saat Prabu Pandu Dewanata menuruti
rengekan istrinya, Dewi Madrim yang ingin berkeliling melihat negeri
Hastinapura dari angkasa, maka imbalan yang harus ditebus oleh Prabu
Pandudewanata karena ingin meminjam Lembu Nandini ini, adalah nyawanya. Maka setelah
selesai berkeliling dengan Dewi Madrim mengendarai Lembu Nandini, Prabu
Pandudewanatapun meninggal. Hal itu karena Prabu Pandu dewanata telah dinilai lancang,
dimana seorang ksatria di arcapada, telah lancang meminjam kendaraan dewa.
Sedangkan ketiga saudara dari
Nandi, oleh para dewa diberi tugas untuk menjaga pintu masuk kerajaan Suralaya,
kerajaannya para dewa.
No comments:
Post a Comment