Saturday, April 14, 2012

"ISTRI SIMPANAN" DI SEKOLAH DASAR

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat vital dan fundamental, dimana seseorang bias menjadi “sesuatu” karena adanya pendidikan yang pernah di terima, baik secara  formal maupun non formal. Dengan pendidikan pula, yang gelap akan menjadi terang ( Kartini), dengan pendidikan pula akan terjadi emansipasi (Sartika), dengan pendidikan pula akan membentuk seseorang menjadi lebih utama /berkualitas ( Ki Hajar Dewantara), dan dengan pendidikan pula dunia akan mudah di rengkuh (Ghandi), dan dengan pendidikan pula kita akan tahu siapa sebenarnya kita, dan sejarah dari kita (Bung Karno).

Pendidikan, walau bisa  didapatkan secara formal (sekolah) dan non formal (lingkungan, pergaulan), namun yang lebih mendapatkan “pengakuan” maupun legalitas dan standar baku adalah pendidikan formal. Nah, standar baku inilah yang kemudian terrumuskan menjadi sebuah kurikulum, dimana setiap lembaga pendidikan formal di negeri ini, akan memberikan materi pendidikan yang seragam, di seluruh pelosok negeri, dengan harapan akan tercapai sebuah standar pendidikan nasional, baik tentang materi maupun hasil hasil yang diperoleh, dengan adanya ujian ujian nasional.

Dengan adanya setandarisasi inilah, maka pihak berwenang, membentuk sebuah team perumus  untuk mencetak materi materi pendidikan yang diwujudkan dalam buku buku ajar yang nantinya setiap murid sekolah, WAJIB untuk memilikinya. Dengan cara bagaiamana? Tentu saja dengan MEMBELI.

Yah! Membeli. Bagaimanapun, EVERYBODY IS A MARKET, EVEN THE STUDENT. Dan setiap mata pelajaran, aka nada minimal satu buku wajib. Sedangkan ada berapa jumlah mata pelajaran yang harus dikuasai oleh setiap murid, dan harus memiliki bukunya? Bayangkan!!!!

Bila sesuatu telah dikait kaitkan dengan “pasar”, dalam hal ini adalah “uang” maka standar mutu yang adapun, tidak musathil akan kedodoran, karena yang dipeerhitungkan adalah kuantitas, bukan kualitas. Lihatlah anak anak kita, berapa banyak dia harus memiliki buku untuk setiap mata pelajaran, dan berapa banyak uang yang harus kita keluarkan untuk mendapatkannya? Dan hal itu yterjadi setiap tahun, dimana hampir setiap tahun pula buku buku baru akan muncul dan wajib dimiliki para murid.

Dari segi mutu, nampaknya para orang tua juga harus mulai berpikir keras. Lihatlah kasus “bang maman” di buku wajib untuk murid kelas 2 sekolah dasar. Hampir semua orang tentu setuju bahwa apa yang disampaikan dalam “bang maman” tersebut tidaknlah etis, atau setidaknya belum etis untuk anak murid kelas 2 sekolah dasar. Namun mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Apakah memang telah tak ada satu filter pun “perangkat organik” yang mampu/mau menyelamatkan generasi penerus bangsa ini? Sudah habiskah bahan bahan yang layak disampaikan kepada anak anak kita, generasi bangsa ini?

Lihatlah!!! Berapa banyak anak anak kita yang tak mengenal sejarah negara kita dengan baik? Seperti yang didengung-dengungkan Bung Karno dalam pidato “Jas Merah”nya? Sejarah yang telah membentuk negeri kita yang besar dan kaya raya ini, dimana sekarang hampir seluruh Negara berlomba untuk menguasai negara kita Indonesia Raya? Dan itu telah terjadi. Hasil tambang dari perut bumi, telah dikuasai oleh negara asing. Telekomunikasi, apalagi! Sumber pangan, dan kebutuhan pokok, impor besar besaran setiap tahun terjadi. So, dimanakah kita berpijak sekarang?

Apakah kita benar benar merdeka??? TIDAK!!!!

No comments:

Post a Comment