Pagi yang syahdu, tang ting tung tang ting tung..... deal!
Meluncur ke Pacukan, di wilayah Turi, Sleman.
Tang ting tung tang ting tung sampe di spot.
1. Makam Adipati Jayaningrat II dan III
Kradenan, Srumbung, Magelang
tepatnya. Di sebuah komplek makam yang cukup luas. Makam tua, tapi bersih,
terawat, terdapat masjid yang lumayan besar di depan komplek makam. Kami
sejenak melihat lihat dari luar, mengamati suasana, dan sekedar beramah tamah
dengan dua orang ibu ibu yang sedang lewat. Setelah cukup dengan wawancanda,
segera masuk komplek makam.
Terdapat sebuah papan silsilah yang
cukup besar, lengkap, dan mudah dibaca. Kami mengamati dengan seksama, mencari
tau silsilah siapakah Adipati Jayaningrat yang hendak kami kunjungi makamnya. Adipati Jayaningrat ternyata adalah keturunan
dari Sultan Hamengkubuwono, yang dapat diartikan pula bahwa beliau adalah trah
dari Kerajaan Yogyakarta, yang berkuasa di wilayah yang sekarang masuk ke dalam
wilayah Srumbung. Penerusnya, yaitu Adipati Jayaningrat II, berkuasa di Remame,
yang sekarang menjadi sebuah wilayah kecil di Srumbung.
Yang menarik dari makam ini, selain
makam kedua tokoh dan beberapa keturunan, terdapat prasasti berhuruf arab di
batu nisan, serta di kayu nisan. Selain itu, terdapat 2 buah yoni berukuran
sedang di komplek makam itu.
2. Cobek Raksasa
Di Dusun Trasan tepatnya, di depan
rumah warga, terdapat batu besar seperti cobek. Bundar dengan cekungan di
tengahnya. Batu ini berukuran cukup besar, hingga disebutnya Cobek Raksasa.
Belum diketahui secara pasti sejarahnya, apa dan bagaimana tentang batu ini.
3. Lumpang Lesung
Di sekitaran Dusun Beringin Kulon,
terdapat lumpang dan lesung di hampir setiap pekarangan, dengan berbagai
ukuran. Dari yang kecil, sedang, hingga yang cukup besar. Semuanya berpasang
pasangan. Dimana ada lumpang, didekat situ terdapat pula lesungnya. Sebuah alat
batu untuk menumbuk padi dan hasil pertanian lainnya.
4. Yoni Penjaga Rumah dan Sungai
Di Dususn Beringin Wetan, setelah
kami berputar putar di Beringin Kulon menemukan beberapa lumpang lesung, secara
tak sengaja kami mendapat keterangan tentang batuan candi, saat kami berusaha
menemui Pamong Budoyo desa tersebut. Untuk menghemat pembicaraan dan mengetahui
seperti apa yang kami maksud, seorang bapak bapak yang kami temui tak sengaja
itu menggambarkannya di atas tanah.
Beliau tidak tahu benda apakah itu, yang dia tahu adalah batu jaman dulu
kala.
Kami kemudian mengikutinya, dan
ditunjukkannya tempatnya. Sebuah yoni
tertelungkup di belakang rumah, tempat yang tak pernah dijamah. Setelah
cukup kami mengamati dan mengambil dokumentasi serta bertanya tentang yoni
tersebut, kami dibawa ke sebuah tempat di luas desa tersebut.
Melewati kebun bambu yang cukup
lebat, menelusuri pematang sawah, dan sampailah di tempat air terjun kecil di
tengah sawah itu. Ditunjukkannya di bagian bawah dari air terjun tersebut.
Nampak sebuah batu persegi yang digunakan untuk menyagga bebetauan untuk
membuat talud tersebut. Tidak begitu jelas karena hanya terlihat sebagian.
Dugaan kami adalah yoni juga.
Konon, kedua yoni tersebut ditemukan
saat seseorang “menayuh” dari sebuah tempat di makam tua dekat dengan kebun
bambu tersebut. Entahlah.....
Team Xpdc Duo Wagu bersama relawan lokal |
Masih ada yang tersisa...sebuah arca
misterius di dalam rumah tua..... entah kapan bisa terungkap.
#wisatasejarah #antrojalan2,
081215503911.
No comments:
Post a Comment