Monday, May 14, 2018

Expedisi Turi – Pakem – Sleman – Ngaglik


Expedisi Turi – Pakem – Sleman – Ngaglik

Keingintahuan tentang situs situs sejarah yang dekat dengan lokasi rumah tinggal kita, semakin menggebu. Berjalan jalan untuk dapat  sedikit mereka-reka, merangkai-rangkai dan menduga duga sebuah peristiwa di masa lampau berdasar temuan temuan benda bersejarah. Kali ini aku tak sendiri. Ditemani seorang antropolog senior, dengan hastag yang sangat  simple dan mudah diingat, yaitu #ANTROJALAN2.
Setelah sampai di Ndalem Pacukan, tanpa basa basi, kami langsung berangkat menuju lokasi.
1.       Pancuran Buto 
Sebuah tempat pemandian umum di Kampung Potro, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Merupakan sebuah sumber mata air, dengan bak air dengan batas tembok diantara bak satu dengan yang lain. Tempat sumber mata air berada di tempat paling tinggi, dengan saluran air yang berfungsi sabagai paralon. Yang menarik adalah, saluran tersebut terbuat dari batu andesit, dengan bentuk dan ukiran sebagai jaladwara dalam sebuah bangunan candi. Jaladwara sendiri merupakan talang atau saluran air untuk membuang air dari dalam kompleks percandian.
Saluran pancuran air jaladwara ini berukirkan bentuk kala, dan naga.  Karena wujudnya yang sedemikian menakutkan seperti buto, maka orang kemudian menyebutnya Pancuran Buto. Jaladwara ini menurut salah seorang warga, dahulu ditemukan di Sungai Denggung, sebuah sungai di sebelah barat dari dusun Potro. Nah... jika di sungai itu ditemukan jaladwara yang merupakan bagian dari bangunan candi, berarti.........  (silahkan berimajinasi)
2.       Yoni Cepet.
Di sebuah pemakaman umum yang lumayan besar, di dusun Cepet, Purwobinangun, Pakem, Sleman, terdapat 2 buah yoni berukuran cukup besar. Satu yoni berada di sebelah timur makam, di bawah pohon bambu, berlumut dan setengah terpendam. Terdapat bentuk ular dan kura kura di bagian bawah cerat. Bentuk seperti ini mirip dengan yoni tang berada di Candi Ijo.

Sedangkan satu yoni lagi berada di tengah makam, bersama dengan tumpukan batu batu lainnya. Dalam penggalian yang belum lama dilakukan, ditemukan lagi batu batu candi yang cukup banyak, dan dikumpulkan di dalam komplek makam. Konon, tembok batas makampun juga menggunakan batu batuan candi yang ditemukan di makam itu.
Jika disebuah tempat, ditemukan 2 buah yoni berukuran cukup besar, dan ternyata ditemukan batu batuan candi yang relatif banyak, dimungkin bahwa tempat tersebut pada jaman dahulu adalah.......(silahkan menduga-duga).
(sudah pernah dibahas di blog ini)
(sudah pernah dibahas di blog ini pula)
5.       Makam Suruh
Terletak di Dusun Suruh, Donoharjo, Ngaglik, Sleman. Terdapat banyak bebatuam candi dan arca yang belum selesai dengan sempurna. Tidak ada sumber yang dapat menjelaskan dengan pasti. Muncul  teori dan #ANTROJALAN2, bahwa makam itu adalah sebuah tempat yang “ditinggikan” oleh masyarakat Jawa. Maka, batu batuan candi tersebut kemudian diletakkan (“disimpan”) di dalam komplek makam sebagai salah satu wujud  “meninggikan” batu batu  peninggalan sejarah tersebut.





6.       Yoni Ngablak Brengosan
Dua buah yoni berukuran sedang, diletakkan di pinggir jalan masuk Dusun Brengosan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman. Yoni tersebut ditemukan saat warga melakukan pengerukan untuk membuat masjid.
Kondisi cukup baik dan terawat.





7.       Kalamakara dan Kinara Kinari Jetis Jogopaten
Hampir mirip dengan Pancuran Buto. Kali ini merupakan sendang di Dusun Jetis Jogopaten, PendowoHarjo, Sleman.  Di sendang yang berfungsi untuk pemandian warga itu, terdapat sepasang kalamakara, dan relief Kinara Kinari. Banda benda tersebut sebelumnya ditemukan di sungai yang tak jauh dari tempat itu.
Konon, selain kalamakara dan kinara kinari serta bebatuan candi lainnya,  ditemukan pula arca besar sebesar manusia, warga menyebutnya reco buto raksasa.
Kalamakara dan kinara kinari, biasanya merupakan sebuah hiasan atau relief yang terdapat di sebuah bangunan candi. Nah....dengan ditemukannya benda benda tersebut, apakah di Jetis Jogopaten itu dahulunya terdapat bangunan candi pula? (silahken berangan-angan)

8.       Makam Pangeran Cempo.
Terletak di Donoharjo, Ngaglik Sleman. Tidak ada data.

9.       Makam Ki Ageng Sekaralas.
Terdapat di Tambakrejo, Donoharjo, Ngaglik, Sleman. Ki Ageng Sekaralas bernama Pangeran Kusumajati, putra dari Raja Galuh Pakuan, Sri Baduga Maharaja Jatiningrat. Konon, Pangeran Kusumajati tidak ingin melanjutkan tahta ayahandanya, dan memilih hidup sebagai seorang pengembara, mengabdi pada sesama sebagai buddhist.
Bersama dengan murid muridnya, sampailah di sebuah hutan yang kini dikenal dengan nama Tambakrejo. Nama Sekaralas dia gunakan untuk menutupi jaati dirinya, dan disesuaikan dengan perannya sebagai pembuka hutan dan kemudian membuat pemukiman dan mengajarkan kebaikan serta berdarma bakti pada sesama. Demikian.






10.   Situs Gondangan.
Dusun Gondangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Terletak persisi di belakang Polsek Ngaglik. Sebuah sendang yang juga dikenal sebagai Sendang Penguripan. Disamping terdapat sendang dengan air yang jernih, juga terdapat arca bebatuan candi yang ditempatkan di bawah pohon. Di bebatuan itu digunakan untuk sesaji, terlihat dengan adanya bekas beberapa kembang dan bebakaran menyan di atas batu itu.

Demikian expedisi Turi – Pakem – Sleman – Ngaglik dalam 3,5jam. Bagi anda yang ingin berwisata sejarah, hubungi kami di 081215503911, #ANTROJALAN2.

No comments:

Post a Comment