Sunday, March 4, 2012

JAWA ILANG JAWANE


Cukup menarik perhatian,sebuah warta daerah yang mengulas tentang sebuah Konggres Bahasa Jawa (KBJ) V, di JW Marriot, Surabaya. Konggres yang dihadiri oleh para peneliti empat negara ini, cukup menarik. Mereka berasal  dari Malaysia, Australia, Belanda dan Suriname.

Ada beberapa catatn yang perlu mendapat perhatian adalah salah satunya dari peneliti Australia. George Quinn, pakar sastra Jawa yang berasal dari Australia itu, sangat fasih berbahasa Jawa krama halus. Mungkin kita sabagai orang Jawa, kalah dengan beliau.

Bahkan, sejumlah guru besar sastra Jawa dan peneliti bahasa dan Sastra dari Jakarta, Jateng dan DIY tak fasih berbahsa Jawa, dan makalah yang disajikan pun dengan memakai bahasa Indonesia. Hal ini mengundang kecaman dari peserta konggres lainnya.

Hal ini terjadi karena adanya “wedi kleru”, atau takut salah dari para peneliti itu. Inilah yang kemudian menjadikan kemunduran dari bahasa Jawa, karena setiap orang akan takut salah dalam penerapannya. Lihatlah di sekolah sekolah kita di Indonesia. Adakah mata pelajaran wajib bahasa Jawa?
Kita lihat negeri  tetangga, Australia. Di negeri itu, tak hanya Bahasa Indoensia yang masuk ke dalam kurikulum pelajaran mereka. Hal ini dikarenakan mereka melihat betapa potensi negara Indonesia yang begitu besar, yang mungkin, dapat mereka jadikan tempat untuk merambah dan mencari pengahsilan dari negeri yang kaya raya ini.

Lebih hebatnya lagi, kerawitan, sebuah karya bangsa leluhur kita, yang orang Jawa sendiripun telah sangat jarang menguasai kesenian jenis ini, di Australia keseneian ini merupakan sebuah mata pelajaran khusus, sejak dari bangku sekolah menengah atas. Bayangkan!!! Apa tidak malu kita bangsa Indonesia? Sudah bukan pemandangan yang aneh lagi bila dalam sebuah kerawitan, wayang ataupun kethoprak, disana terdapat beberapa orang asing, entah Jepang, Australia, Belanda, Amerika yang duduk dibelakang gamelan, dengan mengenakan busana jawa, memainkan alat musiknya dengan baik, dan seorang wanita asing cantik jelita berkain kebaya, duduk di jajaran para pesinden.

Mengutip dari pernyataan Salam Paul dari Suriname dalam konggres itu, beliau menyatakan bahwa ‘yen wong Jawa wis ora gelem ngomong Jawa, ora suwe maneh Jawa bakal ilang”. Beliau yang jauh jauh datang dari Suriname untuk mengikuti konggres ini, harus menelan kekecewaan. Mantan Menteri Sosial Nehara Suriname keturunan Salatiga itu, datang ke konggres untuk menyambung tali silaturahmi (ngumpulke balung pisah), dan untuk lebih melestarikan bahasa dan kebudayaan Jawa seperti sediakala.

Mungkin tak berlebihan kiranya bila negara lain, yang dengan serta merta mengajukan hak paten atas suatu karya bangsa Indonesia ataupun kebudayaan  Jawa, yang akan mereka akui bahwa kebudayaan tersebut merupakan kebudayaan asli negaranya. Hal ini karena kita sendiri, bangsa yang empunya, seringkali mengesampingkan hal hal semacam itu. Lihatlah kasus kain batilk,  reog ponorogo, bukankah itu semuanya milik kita? Namun mengapa negara lain bisa melakukan meminta kepada dunia agar hal tersebut diakui sebagai milik mereka? Setelah kasus mencuat, barulah negara kita berteriak menyatakan bahwa itu semua adalah milik kita.

Bila dipersonifikasikan, jadi teringat akan beberapa tipikal manusia dalam hal terbangun dari kesalahannya. Ada tipikal orang, pertama, yang apabila dilihat saja, cukup dilihat, mereka telah sadar akan kesalahannya dan segera memperbaiki diri.
Tipikal kedua, orang, untuk menyadarkan akan kesalahannya, harus dengan kata kata yang disampaikan kepadanya secara langsung.
Tipikal ketiga, orang, untuk menyadarkan dari kesalahannya, harus dengan kata kata yang keras, tatap muka, dan dengan gerakan, seperti menunjuk dan memperagakan.
Tipikal keempat adalah, orang, untuk menyadarkan dari keslaahannya,harus diperlakukan dengan keras, dengan teriakan, dengan tamparan dan kekerasan yang tak perlu lainnya.

Nah, sehubungan dengan kasus konggres bahasa Jawa tersebut diatas, bila dipersonifikasikan sebagai orang, tipikal yang ke berapakah Indonesia Raya???? Haruskah kita “tertampar” lagi dan lagi????

No comments:

Post a Comment