Langit seolah pecah, awan gelap, halilintar
menggelegar, dan samudera mengamuk, menandai peristiwa besar yang akan mengukir
setiap langkah manusia dan catatan catatan di bumi ini. Saat Sang Dewi Wirandi
melahirkan, yang muncul adalah bukan seorang bayi mungil yang lucu, namun
sebuah telur besar dengan cahaya yang sangat menyilaukan.
Oleh sang ayah, yaitu Sanghyang
Tunggal, diambilnya telur tersebut untuk dibantingnya hingga pecah. Namun yang
terjadi adalah diluar dugaan. Telur itu melesat terbang ke angkasa. Terkejut dengan
hal itu, Sanghyang Tunggal pun ikut terbang melesat ke angkasa, mengejar kemana
arahnya telur itu terbang. Ternyata telur
itu terbang hingga ke Kahyangan Ondar Andir Bawana, dan langsung ditangkap oleh
Sanghyang Wenang, sang kakek. Melihat keistimewaan telur yang ditangkapnya
tersebut, lalu dibawanya ke sanggar pamujan, ruang pertapaan yang sering dia
gunakan untuk bertapa.
Karena kesaktiannya, telur
tersebut berhasil diwujudkan menjadi
tiga orang bayi laki laki, yang masing masing berasal dari bagian dari telur
tersebut. Oleh Sanghyang Wenang, bayi yang berasal dari kulit telur tersebut,
diberinya nama Sanghyang Tagamaya atau Sanghyang Antaga, atau Sanghyang
Tejamaya. Sedangkan yang berasal dari putih telur, diberinya nama Sanghyang
Ismaya, dan yang berasal dari kuning telurnya, diberinya nama Sanghyang Manikmaya.
TOGOG |
Pada saat menjelang dewasa,
terjadilah pertengkaran antara Sanghyang Tagamaya dengan Sanghyang Ismaya,
masing masing berebut siapakah yang lahir lebih tua. Hal ini karena pada
saatnya nanti, anak yang tertualah yang akan menerima tampuk pimpinan dari
Sanghyang Tunggal sebagai raja dari para dewa. Keduanyapun sepakat untuk
mengadu kesaktian, yaitu dengan cara menelan gunung dan kemudian memuntahkannya
lagi. Siapa yang mampu, dialah yang akan menjadi raja dan berhak mewarisi tahta
alam Tribuwana.
Mula mula yang menelan gunung
adalah Sanghyang Tagamaya, namun gagal, hingga robeklah mulutnya. Dan giliran
yang kedua adalah Sanghyang Ismaya. Berhasil menelan gunung, namun tak mampu memuntahkannya,
sehingga gunung tersebut mengeram di perutnya, sehingga perutnya menggembung
luar biasa besarnya. Akibat perbuatan memaiukan itu, karena keduanya adalah
anak dewa sekaligus penguasa tertinggi kerajaan dewa, maka keduanyapun mendapat hukuman dari dewata. Maka, seketika
bentuk tubuh mereka menjadi aneh dan buruk.
SEMAR |
Setelah selesai pertengkaran,
Sanghyang Tunggal menjelasakan bahwa Sanghyang Tagamaya adalah yang tertua,
karena dialah yang pertama kali melihat alam semesta, sedangkan Sanghyang
Ismaya adalah lebih muda, adik dari Sanghyang Tagamaya.
Walaupun semua telah menerima
keputusan itu, namun sebuah hukuman harus mereka jalani, karena kesalahan
memalukan yang telah mereka perbuat. Mereka
berdua di usir dari kahyangan, dan harus hidup di arcapada, alamnya manusia
bumi ini. Sanghyang Tagamaya diperintahkan untuk mengasuh dan menjaga raja raja dan keturunannya
di tanah seberang (luar jawa),karena bentuknya yang sangat buruk, Sanghyang
Tagamaya kemudian dijuluki Togog (patung). Sedangkan Sanghyang Ismaya
diperinthakan untuk menjadi pengasuh dan pemomong raja dan keturunan di Jawadwipa
(tanah jawa.)
Belajar dari kesalahan, dan
mengingat kekuasaan dan kesaktian yang sangat tinggi, Sanghyang Ismaya
mengajukan permohonan agar diberinya teman. Hal ini agar bila sesuatu terjadi,
maka disana akan terdapat saksi yang dapat menjadikan segala sesuatu sah pada
tempatnya.
BAGONG |
Mendengar permohonan putranya
itu, Sanghyang Tunggal mengabulkannya, dan berkatalah sambil menunjuk bayangan
dari Sanghyang Ismaya, “ Di belakang (bagong), itulah temanmu. Dia akan
mengikuti dan menyaksikan kemanapun kamu pergi dan apapun yang kamu perbuat!”
seketika, wujudlah bayangan di belakang Sanghyang Ismaya itu dalam bentuk
sebuah makhluk yang kemudian diberinya nama Bagong. Lalu, berangkatlah mereka
bertiga, Sanghyang Tagamaya (Togog), Sanghyang Ismaya, dan Bagong turun menuju
arcapada.
Setelah sampai di arcapada,
Sanghyang Ismaya menjelma pada diri Janggan Smara, cucunya sendiri, yang
kemudian dalam kisah kisah selanjutnya, Janggan Smara inilah yang disebut
Semar.
Karena kedua saudaranya telah
turun ke arcapada menjalani hukumannya, maka hanya tinggal si adik bungsu,
yaitu Sanghyang Manikmaya. Dan Sanghyang Manikmaya inilah yang kemudian oleh
Sanghyang Tunggal, sang ayah, diberi kekuasaan dan menduduki tahta kerajaan dewa. Sanghyang Manikmaya ini
mempunyai cukup banyak dasanama atau nama lain, dan yang paling terkenal adalah
Sanghyang Prameti Guru, yang lebih popular dengan nama Batara Guru.
Keempat tokoh dewa itulah
kemudian menggemparkan dunia dengan semua perilaku, kebijaksanaan, kesaktian,
yang semuanya sangat mempengaruhi jalannya perikehidupan dan cerita dari dunia
perwayangan hingga terjadinya pertempuran maha dahsyat anata dua keluarga sedarah,
BHARATAYUDHA.
No comments:
Post a Comment