Tuesday, March 20, 2012

KAKANG TOGOG, SEMAR-BAGONG, DAN ADI GURU

Langit  seolah pecah, awan gelap, halilintar menggelegar, dan samudera mengamuk, menandai peristiwa besar yang akan mengukir setiap langkah manusia dan catatan catatan di bumi ini. Saat Sang Dewi Wirandi melahirkan, yang muncul adalah bukan seorang bayi mungil yang lucu, namun sebuah telur besar dengan cahaya yang sangat menyilaukan.

Oleh sang ayah, yaitu Sanghyang Tunggal, diambilnya telur tersebut untuk dibantingnya hingga pecah. Namun yang terjadi adalah diluar dugaan. Telur itu melesat terbang ke angkasa. Terkejut dengan hal itu, Sanghyang Tunggal pun ikut terbang melesat ke angkasa, mengejar kemana arahnya telur  itu terbang. Ternyata telur itu terbang hingga ke Kahyangan Ondar Andir Bawana, dan langsung ditangkap oleh Sanghyang Wenang, sang kakek. Melihat keistimewaan telur yang ditangkapnya tersebut, lalu dibawanya ke sanggar pamujan, ruang pertapaan yang sering dia gunakan untuk bertapa.

Karena kesaktiannya, telur tersebut  berhasil diwujudkan menjadi tiga orang bayi laki laki, yang masing masing berasal dari bagian dari telur tersebut. Oleh Sanghyang Wenang, bayi yang berasal dari kulit telur tersebut, diberinya nama Sanghyang Tagamaya atau Sanghyang Antaga, atau Sanghyang Tejamaya. Sedangkan yang berasal dari putih telur, diberinya nama Sanghyang Ismaya, dan yang berasal dari kuning telurnya, diberinya nama Sanghyang Manikmaya.

TOGOG
Pada saat menjelang dewasa, terjadilah pertengkaran antara Sanghyang Tagamaya dengan Sanghyang Ismaya, masing masing berebut siapakah yang lahir lebih tua. Hal ini karena pada saatnya nanti, anak yang tertualah yang akan menerima tampuk pimpinan dari Sanghyang Tunggal sebagai raja dari para dewa. Keduanyapun sepakat untuk mengadu kesaktian, yaitu dengan cara menelan gunung dan kemudian memuntahkannya lagi. Siapa yang mampu, dialah yang akan menjadi raja dan berhak mewarisi tahta alam Tribuwana.

Mula mula yang menelan gunung adalah Sanghyang Tagamaya, namun gagal, hingga robeklah mulutnya. Dan giliran yang kedua adalah Sanghyang Ismaya. Berhasil menelan gunung, namun tak mampu memuntahkannya, sehingga gunung tersebut mengeram di perutnya, sehingga perutnya menggembung luar biasa besarnya. Akibat perbuatan memaiukan itu, karena keduanya adalah anak dewa sekaligus penguasa tertinggi kerajaan dewa, maka keduanyapun  mendapat hukuman dari dewata. Maka, seketika bentuk tubuh mereka menjadi aneh dan buruk.

SEMAR
Setelah selesai pertengkaran, Sanghyang Tunggal menjelasakan bahwa Sanghyang Tagamaya adalah yang tertua, karena dialah yang pertama kali melihat alam semesta, sedangkan Sanghyang Ismaya adalah lebih muda, adik dari Sanghyang Tagamaya.

Walaupun semua telah menerima keputusan itu, namun sebuah hukuman harus mereka jalani, karena kesalahan memalukan yang telah mereka perbuat.  Mereka berdua di usir dari kahyangan, dan harus hidup di arcapada, alamnya manusia bumi ini. Sanghyang Tagamaya diperintahkan untuk  mengasuh dan menjaga raja raja dan keturunannya di tanah seberang (luar jawa),karena bentuknya yang sangat buruk, Sanghyang Tagamaya kemudian dijuluki Togog (patung). Sedangkan Sanghyang Ismaya diperinthakan untuk menjadi pengasuh dan pemomong raja dan keturunan di Jawadwipa (tanah jawa.)

Belajar dari kesalahan, dan mengingat kekuasaan dan kesaktian yang sangat tinggi, Sanghyang Ismaya mengajukan permohonan agar diberinya teman. Hal ini agar bila sesuatu terjadi, maka disana akan terdapat saksi yang dapat menjadikan segala sesuatu sah pada tempatnya. 

BAGONG
Mendengar permohonan putranya itu, Sanghyang Tunggal mengabulkannya, dan berkatalah sambil menunjuk bayangan dari Sanghyang Ismaya, “ Di belakang (bagong), itulah temanmu. Dia akan mengikuti dan menyaksikan kemanapun kamu pergi dan apapun yang kamu perbuat!” seketika, wujudlah bayangan di belakang Sanghyang Ismaya itu dalam bentuk sebuah makhluk yang kemudian diberinya nama Bagong. Lalu, berangkatlah mereka bertiga, Sanghyang Tagamaya (Togog), Sanghyang Ismaya, dan Bagong turun menuju arcapada. 

Setelah sampai di arcapada, Sanghyang Ismaya menjelma pada diri Janggan Smara, cucunya sendiri, yang kemudian dalam kisah kisah selanjutnya, Janggan Smara inilah yang disebut Semar.

Karena kedua saudaranya telah turun ke arcapada menjalani hukumannya, maka hanya tinggal si adik bungsu, yaitu Sanghyang Manikmaya. Dan Sanghyang Manikmaya inilah yang kemudian oleh Sanghyang Tunggal, sang ayah, diberi kekuasaan dan menduduki tahta  kerajaan dewa. Sanghyang Manikmaya ini mempunyai cukup banyak dasanama atau nama lain, dan yang paling terkenal adalah Sanghyang Prameti Guru, yang lebih popular dengan nama Batara Guru.

Keempat tokoh dewa itulah kemudian menggemparkan dunia dengan semua perilaku, kebijaksanaan, kesaktian, yang semuanya sangat mempengaruhi jalannya perikehidupan dan cerita dari dunia perwayangan hingga terjadinya pertempuran maha dahsyat anata dua keluarga sedarah, BHARATAYUDHA.

No comments:

Post a Comment