Wali sanga (Sembilan wali) dari jaman kerajaan Demak, memang
sangat terkenal dalam kiprahnya baik dalam penyebaran agama islam maupun dalam
melestarikan dan menciptakan kebudayaan jawa. Salah satu wali yang sangat
terkenal adalah Sunan Kalijaga. Begitu terkenal, karena memang dari sejarah
sebelum menjadi wali, beliau adalah berbeda sendiri dengan wali wali yang
lain. Demikian juga dengan strategi penyebaran agama islam yang dilakukan. Sangat
berbeda. Maka, wajarlah bila beliau merupakan wali yang paling termasyur dan
paling memasyarakat di hampir seluruh wilayah tanah Jawa.
Sunan Kalijaga, adalah putra dari Adipati Tuban, yang pada
masa mudanya begitu nakal dan ugal ugalan, suka mencuri harta dari gudang harta
ayahandanya, namun kemudian dia berikan harta itu kepada orang orang miskin yang
ada di wilayah kekuasaan ayahandanya. Semasa muda, sebelum manjadi sunan,
beliau bernama Raden Said. Dan masih mempunyai nama nam lain pula seperti
Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.
Sampai suatu saat, waktu beliau sedang berada di hutan untuk
merampok, bertemulah beliau dengan
seorang tua, berjalan sendirian dengan membawa tongkat yang terbuat dari emas. Dan
tongkat itupun dirampoknya, untuk diberikan kepada orang orang miskin. Orang tua
itu mencegahnya, dan mengatakan bahwa apa yang dilaklukan oleh Raden Said itu
keliru. Bila ingin mengambil emas, ambillah buah aren yang menggantung di pohon
itu, dan dengan serta merta, buah aren yang ditunjuk oleh orang tua itu,
berubah menjadi butir butir emas sebesar buah aren.
Tahulah kiranya bahwa kali ini Raden Said bertemu dengan
orang yang berilmu sangat tinggi. Maka beliau ingin belajar dan menjadi
muridnya. Gayung tersambut. Raden Said menjadi murid orang tua itu, dan untuk
menguji ketetapan hatinya, disuruhnya Raden Said untuk menunggu tongkatnya yang
dia tancapkan di pinggir kali, dengan pesan bahwa dia tak boleh meninggalkan
tongkat itu sebelum orang tua itu kembali. Dan benar, dalam waktu bertahun
tahun, Raden Said menunggu tongkat itu, tanpa bergeming dari sikap semedinya
tepat di depan tongkat itu tertancap. Bahkan ikat kepalanya, telah dijadikan
sarang oleh seekor burung, hingga burung itu bertelur dan menetas.
Setelah tiga tahun, kembalilah orang tua itu, yang bernama
Sunan Bonang dan segera membangunkan Raden Said dari posisi semedinya. Dan sejak itu, karena kegigihannya, Raden Said
diberi nama Kalijaga (penunggu kali), dan kemudian belajarlah dia tentang agama
Islam dan kemudian menyebarkannya ke seluruh wilayah, dan bergelar Sunan
Kalijaga.
Sunan Kalijaga adalah sunan yang paling arif, dimana dalam
penyebaran agama Islam, beliau melakukannya dengan kebudayaan, sesuai dengan
apa yang diyakini masyarakat, dengan sedikit demi sedikit memasukkan unsur unsur
ajaran agama IsLam, seperti wayang,
gending gending jawa dan lagu lagu anak.
Dalam setiap perjalanannya, sangat banyak tempat yang di
kunjunginya, dan kemudian menjadikan tempat tersebut tempat yang mempunyai daya
magis ataupun suatu kekuatan di luar kemampuan kita sebagai manusia. Seperti
Tuk Si Bedug yang berada di Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Konon, sewaktu Suanan
Kalijaga berada di tempat tersebut, Beliau akan melakukan shalat, namun tak ada
air yang dijumpainya untuk bersuci. Dan daerah tersebut cukup gersang.
Lalu ditancapkan tongkatnya di tanah, dan berdoa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan serta merta dari tanah tempat tongkat itu
ditancapkan, keluarlah air jernih yang cukup besar, cukup untuk bersuci para
pengikutnya.
Hingga sekarang, Tuk Sibedug itu, masih terjaga, dismaping
untuk pemandian warag sekitar juga dapat mengairi sawah yang ada. Tuk Sibedug
ini tak pernah kering walau kemarau sangta panjang, dan kemudian dijadikan
tempat keramat, yang setiap tahun diadakan acara upacara adat, untuk
melesatrikan kebudaayan, dan untuk mengingat jasa Suna Kalijaga. Menurut beberapa
orang , air dari mata air ini, dapat untuk menyembuhkan beberapa penyakit yang
diderita.
Boleh percaya boleh tidak, sumonggo…..
No comments:
Post a Comment