Sebuah desa di daerah Sleman. Menurut informasi, di desa ini
terdapat benda peninggalan sejarah. Desa yang kebetulan berdekatan dengan
lokasi kerjaku, yang hampir setiap hari ku lewati. Setelah mendapat infomasi
seperti itu, aku pun kemudian berusaha mencari tahu lebih banyak. Saat suatu
hari ku lewati desa itu, aku sengaja masuk dan bertanya pada orang yang aku
jumpai. Beberapa kali bertanya, akhirnya aku bertemu dengan seorang pemuda,
yang dengan sekali bertanya dia sudah paham dengan apa yang aku maksud.
“Oh... watu kotak kotak
kaya watu candi kae Mas?” tanyanya untuk lebih meyakinkan. Aku mengiyakan.
“Dulu ada Mas, waktu
saya kecil. Di rumah nenek saya juga ada. Dulu ketemunya saat menggali sumur. Sekitar
7 meteran. Watu kotak to?” sekali lagi dia bertanya untuk lebih yakin lagi.
“Bisa diantar Mas?” tanyaku setengah
mengajaknya.
“Bisa Mas... mari.....”
Dia langsung berjalan mendahuluiku. Masuk ke sebuah pekarangan sambil berteriak
“Mbah.... watu ne niko tasih mboten njih? Niki Mas Potograper ajeng nuweni. Dipoto..”
Tak lama kemudian
seorang nenek keluar dari pintu belakang. Aku dan pemuda itu sudah berada di
halaman belakang rumah si nenek. Di sebelah sumur.
“Seperti itu Mas?”
pemuda itu menunjukkan jarinya ke arah sebuah batu kotak persegi, dengan cerat
cerat di dindingnya.
“Woh....... hebat!” aku
baru pertama kali melihat bentuk yang seperti itu. Sebuah batu kotak dengan
hiasan diatasnya, namun tidak berbentuk.
“Yang diatas itu aslinya
seperti bunga Mas bentuknya......” pemuda itu menceritkannya. “Ditemukan saat
menggali sumur. Sudah banyak orang yang melihat dan ingin membeli, tapi simbah
gak boleh.
Setelah cekrak cekrek
poto bebatuan yang ada, kami kemudian berpindah tempat. Arca yang seperti
banteng njerum itu ternyata sekarang sudah tidak ada di tempatnya semula.
Konon... masih ada
bebatuan di desa itu yang masih terkubur di dalam tanah. Mungkin....