Saturday, July 28, 2018

Galpuluh


Sebuah desa di daerah  Sleman. Menurut informasi, di desa ini terdapat benda peninggalan sejarah. Desa yang kebetulan berdekatan dengan lokasi kerjaku, yang hampir setiap hari ku lewati. Setelah mendapat infomasi seperti itu, aku pun kemudian berusaha mencari tahu lebih banyak. Saat suatu hari ku lewati desa itu, aku sengaja masuk dan bertanya pada orang yang aku jumpai. Beberapa kali bertanya, akhirnya aku bertemu dengan seorang pemuda, yang dengan sekali bertanya dia sudah paham dengan apa yang aku maksud.

“Oh... watu kotak kotak kaya watu candi kae Mas?” tanyanya untuk lebih meyakinkan. Aku mengiyakan.
“Dulu ada Mas, waktu saya kecil. Di rumah nenek saya juga ada. Dulu ketemunya saat menggali sumur. Sekitar 7 meteran. Watu kotak to?” sekali lagi dia bertanya untuk lebih yakin lagi.
 “Bisa diantar Mas?” tanyaku setengah mengajaknya.
“Bisa Mas... mari.....” Dia langsung berjalan mendahuluiku. Masuk ke sebuah pekarangan sambil berteriak “Mbah.... watu ne niko tasih mboten njih? Niki Mas Potograper ajeng nuweni. Dipoto..”

Tak lama kemudian seorang nenek keluar dari pintu belakang. Aku dan pemuda itu sudah berada di halaman belakang rumah si nenek. Di sebelah sumur.
“Seperti itu Mas?” pemuda itu menunjukkan jarinya ke arah sebuah batu kotak persegi, dengan cerat cerat di dindingnya.
“Woh....... hebat!” aku baru pertama kali melihat bentuk yang seperti itu. Sebuah batu kotak dengan hiasan diatasnya, namun tidak berbentuk.

“Yang diatas itu aslinya seperti bunga Mas bentuknya......” pemuda itu menceritkannya. “Ditemukan saat menggali sumur. Sudah banyak orang yang melihat dan ingin membeli, tapi simbah gak boleh.
Setelah cekrak cekrek poto bebatuan yang ada, kami kemudian berpindah tempat. Arca yang seperti banteng njerum itu ternyata sekarang sudah tidak ada di tempatnya semula.

Konon... masih ada bebatuan di desa itu yang masih terkubur di dalam tanah. Mungkin....
















No comments:

Post a Comment