Ormas, organisasi massa. Sebuah kekuatan
yang luar biasa. Di negara manapa ndi belahan dunia ini, peran serta ormas
dalam menentukan arah sebuah negara, tak dapat di anggap remeh. Ormas, mempunyai
posisi yang sangat startegis, bisa bergerak dan beraktivitas sesuai dengan
kehendakanya masing masing. Karena begitu besarnya manfaat, demikian juga
sebaliknya, maka organisasi ini perlu di atur oleh pemerintah, dengan kata
lain, pemerintah harus mengawasi dengan ketat aktivitas setiap ormas yang ada
di negara ini.
Ibarat dua mata pisau, keberadaan
ormas ini. Dengan massa yang sangat besar, apabila ditangani dan dan berdiri
dengan tujuan baik, niscaya akan baik pula keadaan atau yang bersinggungan
dengannya, pun demikian sebaliknya.
Sejarah mencatat, negara bisa tumbuh
berkembang dalam karakter tertentu, a taupun jadi hancur lebur dan memunculkan
kudeta, tak lepas dari peran serta ormas ormas yang hidup dan aktiv didalamnya.
Tercatat, sekitar 65.577 ormas yang ada di Indonesia, dan terdaftar di
Kemendagri, dan seharusnya, setiap keberadaan ormas, baik dalam sekala nasional
maupun regional, adalah tanggung jawab pemerintah dalam hal pembinaan, sanksi
dan pembekuan.
Namun kenyataan yang ada, kita
bisa lihat bahwa keberadaan ormas ini, seperti anak tanpa bapak, dimana segala
aktivitasnya, jarang sekali ada pembinaan yang serius, sehingga aktivitas yang
dilakukan, bisa menunjang pembangungan maupun kemajuan daerah masing masing,
bahkan hingga ke skala nasional.
Yang baru menjadi focus kali ini
kebetulan adalah FPI, walaupun masih banyak ormas ormas lain yang tak kalah
dengan FPI. Namun dari track record dan hystorical gerakan, rasanya FPI masih
yang paling besar. Dan apabila pemerintah melakuakan pembinaan yang ketat
terhadap ormas, rasanya apa yang terjadi pada FPI tak perlu hingga ada
pembekuan dan sebagainya. Memang sangat sulit dan dilematis bila ormas tertentu,
telah bersenggama dan menyatu sebagai alat kekuasaan suatau rezim penguasa.
Namun tak terlepas dari peran
pemerintah, rasanya kita perlu pertanyakan lagi tentang kebveradaan FPI
ini,pada awalnya didirikian untuk apa,aktivitas apa saja yang ingin dilakukan,
visi dan misi nya seperti apa, dan control terhadap anggotanya seperti apa. Karena
pada kejadian di lapangan, aktivitas FPI ini kladang menyimpang dari aturan hukum, bahkan melawan hukum,
namun dari pihak aparat nampaknya terjadi pembiaran.
Pernah suatu saat saya kedatangan
teman dari luar kota, kebetulan beliau non muslim. Karena bliau di kota saya
hanya satu malam saja, bliau minta di antar jalan jalan dan sekedar beli oleh
oleh buat keluarganya. Waktu itu bulan ramadhan. Waktu kami sedang di jalan,
sebuah kawasan di kota, tiba tiba dari arah belakang telah muncul rombongan
dengan berteriak menyebut nama Tuhan, dan dengan beringas memukul mukul mobil
dan motor yang di parkir di jalanan, dengan alat pukul yang telah mereka bawa,
hingga beberapa kaca kendaraan pecah berantakan, dan mereka terus berjalan
sambil berteriak teriak menyebut nama Tuhan sambil mengacung-acungkan alat
pemukulnya.
Mungkin dari hal hal seperti ini,
namun terjadi di hampir setiap daerah, dan tak ada sanksi yang berlaku bagi
mereka, maka wajarlah bila masyarkat berteriak untk membubarkan ormas tersebut .
Sebenarnya, suara siapa yang mereka teriakkan? Rakyatkah? Pemerintahkah? Agamakah?
Nafsukah? Arogansikah? Kekuatankah?
Bagaimanapun, ormas adalah asset yang
cukup besar bagi sebuah bangsa. Namun karena begitu besar, seperti yang
tertulis diatas, ibarat dua buah mata pisau. Dan sebenarnya siapakah yang bisa
mengendalikan dua mata pisau itu? Ya penguasa, yang legitimate tentunya, dengan
control dan pembinaan yang ketat, demi kemajuah rakyat dan negara, bukan
suku,agama bahkan golongan teretntu.
Semoga semua pihak bisa berpikir
dengan jernih, toh semuanya sepakat bahwa KITA CINTA NEGARA INI.
No comments:
Post a Comment