Friday, February 3, 2012

OLEH OLEH (dari Mas Guruh Sukarno Putra)


Jauh perjalanan ku tempuh, untuk mengobati sebuah rasa rindu, pada pustaka yang semakin beragam. Tiba ku di sebuah tempat, sebuah gedung yang  nampak hiruk pikuk dan keramaian di dalamnya. Aku tertarik untuk mengetahuinya, dan tanpa piker panjang, langsung ku masuk di dalamnya.
Ternyata, ada sebuah launch buku, dimana telah duduk di panggung itu satu  orang tokoh yang sangat aku kenal, sebagai budayawan, politikus, pekerja seni. Dari paparan panitia dan tanya jawab dari banyak audien, sang tokoh mulai angkat bicara.

Suaranya berat, jelas, dengan intonasi yang tegas. Bahasa Indonesia dan Jawa yang beliau pakai dalam dialog, sangat lancar. “Hmm, mirip bapaknya….” Kataku dalam hati. Dari beberapa dialog yang terjadi, sangat menarik perhatian. Semuanya tentang kita, bangsa kita, Indonesia Raya. Tentang kecintaan pada bangsa dan negara, dan tentang semua yang terjadi hingga sekarang ini semakin lepas tak beraturan,  seperti  sebuah bola salju yang menggelinding dari puncak gunung es. Semakin lama semakin  besar, dan tak satu pun yang sanggup mengendalikannya.

Ada sebuah dialog yang sangat menarik perhatian. Seorang audien menanyakan tentang pembentukan karakter  agar apa yang telah terjadi sekarang ini, bias dir edam, dan akan menjadi lebih baik lagi di masa datang. Sang tokoh merasa prihatin dengan karakter anak bangsa pada masa kini. Dimana sejarah telah mulai sedikit terlupakan, bahasa, budaya, dan kecintaan akan karya bangsa sendiri, semakin terkikis oleh arus budaya barat, dan melupakan budaya sendiri.

“Lihatlah negeri RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Negara yang semakin besar, maju baik secara teknologi maupun ekonomi. Pernahkah mereka meninggalkan tradisi? Kebudayaan mereka? Bahkan bahasa mereka pun mereka pertahankan hingga sekarang. Juga India.” katanya dengan intonasi sangat tegas.

Aku jadi teringat akan sebuah buku (kitab) tua yang telah di dalami  oleh seorang teman, sangat senior. Dalam kitab tua yang berbicara tentang jaman, baik yang lalu maupun yang akan datang, dan ternyata kitab tua itu bila di komparasikan dengan kitab kitab yang ada di seluruh belahan dunia, apapun agaman dan keyakinan yang dianutnya,  semuanya memberikan jawaban yang sama akan jaman yang akan datang.

Dikatakan dalam kitab tua itu, menurut teman seniorku, bumi semakin tua, jaman berubah, dan pada akhirnya hanya bangas yang dapat mempertahankan dirinya dengan baik, dengan berpijak pada dimana mereka berdiri, artinya mereka tak meninggalkan jati diri mereka, dengan menjaga tradisi dan kebudayaan dan sejarah yang membentuk karakter dari bangsa itu. Dan dari sekian banyak bangsa yang ada di dunia ini, bangsa India dan RRT (Cina) yang akan menjadi penguasa dunia. Buka negara adikuasa semacam Amerika Serikat.

Bila kita lihat di sekitar kita, mungkin kita dapat lihat bahwa berapa banyak dari kita telah memakai produk produk dari dua negara tersebut di atas. Dari produk teknologi informasi, alat berat, alat kantor, transportasi, tambang dan masih banyak lagi. Lihatlah produk produk tersebut produksi dari negara mana. Cina, dan India. Dan berapa banyak produk yang telah mereka produksi untuk kita dan dunia. Rasanya, apa yang dikatakan kitab tua itu benar.

“Nah, kita, bangsa Indonesia, ga usah jauh jauh untuk membangun karakter bangsa. Amalkan PANCASILA dengan benar. Sejarah telah membuktikan! Itulah dasar kita untuk membangun karakter bangsa ini. Lima sila itu, telah cukup memadai untuk kita dalam berbuat dan berperilaku sebagai bangsa yang berkarakter, dan menghadapi tantangan jaman.” Kata beliau.

Berapa banyak dari kita dan generasi mendatang yang tahu akan Pancasila? Bahkan hapal kelima sila itupun belum tentu. Ironis. Darimana kita mampu membangun karakter bangsa ini?

No comments:

Post a Comment