Jauh perjalanan ku tempuh, untuk
mengobati sebuah rasa rindu, pada pustaka yang semakin beragam. Tiba ku di
sebuah tempat, sebuah gedung yang nampak
hiruk pikuk dan keramaian di dalamnya. Aku tertarik untuk mengetahuinya, dan
tanpa piker panjang, langsung ku masuk di dalamnya.
Ternyata, ada sebuah launch buku,
dimana telah duduk di panggung itu satu orang tokoh yang sangat aku kenal, sebagai budayawan,
politikus, pekerja seni. Dari paparan panitia dan tanya jawab dari banyak
audien, sang tokoh mulai angkat bicara.
Suaranya berat, jelas, dengan
intonasi yang tegas. Bahasa Indonesia dan Jawa yang beliau pakai dalam dialog,
sangat lancar. “Hmm, mirip bapaknya….” Kataku dalam hati. Dari beberapa dialog
yang terjadi, sangat menarik perhatian. Semuanya tentang kita, bangsa kita,
Indonesia Raya. Tentang kecintaan pada bangsa dan negara, dan tentang semua
yang terjadi hingga sekarang ini semakin lepas tak beraturan, seperti sebuah bola salju yang menggelinding dari
puncak gunung es. Semakin lama semakin besar, dan tak satu pun yang sanggup
mengendalikannya.
Ada sebuah dialog yang sangat
menarik perhatian. Seorang audien menanyakan tentang pembentukan karakter agar apa yang telah terjadi sekarang ini, bias
dir edam, dan akan menjadi lebih baik lagi di masa datang. Sang tokoh merasa
prihatin dengan karakter anak bangsa pada masa kini. Dimana sejarah telah mulai
sedikit terlupakan, bahasa, budaya, dan kecintaan akan karya bangsa sendiri,
semakin terkikis oleh arus budaya barat, dan melupakan budaya sendiri.
“Lihatlah negeri RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Negara yang semakin
besar, maju baik secara teknologi maupun ekonomi. Pernahkah mereka meninggalkan
tradisi? Kebudayaan mereka? Bahkan bahasa mereka pun mereka pertahankan hingga
sekarang. Juga India.” katanya dengan intonasi sangat tegas.
Aku jadi teringat akan sebuah
buku (kitab) tua yang telah di dalami oleh seorang teman, sangat senior. Dalam kitab
tua yang berbicara tentang jaman, baik yang lalu maupun yang akan datang, dan
ternyata kitab tua itu bila di komparasikan dengan kitab kitab yang ada di
seluruh belahan dunia, apapun agaman dan keyakinan yang dianutnya, semuanya memberikan jawaban yang sama akan
jaman yang akan datang.
Dikatakan dalam kitab tua itu,
menurut teman seniorku, bumi semakin tua, jaman berubah, dan pada akhirnya
hanya bangas yang dapat mempertahankan dirinya dengan baik, dengan berpijak
pada dimana mereka berdiri, artinya mereka tak meninggalkan jati diri mereka,
dengan menjaga tradisi dan kebudayaan dan sejarah yang membentuk karakter dari bangsa
itu. Dan dari sekian banyak bangsa yang ada di dunia ini, bangsa India dan RRT
(Cina) yang akan menjadi penguasa dunia. Buka negara adikuasa semacam Amerika
Serikat.
Bila kita lihat di sekitar kita,
mungkin kita dapat lihat bahwa berapa banyak dari kita telah memakai produk
produk dari dua negara tersebut di atas. Dari produk teknologi informasi, alat
berat, alat kantor, transportasi, tambang dan masih banyak lagi. Lihatlah produk
produk tersebut produksi dari negara mana. Cina, dan India. Dan berapa banyak produk yang telah mereka produksi untuk kita dan dunia. Rasanya, apa yang
dikatakan kitab tua itu benar.
“Nah, kita, bangsa Indonesia, ga usah jauh jauh untuk membangun
karakter bangsa. Amalkan PANCASILA dengan benar. Sejarah telah membuktikan! Itulah
dasar kita untuk membangun karakter bangsa ini. Lima sila itu, telah cukup
memadai untuk kita dalam berbuat dan berperilaku sebagai bangsa yang
berkarakter, dan menghadapi tantangan jaman.” Kata beliau.
Berapa banyak dari kita dan
generasi mendatang yang tahu akan Pancasila? Bahkan hapal kelima sila itupun
belum tentu. Ironis. Darimana kita mampu membangun karakter bangsa ini?
No comments:
Post a Comment